spot_img
Friday, October 18, 2024
spot_img

Nekat Jual Hewan Ternak di Pinggir Jalan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Protes Penutupan Pasar Hewan

MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak menjadi persoalan serius. Terutama bagi pedagang hewan ternak di Kabupaten Malang menjelang hari raya Idul Adha. Kebijakan penutupan pasar menuai respon dari para pedagang. Mereka memprotes hingga nekat berjualan di pinggir jalan.

- Advertisement -

Seperti yang kembali dilakukan ratusan pedagang sapi Pasar Hewan Ternak Gondanglegi, Jumat (20/5). Mereka melakukan aksi protes terkait penutupan pasar. Penutupan pasar itu diketahui berdasarkan Surat Edaran Bupati Malang, HM Sanusi bernomor 800/3699/35.07.201/2022, sejak Kamis (12/5) pekan lalu.

Salah satu pedagang sapi, Haji Temin mengeluh. Lapaknya sudah ditutup sejak minggu lalu. Terhitung sudah tiga hari kesempatannya menjual sapi hilang karena pasar tutup.

“Ini sudah tiga minggu ditutup. Saya gak bisa jualan, kalau gini terus bisa kolaps semua. Teman-teman semua juga begitu,” ujarnya saat mediasi bersama Forkopicam Gondanglegi di Terminal Gondanglegi Jumat (20/5).

Temin pun mengaku rugi banyak. Ia mengatakan beberapa rekan sesama pedagang ada yang meminjam uang di bank. Karena adanya penutupan pasar, para pedagang sapi tidak bisa membayar pinjaman uang.

“Gak bisa ini, ada yang utang ke bank. Terus gak bisa kerja ini gimana? Utang tetap harus dibayar tapi kerja gak ada. Yang rugi kami kalau ditutup bukan pemerintah,” tuturnya.

Dia pun meminta kejelasan terkait penutupan pasar hewan ternak itu. Dia hanya ingin memastikan sampai kapan pasar ditutup. Ia mengaku, para pedagang ingin kejelasan sampai kapan pasar akan ditutup. Sebab, mereka gelisah jika pendapatannya tergerus karena mata pencaharian yang terbatas. Ia juga menyarankan, pemerintah agar tetap membuka pasar. Dikatakan, jika memang untuk antisipasi PMK, di depan pasar sepatutnya disiapkan dokter hewan untuk pemeriksaan kesehatan.

“Nanti diperiksa yang sakit contohnya kan ada ciri-cirinya kayak kaki bengkak, atau sedang berlendir itu dibawa pulang. Kami hanya ingin dibuka,” tuturnya. Saat ditutup seperti sekarang, pihak Muspika Gondanglegi dan personel Polres Malang beserta BPBD terus melakukan penyemprotan disinfektan untuk sterilisasi pasar mencegah penyebaran PMK.

Selain bentuk protes, para pedagang juga nekat menjual hewan ternak di pinggir jalan. Beberapa di antaranya mengaku tak punya pilihan dan pendapatannya terhenti jika tidak berjualan imbas penutupan pasar. Sejumlah hewan ternak mulai dari sapi, kambing, hingga domba dijual di dekat mobil truk, dan pikap.

“Kalau jual online itu gak laku malahan. Saya saja yang juga beli itu kadang di gambar besar ternyata kecil sapinya. Lah kalau saya jual online ini ya pembeli takut gak ada yang beli. Makannya saya jual di pinggir jalan,” tutur Samsul, salah satu pedagang lain. Kata dia, jualan sapi secara online tidak diperbolehkan jika dijual ke antar daerah. Kemarin, dia dagangkan tiga sapi. Harganya tetap, yakni Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per sapi. Namun hingga kini, kata dia, tidak ada yang laku.

“Gak ada yang laku ini, sudah tiga hari saya dagang juga ini masih tiga gak ada yang laku. Kalau di pasar ini tiga hari bisa 11 sapi terjual,” tutur dia. Menurutnya, para pembeli enggan membeli sapinya karena banyaknya pemberitaan wabah PMK. Dia pun meminta agar Pemkab Malang untuk memberikan solusi, yakni pembukaan pasar hewan ternak.

“Kami cuma ingin di pasar dibuka biar bisa kerja lagi,” keluhnya.

Terpisah, Camat Gondanglegi, Prasetiya Yunika menjelaskan, dia hanya bisa menampung aspirasi para pedagang sapi. Dia tidak bisa memutuskan, untuk membuka kembali pasar.

“Itu kan sudah ada SE. Pasti SE itu ada latarbelakangnya kenapa dikeluarkan sama Bupati. Yang tadi saya bilang dari kesehatan masih belum bisa sapi itu dipertemukan. Kami tidak diam, kami semua bergerak,” tuturnya. Protes dari pedagang ini, katanya adalah keli kedua terjadi. Dia juga mengaku ingin membuka pasar dan ingin perekonomian tumbuh.

“Tapi sekali lagi semua harus bersabar. Semua penentu kebijakan itu bukan kami. Kami akan meneruskan ke pimpinan kami masing-masing,” tutupnya.(tyo/ggs)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img