Bermodal keripik bisa sukses, keliling berbagai negara. Inilah yang dialami Kristiawan. Warga Jalan Polowijen II Kecamatan Blimbing Kota Malang ini teknik “menggoreng di bulan”.
Kristiawan berpengalaman mengelola usaha keripik buah dan sayur. Ia memulainya sejak awal tahun 1991. Hingga sekarang masih tekun mengelola bisnisnya itu. Juga terus berinovasi. Karena itulah Kristiawan dipercaya membagikan ilmunya ke berbagai negara. Ia sudah keliling 17 negara. Itu untuk menularkan ilmunya mengolah buah dan sayur menjadi olahan keripik. Negara-negara seperti India, Turki, Malaysia, Swiss dan lainnya sudah didatanginya.
Modalnya ilmu membuat keripik. Memang ia memiliki basis ilmu yang kuat. Lulusan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ini menciptakan teknik menggoreng bak di bulan.
“Saya sebutnya seperti menggoreng di bulan. Nama ilmiahnya sebenarnya vacuum frying (penggorengan secara vakum). Memakai ilmu fisika. Saya belajar. Sehingga buah dan sayur yang saya olah menjadi kripik ini nutrisinya masih melimpah,” tuturnya kepada Malang Posco Media.
Kristiawan menjelaskan vacuum frying adalah teknik menggoreng dengan menggunakan suhu panas tertentu. Ia mencontohkannya dengan menjelaskan pembuatan keripik buncis. Jika digoreng begitu saja, buncis yang menjadi keripiki tidak akan memiliki warna hijau seperti awal. Jika digoreng biasa, nutrisi dalam buncis juga akan tercerai dan hilang.
Maka digunakanlah teknik menggoreng dengan minyak goreng di suhu 70 derajat celcius. Akan tetapi dilakukan pula dengan teknik vakum (menggunakan alat khusus). Teknik ini membuat atmosfir penggorengan berada di tekanan satu atmosfir.
“Tekanan satu atmosfir ya jadi seperti menggoreng di bulan kan. Kalau tempe saja kita goreng jadi keripik harus 180-an derajat. Ini buncis tidak sampai menyentuh 100 derajat celcius sudah jadi kering garing tapi warna masih hijau. Inilah vacuum frying,” terang Kristiawan.
Teknik inilah yang tidak digunakan banyak pengusaha keripik lainnya. Ia mampu mengolah banyak buah dan sayuran menjadi produk keripik yang berkualitas. Nutrisi dan kerenyahan terjaga. Melalui teknik “menggoreng di bulan”.
Sejak tahun 2000-an usahanya mulai beranjak naik. Dari hanya memproduksi usaha keripik apel, ia sudah memiliki total 24 produk olahan keripik. Saat ini dikenal dengan nama Keripik So Kressh. Pusatnya di Polowijen Kecamatan Blimbing Kota Malang.
“Tahun 2000-an mulai buat UMKM sendiri ya So Kressh ini. Tapi sebelumnya saya ikut orang. Dulu memang susah bangunnya. Saya ikut orang dulu,” jelas pria kelahiran 1966 ini.
Sejak lulus kuliah di tahun 1991, ia merasa sangat minder. Karena memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tak tinggi. Saat lulus kuliah, dia enggan mendaftar atau melamar kerja di perusahaan-perusahaan besar.
Hanya mencari-cari pekerjaan secara sederhana. Bertanya-tanya kepada dosennya. Salah satu dosennya pun menyambut.
“Namanya Profesor Sri Kumalaningsih, sudah almarhumah. Beliau dosen saya di kampus, yang memberi saya pekerjaan pertama sesudah lulus. Saya diminta ikut kerja di pabrik-pabrik, bantu UMKM waktu itu. Langsung lihat cara olahan keripik. Waktu itu buah nangka yang masih banyak diolah,” kenang Kristiawan.
Dia pun mulai belajar dari pabrik ke pabrik. Dari ilmu satu ke ilmu berikutnya. Hingga di tahun 2000-an memutuskan membangun UMKM sendiri.
Saat itu Kristiawan berpikir karena Malang terkenal dengan apel. Ia konsen pada olahan keripik apel. Kala itu belum ada yang produksi keripik apel. Dia mencoba dan berhasil. Disukai pembeli. Produk usahanya terkenal dan besar. Di tahun 2008 sudah mulai diminta membagi ilmu ke berbagai tempat, berbagai negara.
“Sudah ekspor banyak ke luar juga. Ke China, Singapura, Hongkong, Malaysia. Pameran produk juga pernah ke luar seperti Swiss, Italia, Bulgaria, Hungaria, Austria, Turki, Jeddah, Yordanian dan lain-lain,” papar Kristiawan.
Menariknya, produksi olahan keripik buah dan sayurnya ini tidak dipatenkan. Ia membuka lebar pintu bagi siapapun UMKM yang hendak bekerjasama. Metodenya keripik olahannya bisa diambil atau dibeli dari dia kemudian bisa dilabeli oleh masing-masing UMKM yang ingin menjual kembali.
Dengan sistem tersebut mendapat lebih banyak customer. Bukan hanya orang yang beli per-orangan tetapi juga para pengusaha atau pemilik UMKM jajanan lain yang datang dari seluruh Indonesia.
“Jadi saya yang menghasilkan keripik. Mereka tinggal ambil di kita, terserah nanti dilabeli merek masing-masing tak apa-apa. Dengan itu kan lebih banyak yang beli. Jadi tak usah dipatenkan segala. Kita bisa sama-sama bantu UMKM di seluruh Indonesia,” tutur pria yang pada tahun 2010 menerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Saat ini olahan keripik So Kressh milik Kristiawan menjadi jujukan membeli oleh-oleh. Ataupun untuk belajar mengolah buah dan sayur menjadi keripik.
Krisitiawan setiap minggunya berpergian untuk memenuhi permintaan pelatihan olahan keripik di berbagai daerah di Indonesia. Itu dilakoninya hingga sekarang. (sisca angelina/van)