MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Negeri Malang (Unisma) melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kepada 778 mahasiswanya yang kini sedang melaksanakan tugas Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) Tematik. Monev ini dilaksanakan di dua wilayah, Malang Barat dan Malang Timur, Rabu (1/3).
Untuk di Malang Timur, tempatnya di Balai Desa Wringinanom Poncokusumo Kabupaten Malang, dihadiri Rektor Unisma, Wakil Rektor 4 Unisma, dan Kepala LPPM Unisma Malang. Sedangkan Malang Barat, tempatnya di Desa Beji Kota Batu, dihadiri Wakil Rektor 2 dan Wakil Rektor 3 Unisma.
Monev ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan program yang sudah dijalankan mahasiswa selama KSM. Meskipun program KSM sendiri belum selesai, monev diperlukan agar program mahasiswa sesuai dengan harapan.
Kepala Pusat Pengabdian LPPM Unisma Dr. Zuhkhriyan Zakaria, M.Pd mengatakan sejauh ini program yang dijalankan mahasiswa sesuai dengan planning. Termasuk kualitas dan arah pelaksanaannya. Bahkan melebihi dari perkiraan sebelumnya.
“Kami menarget saat ini 70 persen program sudah jalan, tetapi banyak yang sudah melebihi itu. Alhamdulillah sudah melampaui dari yang kami harapkan,” katanya kepada Malang Posco Media, Kamis (2/3) kemarin.
Zuhkhriyan menyampaikan, biasanya Monev diselenggarakan per zona. Namun kali ini dipusatkan di dua tempat dari 20 desa lokasi KSM. Zona Malang Timur meliputi Kecamatan Tajinan, Wajak, Jabung, dan Kecamatan Pakis. Sedangkan Malang Barat meliputi Desa Batu, Pujon, Singosari dan Kedungkandang Kota Malang.
Di acara monev ini, mahasiswa mempresentasikan program-program yang sudah dilaksanakan selama KSM. Kemudian mereka mendapat rekomendasi ataupun masukan-masukan yang perlu dilakukan di sisa waktu KSM. “Monev ini merupakan bentuk komitmen kami, selain mahasiswa terjun ke lapangan pimpinan juga hadir untuk memantau langsung mahasiswa yang terjun ke desa,” ucap Zuhkhriyan.
Dia kagum karena mahasiswa KSM penuh dengan inisiatif dan kreatif. Mahasiswa tidak hanya berkiprah di bidang pendidikan dan kegiatan keagamaan saja. Tetapi multi dimensi. Ada di bidang ekonomi, kesehatan, sosial dan lain-lain. “Karena dalam satu kelompok KSM terdiri dari banyak fakultas. Mereka berkolaborasi sehingga capaiannya juga di banyak bidang,” tuturnya.
Seperti di Desa Bendosari. Di desa ini banyak peternak mengalami kerugian akibat kasus Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang tubuh sapi. Mahasiswa Unisma berusaha membangkitkan kepercayaan diri petani dan peternak dengan sebuah inovasi. Melalui pelatihan pembuatan produk pakan ternak yang penuh nutrisi.
Termasuk di desa-desa lain. Mahasiswa melakukan kegiatan berbasis potensi daerah dan problem solving. Seperti membuat MSG dari bahan-bahan alami di Desa Beji. Juga yang KSM di Kelurahan Madyopuro Kota Malang. Mereka membuat produk lokal sebagai oleh-oleh khas wisata religi Masjid dan Makam Ki Ageng Gribig. Sebagian juga melakukan pelatihan dalam bidang digitalisasi dan branding produk.
“Alhamdulillah mahasiswa kreatif. Mereka mampu mengembangkan potensi yang ada di desa. Selain juga memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami warga,” kata Zuhriyan. Menurutnya, dari sisi program kerja mahasiswa lebih mendalami saat melihat konten nyata. Tim dosen pendamping lebih memberikan penguatan di sisi moril dalam bersosialisasi dengan masyarakat. “Semoga mereka menuntaskan tugas KSM nya dengan karya terbaik. Sehingga berkesan untuk masyarakat,” pungkasnya. (imm/sir/bua)