spot_img
Wednesday, June 25, 2025
spot_img

Mulanya di Lokasi Bencana, Kini Mendongeng Keliling Sekolah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Yudi Agus Priyanto Bergerak untuk Kemanusiaan Melalui Dongeng

Yudi Agus Priyanto bergerak untuk kemanusiaan melalui dongeng. Ia telah melalang buana ke lokasi bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya untuk trauma healing bagi anak-anak. Kini, Yudi mendirikan Sanggar Dongeng Kepompong.

MALANG POSCO MEDIA – “Saya baru pulang mendongeng di sekolah,” tutur Yudi saat menjamu Malang Posco Media di Sanggar Dongeng Kepompong, bersebelahan dengan rumah tinggalnya, Desa Talangsuko Kecamatan Turen, Kamis (22/5) kemarin siang.

Sanggar yang didirkan tahun 2024 lalu itu seluas sekitar 13 meter x 9 meter. Di sini pula disediakan alat permainan tradisional bagi anak-anak yang ingin bermain.

Dia mendirikan sanggar di tanah kelahirannya tidak terlepas dari pengalamannya bergerak di bidang kemanusiaan saat bertugas di PMI Pusat, Jakarta dari 2004 – 2015.

Yudi telah mendatangi daerah bencana seperti Tsunami Aceh, bencana Padang, Jogja, dan Palu. Ia datang memberi dukungan psikologi untuk mempercepat pemulihan anak-anak yang trauma akibat bencana.

“Saya melihat trauma healing yang dilakukan begitu-begitu saja. Saya kemudian mencari alternatif untuk mempercepat pemulihan,” kata Alumnus Universitas Kanjuruhan Malang, itu.

Alternatif yang dilakukan Yudi adalah bertemu dengan komunitas dongeng di Jakarta dan mengorganisir mereka sekitar empat tahun. “Setiap terjadi bencana skala besar nasional saya memobilisasi teman-teman komunitas pendongeng di Jakarta untuk percepatan trauma healing,” kata Yudi.

Setelah keluar dari PMI Pusat tahun 2015, Yudi menemukan bencana terus terjadi. Ia lalu melakukan trauma healing secara mandiri. Yudi mulai belajar mendongeng sekitar tahun 2017 karena ingin membuat anak-anak tetap terhibur.

“Saat terjun di lapangan bersama teman-teman komunitas pendongeng, tanpa support PMI, karena saya sudah keluar, ternyata anak-anak senang,” kata dia.

Yudi membuktikan bahwa mendongeng dapat mempercepat trauma healing anak-anak yang terdampak bencana. Ia pun turut  senang dan terus belajar mendongeng hingga lima tahun.

“Manakala tidak terjadi bencana, kami tetap pergi ke sekolah-sekolah dan pendidikan non formal untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral kepada anak-anak. Ini landasan saya mendirikan Sanggar Dongeng Kepompong di Malang,” jelas Yudi.

Yudi juga tak jarang datang ke rumah sakit untuk menghibur anak-anak dalam kondisi setengah wajah tertutup selang oksigen. Ia merasakan betul emosi anak yang terbaring sakit melalui pancaran matanya.

Pada waktu itu pihak rumah sakit di Jakarta dan Bogor meminta Yudi dan pendongeng lainnya untuk menghibur anak-anak yang terbaring sakit seperti mengidap kanker.

“Anak-anak yang di rumah sakit butuh hiburan. Mereka mengungkapkan apapun hanya dengan meneteskan air mata,” kenang Yudi menyampaikan dengan mata berlinang, mengingat momen itu.

Singkat cerita, ia kemudian pulang ke tanah kelahirannya pada tahun 2022  dan tidak menemukan ada komunitas mendongeng. Pria berusia 42 tahun ini pulang ke Malang memboyong istri dan dua anaknya. Namun, ia tetap rutin ke luar kota untuk mendongeng ke sekolah-sekolah.

“2022-2023 saya rutin keluar kota untuk mendongeng, karena ada lembaga bekerjasama dengan saya untuk ke sekolah-sekolah. Mulai dari Madiun hingga Banyuwangi. Sasarannya TK, SD, dan SMP,” lanjutnya.

Terbentuknya Sanggar Dongeng Kepompong pula atas kegelisahan Yudi atas tidak adanya komunitas serupa di Malang. Kini di Kabupaten Malang ia berkeliling ke sekolah-sekolah untuk mendongeng hampir setiap hari, baik di sekolah formal, non formal maupun SLB.

“Kalau di SLB berkoordinasi dulu dengan gurunya sebagai penerjemah. Saya bercerita dan guru mendampingi menggunakan bahasa isyarat,” kata Yudi.

 Di Sanggar Dongeng Kepompong, Yudi aktif mengajarkan anak-anak bahkan guru-guru dalam mendongeng. Dari puluhan anak, sudah tiga anak yang terlihat bakatnya menjadi pendongeng cilik.

Dalam mendongeng, Yudi juga terkadang menggunakan boneka. “Ketika kita jadi pendongeng yang diutamakan adalah alur ceritanya harus jelas, mulai awal, klimak, terus nilai moral yang kita sampai kepada anak-anak. Boneka ini hanya penghibur anak-anak,” tuturnya.

Dalam bercerita, Yudi menyampaikan pesan moral kepada anak – anak seperti tentang saling memaafkaan. Cerita dikemas dengan mudah diterima, seperti cerita hewan singa, harimau, dan tikus.

Ia juga menyampaikan pesan tentang harapan. Seperti dicontohkan seorang dai buta pernah ditemukannya, namun hapal 30 Juz Alquran. Dai tersebut bisa hafal karena sejak bayi mendengar lantunan ayat suci diberikan oleh orang tuanya.

“Mendongeng paling lama satu setengah jam, kecuali ditambahi dengan permainan tradisional,” tambah Yudi seraya menyampaikan, mendongeng kepada anak TK dan SD juga berbeda waktunya. (den/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img