spot_img
Wednesday, June 25, 2025
spot_img

Silaturrahmi ke Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono (2)

Mondok Sambil Sekolah, Masukkan Kurikulum Pondok Pesantren

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda Mergosono dalam perkembangannya makin bersinar. Beberapa waktu ini, bahkan telah membuka sekolah tingkat SMP, yakni SMP Nurul Huda yang dibuka dan diresmikan Wali Kota Malang pada 2022 lalu.

Kepala SMP Nurul Huda Nilna Elmawati Falabiba menyampaikan didirikannya SMP ini didasari atas tingginya permintaan dari masyarakat sekitar yang menginginkan untuk bersekolah dalam lingkungan pondok pesantren.

“Awalnya kan pondok pesantren ini fokusnya adalah mahasiswa sama SMA, sedangkan yang SMP belum. Akhirnya banyak yang meminta dibukakan sekolah SMP. Kemudian mulai dibuka tahun 2022 dan resmi terdaftar di Dinas Pendidikan di 2023,” jelas Nilna kepada Malang Posco Media, Selasa (4/3).

SMP Nurul Huda sebenarnya merupakan sekolah reguler yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Namun demikian, uniknya sekolah ini juga menerapkan sistem Boarding School. Dengan kata lain, semua siswa-siswinya bisa sekaligus menginap dalam kesehariannya.

Tidak hanya itu, meski sekolah reguler, SMP Nurul Huda juga lekat dengan sistem pondok pesantren, berikut juga dengan materi dan kurikulumnya. “Jadi ada materi seperti Nahwu Shorof, Imlaq, hadits, tajwid, intensif baca kitab kuning, itu masuk menjadi pelajaran. Jadi kami padukan dengan kurikulum pondok pesantren, sehingga istilahnya disini mondok sekaligus sekolah,” beber dia.

Dimasukkannya materi keagamaan atau pondok pesantren ke dalam kurikulum sekolah reguler ini bukan tanpa sebab. Nilna menjelaskan, dewasa ini generasi muda menghadapi derasnya arus pengaruh dari luar yang sangat rentan merusak kualitas anak bangsa. Oleh karena itu lah, pendidikan agama ini penting untuk dimasukkan supaya bisa menjadi bekal.

SMP Nurul Huda sendiri saat ini sudah ada tiga kelas. Jumlah siswanya sekarang sudah berkisar 66 siswa. Tidak hanya dari masyarakat sekitar, tapi juga banyak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

“Masa anak SMP itu rasa ingin tahunya lebih besar. Agar tidak jauh dari agama, jadi sengaja kurikulumnya dijadikan satu dengan sekolah. Kami berharap orang sekitar, juga anak muda, lebih tertarik lagi ke pondok. Karena sekarang yang saat ini terjadi, yang mengkaji kitab kuning itu masih jarang,” tutur Nilna. (ian/udi)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img