.
spot_img
Wednesday, October 23, 2024
spot_img

Napak Tilas Heroisme Hamid Roesdi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November momen menilik perjuangan pejuang  di daerah. Seperti kisah heroik Mayor TNI Hamid Roesdi.

Ia pejuang  yang memelopori ‘Boso Walikan’ (bahasa kebalikan). Hingga kini jadi salah satu ciri khas Malang. 

- Advertisement -

Mengenang perjuangan luar biasa Hamid Roesdi, Forkopimda Kota Malang bersama masyarakat Kota Malang  menggelar napak tilas, Jumat (10/11) kemarin. Mengisi napak tilas itu, ada pertunjukan teatrikal dari SDN II Gadang Kota Malang.

Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengatakan tidak bisa dilupakan perjuangan sosok Hamid Roesdi. Sosoknya yang berani, tegas dan penuh semangat, dalam memerjuangkan dan pertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Di tengah berbagai rintangan dan tantangan, beliau tidak pernah berhenti berjuang. Napak tilas Hamid Roesdi yang kita kenang hari ini, adalah bukti nyata bahwa semangat perjuangan para pahlawan harus tetap hidup dalam hati dan pikiran kita,” jelasnya.

Kisah Hamid Roesdi sudah terkenal sejak awal kemerdekaan. Ia juga masuk dalam jajaran nama pejuang  yang berhasil menumpas perlawanan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Malang tahun 1948.

Saat itu, PKI bermarkas di wilayah Donomulyo Kabupaten Malang. Ia berhasil menumpas PKI di tahun 1948, dengan menangkap Tjokro Bagong, sebagai pimpinan PKI di Malang kala itu.

Perjuangan suami dari Siti Fatimah alias Geetrada Josephine Schwarz ini juga terkenal dengan perjuangan ‘Surat Pantat’. Di mana untuk berkomunikasi sesama gerilyawan, dengan menyimpan surat penting di pantat seorang perempuan. Khususnya mereka yang merupakan pedagang sayur keliling (mlijo).

Bersama pejuang lain  yang tergabung dalam kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK), Hamid Roesdi mengusulkan adanya kode khusus dalam berkomunikasi. Salah satu yang diusulkan adalah penggunaan Boso Walikan.

Bahasa ini mulai berkembang sekitar tahun 1949 lalu, saat Agresi Ke-2 Militer Belanda, di tahun itu. Karena banyaknya mata-mata serta tidak jelas antara lawan dan kawan, akhirnya tercetuslah ide untuk menggunakan bahasa kebalikan atau Boso Walikan.

Pj Wali Kota Wahyu  mengatakan bahwa peringatan Hari Pahlawan  momen yang mengingatkan akan tanggung jawab generasi penerus bangsa. Setiap masyarakat harus menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kejuangan, yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu.

“Dalam situasi dan tantangan zaman yang terus berubah, kita harus tetap bersatu. Khususnya untuk berjuang demi kemajuan Kota Malang. Berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih baik,” lanjutnya.

Wahyu ikut mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda terus menggali semangat pahlawan. Melalui cara dengan memupuk rasa nasionalisme, dan berperan aktif dalam pembangunan wilayahnya.

“Mari bersama-sama menciptakan Malang yang lebih baik, lebih maju, dan lebih berdaya. Kita juga harus selalu merawat nilai-nilai kebersamaan, persatuan, dan gotong royong yang telah menjadi ciri khas bangsa kita. Serta melanjutkan perjuangan dengan cara yang relevan dengan kondisi yang ada saat ini,” pesan Wahyu.

Peserta napak tilas Hamid Roesdi, secara resmi diberangkatkan oleh Wahyu Hidayat. Mereka  menuju ke titik-titik yang pernah disinggahi oleh Hamid Roesdi, seperti Turen, Bululawang dan kembali ke Wanokoyo Kecamatan Kedungkandang.

“Selama kegiatan ini, para peserta napak tilas kami mengajak untuk bersama menjaga ketertiban, kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Terimaterima kasih atas kebersamaannya,” pungkasnya. (rex/van)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img