spot_img
Friday, September 20, 2024
spot_img

Ngampus Online Ekonomi Lamban

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Berharap Segera Kuliah Tatap Muka

Kuliah tatap muka dan berbagai aktivitas kampus tak hanya memudahkan proses transfer ilmu pengetahuan. Namun juga menggairahkan ekonomi. Pelaku usaha menunggu geliat kampus walau serba prokes. (baca grafis di Koran Malang Posco Media)

Pelaku usaha menanti-nanti perkuliahan tatap muka digelar. Terutama yang berkaitan dengan kebutuhan mahasiswa. Mereka kerap bertanya-tanya alasan kampus belum menggelar kuliah tatap muka. Jika alasan Covid-19, bisa saja kampus terapkan kehidupan new normal. Lagi pula dunia kampus dianggap lebih paham.

Wajar saja pelaku usaha menanti-nanti kampus kembali aktif. Sebab tak sedikit sektor ekonomi bergantung pada kampus. Sebut saja bisnis kuliner hingga transportasi online. 

Para driver taksi online dan ojek online misalnya masih beranggapan penumpang belum normal. Sebab mahasiswa merupakan salah satu segmen pasar terbesar. Terutama jasa pesan antar makanan secara online. 

Pengemudi ojek online Syandi Af Ghani mengaku mengalami penurunan orderan selama mahasiswa tak ngampus. Per harinya sekarang hanya bisa mendapat delapan hingga 12 orderan saja. Padahal dulu ketika sebelum kuliah daring, per harinya melayani 18 hingga 22 orderan.

“Sekarang untuk mendapat uang Rp 100 ribu saja harus delapan sampai 12 jam kerja. Kalau dulu uang dengan nominal seperti itu bisa didapatkan dalam jangka waktu enam jam,” terangnya.

Manager Kaf Cafe Akhmad Reza juga mengakui keberadaan mahasiswa di Malang sangat mempengaruhi penjualannya. Penurunannya mencapai 50 persen ketika mahasiswa melakukan daring. Untuk menyiasati hal ini, dengan cara menekan biaya operasionalnya.

“Kalau sekarang ini harus kami yang menjemput pelanggan melalui platform online. Kalau tidak begini ya tidak bisa stabil,” kata dia.

Begitu juga sektor jasa lainnya. Seperti pemilik kos Putri Muslimah Thufail Rozaan yang berada di Planet Regency Dinoyo. Pebisnis ini mengaku usahanya mengalami penurunan selama mahasiswa meninggalkan Kota Malang. Kini kamar kostnya yang terisi hanya sekitar 50 persen saja.

“Dulu di tahun 2020 ketika awal pandemi dari sembilan kamar yang terisi hanya satu hingga dua kamar saja. Tapi sekarang sudah mulai ada peningkatan,” ujar Thufail.

Upayanya tetap menstabilkan bisnisnya yakni dengan cara mengubah target bisnis dan metode pembayarannya. Jika dulu pembayaran kos  dibayar per kontrak tiga hingga satu tahun. Kini dapat dibayarkan dalam jangka waktu satu bulan saja.

“Kalau sekarang targetnya lebih ke mahasiswa yang praktik di laboratorium. Biasanya mereka hanya membutuhkan waktu satu bulan saja. Dari sini bisnis ini masih bisa bertahan,” tambahnya.

Hal serupa juga dirasakan penyedia jasa laundry Resa Debby di Sawojajar Kota Malang. Bisnisnya menglami penurunan sekitar lima persen ketika para pelajar dari SMAN 10 Malang dan SMK Telkom belajar secara daring. Tapi ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bisnisnya.

“Targetnya lebih diperluas lagi seperti ke hotel dan pemilik usaha penginapan. Kalau pelajar kembali ke Malang pasti bisa naik sekitar 20 persen,” ungkap wanita berjilbab ini. (nit/van)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img