MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Puluhan balon warna warni dilepas secara bersamaan oleh siswa-siswi baru SDK Mardi Wiyata 1, peserta Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Ajaran 2022/2023. Pelepasan balon itu sebagai pertanda diterimanya mereka secara resmi sebagai siswa-siswi SDK Mardi Wiyata 1 Celaket 21. Dilaksanakan di lapangan sekolah, Rabu (20/7).
Sebelum melepaskan balon, para siswa baru didampingi orang tua masing-masing digiring memasuki lingkaran siswa kelas 2 sampai kelas 6. Setelah diberikan satu motivasi singkat oleh Fr. M. Walterus Raja Oja, BHK, S.Pd selaku kepala sekolah, balon-balon itu pun dilepaskan. “Gantungkan cita-cita kalian setinggi langit,” ucap Frater Walterus yang kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balon diiringi tepuk tangan yang meriah.
Dia mengatakan balon yang dilepas ke udara itu sebagai simbol cita-cita tinggi siswa SDK Mardi Wiyata 1. Semangat itu ditanamkan di awal mereka masuk sekolah. Yakni dalam momentum MPLS kali ini.
Di hari ketiga MPLS kemarin, juga menjadi momentum serah terima siswa baru secara resmi dari orang tua mereka kepada sekolah. Prosesi itu dilaksanakan dengan pemberian seragam oleh Kepala SDK Mardi Wiyata 1 kepada perwakilan orang tua.
Seragam dan atribut sekolah dipakaikan sendiri oleh orang tua kepada anaknya. Setelah mengenakan seragam lengkap selanjutnya siswa diserahkan kepada guru. Di balik prosesi tersebut terdapat satu komitmen dan keyakinan besar dari orang tua untuk mempercayakan buah hatinya kepada SDK Mardi Wiyata 1.
Ditemui Malang Posco Media, Fr. M. Walterus mengatakan bahwa sinergitas guru dengan orang tua menjadi satu kunci penting untuk suksesnya pendidikan. Karena itu, dia berharap dukungan orang tua terhadap program-program yang akan dijalankan oleh sekolah dalam kurun waktu enam tahun ajaran. “Semua yang kita upayakan tidak lain untuk kebaikan anak-anak kita sendiri. Terimakasih atas kepercayaan orang tua kepada kami,” ungkapnya.
Frater Walterus juga menerangkan bahwa dalam kegiatan MPLS, siswa baru diibaratkan seperti benih padi. Sedangkan guru adalah petani. Di hari pertama MPLS, Senin (18/7) lalu, orang tua menyerahkan benih padi pada guru sebagai simbol anak-anak mereka diserah terimakan.
“Kemarin (Senin), hari pertama anak-anak siswa kelas 1 masuk sekolah. Orang tua menyerahkan pada kami sebagai bibit padi yang akan ditanam dan dirawat oleh petani (guru). Saat mereka lulus nanti menjadi momentum kami semua untuk panen dari apa yang sudah kami tanam,” terang Frater Walterus.
Sementara di hari kedua Selasa (19/7), kegiatan MPLS SDK Mardi Wiyata 1 juga berlangsung seru. Para siswa baru menanam padi dan menangkap ikan. Mereka tampak antusias dalam kegiatan tersebut. Meskipun harus berbasah-basahan. Bahkan juga rela kotor saat menanam benih padi. Ikan yang mereka tangkap dibawa pulang untuk dipelihara.
Melalui kegiatan ini guru-guru SDK Mardi Wiyata 1 ingin mengenalkan pada siswa baru sikap konkret dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Melalui kegiatan itu juga guru ingin mengenalkan sistem dan konsep belajar yang menyenangkan. “Sistem belajar dan mengajar yang kami terapkan di sekolah ini menyenangkan bagi anak. Sehingga mereka tidak jenuh dan merasa bosan. Inilah yang ingin kami kenalkan pada siswa baru,” terang dia.
Frater Walterus berharap MPLS memberikan banyak pengalaman baru bagi siswa. Mereka telah mengenal lingkungan sekolah yang baru. Termasuk guru, program dan sarana prasarananya. “Sehingga mereka lebih siap untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar bersama kami,” tandasnya. (adv/imm)