Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada
Bulan Muharram mengajarkan banyak hal kepada kita, bulan yang sudah di sakralkan sejak sebelum risalah Islam membasuh jazirah Arab dan Makkah ini, akan selalu menjadi tanda terhadap banyak transformasi.
Dalam banyak literatur, sejak zaman terdahulu, Bulan Haram adalah bulan yang di sepakati untuk tidak terjadi peperangan dan pertumpahan darah. Bulan ini bisa juga di katakan sebagai bulan transformasi akhlak dan etika bagi orang jahiliyah yang lalu, karena meraka menghargai bulan haram itu dengan tidak melakukan peperangan dan pertumpahan darah.
Pada era Nabi Muhammad SAW, tahun pertama hijrah juga menjadi tanda bagi transformasi kehidupan umat Islam. Hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah yang dikemudian hari menjadi tanda awal tahun hijriyah ini juga menjadi tanda baru bagi kehidupan baru di era kemajuan peradaban Islam.
Kegemilangan peradaban Islam yang terjadi setelah Nabi dan Sahabat hijrah ke Madinah, merupakan pertanda bahwa transformasi sosial, politik, pemerintahan, negara, tata kelola masyarakat dan agama berhasil dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. 1,9 Milyar umat Islam dari 7,7 milyar penduduk dunia saat ini adalah hasil nyata akan keberhasilan transformasi yang di lakukan oleh Rasulullah.
Dalam Al-Quran surat At-Tin ayat ke tiga Allah SWT berfirman bahwa “Seusungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan”. Ayat ini seolah mengaskan kepada kita semua sebagai manusia bahwa kita secara genetis telah memiliki kesempurnaan penciptaan dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya, yang atas itu seyogyanya kita benar-benar bisa memaiknai hakekat atas penciptaan kita dan menjadikan seluruh sumber daya dan karunia yang Allah berikan menjadi alat untuk membuat kita lebih baik dari hari ke hari, dari waktu ke waktu.
Oleh karenanya dalam surat yang lain, tepatnya dalam surat Ali-Imran ayat 139 Allah SWT juga berfirman “Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin”. Bahwa kita memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk sukses dan berhasil, bahwa segala daya dan upaya yang kita lakukan untuk mendapatkan kemulyaan hidup dan kehormatan di akherat akan berbuah seperti “effort” yang kita keluarkan.
Dalam kehidupan ini paling tidak ada lima ruang yang akan kita temui. Pertama, ruang impian yakni tempat dimana kita membangun harapan dan cita-cita dalam hidup. Kedua, ruang belajar, yakni tempat dimana kita terus merasa haus akan ilmu, berupaya dengan segala kemampuan untuk menjadikan diri kita menjadi kompeten dan memiliki kecukupan keahlian. Ketiga, ruang realita, yakni pemahaman bahwa apa yang kita cita-citakan tidak selama akan berwujud sesuai harapan, oleh karenanya terus bekerja dengan serius, terus berikhtiar adalah sifat dasar utama yang harus kita miliki. Keempat, ruang kritik, yakni pemahaman kita dalam menjalani hidup untuk terbuka dan menyediakan ruang masukan, saran, agar hari-hari kita terus menjadi lebih baik seperti yang persepsi manusia pada umumnya. Kelima, ruang tawakal, pasrah dan doa, yakni sebuah konsepsi pemahaman dalam diri bahwa segala takdir yang sampai kepada kita adalah atas skenario yang Allah SWT tetapkan.
Prinsip dari transformasi dalam kehidupan adalah adanya pertambahan, perbaikan, perubahan, peningkatan dan perluasan dalam seluruh perjalanan kehidupan kita, dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun.
Teringat sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan kemalasan dan tidak ada harta kekayaan yang lebih berguna dari kecerdasan dan ilmu”.
“Kita akan menjadi seperti apa yang kita fikirkan, kita kerjakan dan kita biasakan”, oleh karenanya sebagaimana yang disampaikan oleh Wallas Wattlace dalam karyanya yang berjudul “Science of getting succes” bahwa rahasia kesuksesan seseorang adalah dengan memiliki perasaan yang menimbulkan sukses, fikiran yang membuat sukses dan tindakan yang mengantarkan kita pada kesuksesan.
Pergantian tahun hijriyah sejatinya adalah masalah terjadinya transformasi atau perubahan menuju lebih baik dalam skala pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Bahwa kita harus terus bertransformasi menjadi lebih baik, masyarakat kita juga harus terus melakukan perubahan menjadi lebih baik, bangsa dan negara kita juga harus berubah menjadi bangsa yang lebih baik, menentramkan dan merawat keadilan untuk semua. (***)