spot_img
Saturday, April 27, 2024
spot_img

Multitasking yang Seimbang dan Bahagia

Berita Lainnya

Berita Terbaru


Apa itu multitasking? Multitasking biasanya dikenal bekerja dengan sejumlah pekerjaan dalam satu waktu. Multitasking disebut juga tugas ganda, yang biasanya juga dilakukan oleh beberapa orang. Multitasking atau tugas ganda dilakukan jika harus menghadapi tuntutan pekerjaan lain, di luar pekerjaan utama. Multitasking biasanya identik dengan sistem kerja komputer.
Menurut Wikipedia.com, multitasking atau tugas ganda adalah istilah teknologi informasi yang mengacu kepada sebuah metode di mana banyak pekerjaan atau dikenal juga sebagai proses diolah dengan menggunakan sumberdaya CPU yang sama.
Sedangkan pada manusia multitasking adalah kemampuan manusia untuk mengatasi banyaknya tugas yang diterima, dengan cara melakukan aktivitas berupa pergantian tugas sebagaimana yang diinformasikan dalam Gramedia.com.
Siapa saja yang memiliki kemampuan multitasking?. Dapat dianggap multitasking jika minimal melakukan dua tugas sekaligus. Kemampuan multitasking sederhana yang dilakukan di antaranya membalas chat sambil memasak atau menonton televisi sambil bermain handphone.
Dalam beberapa kajian menyebutkan bahwa perempuan lebih mampu melakukan tugas ganda dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dapat melakukan tugas secara bersamaan dalam satu waktu.
Sebagai contoh perempuan yang telah memiliki peran menjadi ibu dapat melaksanakan tugas ganda dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dalam satu waktu. Antara melakukan pekerjaan memasak, mencuci piring, mencuci baju dan membersihkan rumah dapat dilakukan bersamaan. Selain itu, ditambahkan dengan pekerjaan merawat anak, apalagi jika masih memiliki anak usia balita.
Belum lagi jika ibu memiliki dua atau tiga anak usia sekolah yang harus bersamaan didampingi saat belajar di rumah. Tugas ibu tentunya juga akan bertambah apabila perempuan tersebut memiliki peran di luar rumah sebagai tenaga pengajar atau pekerja kantor.
Hal ini juga diperkuat oleh Keith Laws, profesor dari University of Hertfordshire yang dikutip dalam cnnindonesia.com pada tahun 2014 menyebutkan bahwa dalam kondisi di bawah tekanan perempuan lebih mampu bekerja ganda, mampu mengendalikan stres mampu berpikir dan mampu menghadapi apa yang ada di depannya.
Apakah hanya perempuan saja yang mampu melakukan tugas ganda? Lalu bagaimana dengan laki-laki apakah juga mampu melakukan tugas ganda atau multitasking? Dr. Aisyah Dahlan menyatakan bahwa laki-laki tidak bisa melakukan multitasking seperti perempuan karena otaknya didesain berbeda dari perempuan di mana penghubung antara otak kanan dan kiri (corpus collosum) laki-laki lebih tipis.
Hal tersebut menyebabkan laki-laki hanya bisa fokus pada satu hal saja. Laki-laki tidak bisa melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan. Sementara perempuan, yang corpus collosumnya lebih tebal, membuat perempuan bisa melakukan multitasking, yakni mampu melakukan pekerjaan secara bersamaan. Pernyataan tersebut memperkuat alasan bahwa orang yang mampu melakukan multitasking hanya perempuan.
Apakah kemampuan multitasking perlu dimiliki oleh semua orang? Pertanyaan ini harusnya dikembalikan kepada masing-masing orang. Terkadang dalam tekanan pekerjaan, terdapat sebagian orang yang memilih tidak bersedia melakukan. Bagi sebagian orang lainnya memilih memampukan dirinya untuk multitasking karena deadline pekerjaan. Bagi seorang perempuan dan ibu, kemampuan multitasking wajib harus dimiliki.
Deretan pekerjaan yang menunggu dan harus segera diselesaikan setiap harinya. Rasanya bisa dibayangkan bagaimana jika perempuan tidak memaksakan diri memiliki kemampuan multitasking yang terasah dari hari ke hari untuk mengatasi tanggung jawab pekerjaan yang sudah menunggu.
Untuk orang yang dianggap mampu melakukan multitasking, perlu dipastikan juga apakah orang tersebut memiliki latar belakang gaya belajar global. Gaya belajar global adalah orang yang mampu melakukan banyak tugas sekaligus.
Bentuk perilaku yang sering muncul di antaranya adalah mampu bekerjasama dengan orang lain dengan baik, sensitif dan mampu melihat permasalahan dengan baik, dan mampu mengutarakan dengan kata-kata tentang apa yang dilihatnya. Karakter gaya belajar global sangat menguatkan kemampuan multitasking bagi siapa saja yang memilikinya.
Multitasking memiliki manfaat yang positif atau negatif itu semua bergantung pada sudut pandang masing-masing orang. Penilaian secara sepihak tidak bisa diberikan kepada orang yang memutuskan untuk tetap mempertahankan kemampuan multitasking tersebut dalam menyelesaikan tanggung jawabnya. Karena setiap kondisi dan latar belakang juga mempengaruhi keputusan setiap orang.
Meskipun kemampuan multitasking sendiri bukan sebuah kebiasaan yang dianjurkan. Dalam sebuah kajian disebutkan bahwa melakukan multitasking secara terus menerus, maka dapat merusak otak. Multitasking sendiri dianggap sebagai kebiasaan buruk.
Dampak kerusakan yang ditimbulkan multitasking dilansir oleh hellosehat.com di antaranya adalah peluang melakukan kesalahan besar, risiko stres, potensi tekanan darah tinggi, dan gangguan otak.
Jika saja sebuah handphone atau komputer yang harus melaksanakan tugas ganda dengan membuka sekian banyak aplikasi dapat membuat handphone atau komputer tiba-tiba “hang”, berhenti sesaat tidak mau dioperasikan. Lalu bagaimana dengan manusia, yang sumber kemampuan dan perilakunya semua berasal dari otak.
Perempuan yang juga seorang ibu, akhirnya terpaksa memilih untuk memiliki kemampuan multitasking, sebaiknya juga diimbangi dengan pengertian pasangan atau suami. Tidak banyak orang yang bisa memiliki kemampuan multitasking, jika seorang ibu bisa menyelesaikan semua tanggungjawab rumah tangga dalam satu waktu, penghargaan yang diberikan oleh pasangan atau suami akan menjadi penyeimbang munculnya stres atau hang dalam rangkaian multitasking tersebut.
Selain itu Atikoh istri Gubernur Jawa Tengah, seperti dilansir dari website jatengprov.go.id, juga menyarankan kepada perempuan yang bekerja di luar rumah agar mampu menjalani peran multitasking secara seimbang, diharapkan mampu menjalaninya dengan bahagia. Tipsnya, sediakan waktu untuk diri sendiri, seperti melakukan hobi atau kegiatan apapun sesuai passion. Jangan berikan target yang terlalu muluk-muluk, meskipun dalam pencapaiannya seseorang akan melakukan dengan sebaik-baiknya. Membuat agenda atau ceklist kegiatan yang harus dilakukan.
Kesimpulannya, multitasking adalah pilihan untuk setiap manusia. Multitasking dapat menjadi kebanggaan tersendiri karena mampu melakukannya, atau bentuk keterpaksaan untuk menyelesaikan tanggung jawab. Semua dikembalikan pada sudut pandang masing-masing orang, karena hidup hanya butuh untuk diseimbangkan.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img