MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Aremania sepakat untuk laga Arema FC lawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober mendatang, harusnya tanpa kehadiran Bonekmania. Meski sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari Panpel Arema FC untuk kedatangan suporter Persebaya itu.
Rencananya Jumat (23/9) malam ini, Panpel Arema FC, Aremania dan pihak kepolisian akan merapat di Kandang Singa (sebutan untuk kantor Arema FC). Rapat koordinasi untuk persiapan laga home Singo Edan tersebut bakal menentukan sikap Panpel dan Aremania terkait dengan kemananan serta antisipasi Bonek datang ke Malang.
“Saya sangat setuju menolak kehadiran Bonek, dikarenakan rivalitas yang tinggi, serta dilihat dengan keadaan terakhir, Bonek merusuh dan merusak sarpras stadion di Sidoarjo, serta menjarah di gedung manajemen sendiri, maka memang masih belum selayaknya Bonek masuk ke Malang atau Stadion Kanjuruhan, dikhawatirkan keanarkisan Bonek dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja,” ungkap Vidi Arrohman, Aremania Tumpang mengomentari berita Malang Posco Media tentang penolakan Bonekmania.
“Kalau melihat ulah Bonek ketika mereka away, baik itu dengan aksi jarahnya, masuk tanpa tiket, merusak fasum dan lain-lain, saya masih gak setuju Bonek ke Kanjuruhan. Karena oknum mereka terlalu banyak, sulit aturannya,” lanjut Soleh, Aremania Nukus kepada Malang Posco Media, kemarin.
“Sangat setuju, tolak Bonek, karena rivalitas yang masih sangat tinggi, belum ditambah oknum provokator yang nanti kalo dikasih kuota (bila datang) malah makin jadi, dan tidak ingin mengambil risiko bila akan terjadi hal yang tidak diinginkan,” sambung Qhoirul Zidan, Aremania Rajajowas.
Pada dasarnya, sebagian besar Aremania memang tidak menginginkan kehadiran Bonek di laga pekan 11 Liga 1 itu. Meski sebelumnya, Panpel Arema FC dan Aremania terbilang sukses menyambut kehadiran suporter Persib, Viking-Bobotoh. Mereka yang sebelumnya tak saling kunjung, akhirnya bisa hadir di Stadion Kanjuruhan dengan aman.
“Kenapa harus tolak Bonek? Karena rivalitas Arema dan Bonek yang sangat tinggi, kedua belah pihak masih belum bisa legowo atas kejadian atau tragedi di masa lalu. Adanya Bonek liar yang sulit untuk dikoordinir sehingga rawan akan gesekan dan juga rawan kriminalitas. Bonek liar atau juga yang disebut arus bawah juga terkenal sering masuk stadion tanpa tiket atau menjebol stadion yang nantinya justru akan merusak Stadion Kanjuruhan itu sendiri dan merugikan Panpel Arema,” terang Yoga Saputra, Aremania Betek (Jl. Mayjend Pandjaitan).
“Setuju dengan larangan Bonek away ke Malang untuk saat ini, karena melihat rivalitas yang sangat tinggi tidak memungkinkan untuk kedua suporter bertemu. Padahal kalau dilihat ke belakang seringkali melakukan kampanye perdamaian yang dilakukan Aremania dengan Bonek namun lagi-lagi selalu ada oknum mengingkari kesepakatan damai hingga perseteruan itu terus berlanjut. Oleh karena itu untuk saat ini momentum yang belum pas jika Bonek away ke Malang. Tapi jika semua sadar arti perdamaian apa salahnya benih-benih perdamaian itu untuk diusahakan,” sebut Dimas Aji Pangestu, Aremania Bantur.
Peluang Bonekmania untuk datang ke Malang memang tertutup. Namun juga tidak menutup kemungkinan, tetap ada saja yang nekat datang. Untuk itu, kesigapan petugas keamanan sangat diperlukan untuk mengantisipasi kenekatan Bonek datang menyaksikan laga away Persebaya di kandang Arema FC.
“Laga Arema FC vs Persebaya ini harusnya menjadi atensi kepolisian, mulai dari Polda Jatim, Polwiltabes Surabaya, Polres Malang dan jajaran samping, bahwa pengamanannya harus sangat ketat. Pengamanannya mulai dari Surabaya sampai Malang, karena kita tidak mau kecolongan, kita yakin Polisi sangat bisa,” Achmad Ghozali, Aremania Korwil Klayatan.
Menurutnya, perihal peluang adanya Bonek yang nekat datang ke Malang adalah ranah Kepolisian untuk mengantisipasinya. Lantaran hampir semua Aremania menolak secara tegas kehadiran Bonek di laga Arema FC. AK mengaku, kultur di Malang beda dengan daerah lain terkait dengan Bonek.
“Malang tidak bisa menerima kehadiran Bonek, dan kalau mereka tetap maksa dan nekat datang, ya istilahnya bunuh diri. Kalau dengan Viking-Bobotoh kita bisa, karena konteksnya itu beda,” yakin Achmad Ghozali, kepada Malang Posco Media, tadi malam. (bua)