spot_img
Saturday, May 31, 2025
spot_img

Nostalgia Naik Bemo Napak Tilas Sejarah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Diawali Subuh Ziarah ke Pesarean Ki Ageng Gribig

MALANG POSCO MEDIA– Sederet rangkaian kegiatan digelar untuk memperingati HUT ke 110 Kota Malang, Senin (1/4) kemarin. Mulai subuh sudah berlangsung kegiatan.

Pemkot Malang mengawali rangkaiannya dengan melakukan ziarah ke Pesarean Ki Ageng Gribig Madyopuro sejak pagi. Ziarah yang dipimpin Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat itu dilakukan subuh, berjalan penuh khidmat.

Usai memanjatkan doa, pembacaan Yasin dan tahlil, Wahyu menaburkan bunga ke sejumlah makam tokoh-tokoh yang ada di lokasi tersebut. Yakni makam Ki Ageng Gribig, Bupati Malang I Raden Panji Wilasmorokusumo, lalu makam Bupati Malang II Raden Bagus Doro, dan Bupati Malang III R.T.A Notodiningrat III.

“Pagi ini kami ziarah ke komplek makam Ki Ageng Gribig yang merupakan tempat tokoh tokoh pendahulu kita. Memanjatkan doa, membaca Yasin dan tahlil bersama,” terang Wahyu.

Usai melakukan ziarah, rangkaian peringatan hari jadi Kota Malang berlanjut dengan diadakannya Upacara Peringatan HUT ke-110 Kota Malang di Balai Kota Malang. Upacara t dihadiri Forkopimda Plus Kota Malang, beberapa mantan Wali Kota Malang, instansi vertikal serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Wahyu menyebut peringatan hari jadi Kota Malang tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab usai upacara, dilanjutkan  rangkaian napak tilas ke sejumlah bangunan  bersejarah di Kota Malang. Ia menyebut, dengan mengingat kembali kenangan dan peninggalan masa lalu, bisa menjadi refleksi dan pemicu semangat untuk memberikan yang terbaik pada Kota Malang.

Momen HUT Ke 110 Kota Malang membuka kenangan masa lalu.  Pertama yang dilakukan menggunakan bemo. Sebuah kendaraan umum beroda tiga, populer di eratahun 1970-1980-an. Wahyu Hidayat langsung merasa nostaljik.

“Saya ingat dulu saat SMA dan kuliah, sekitar Tahun 1982-an. Itu masih pakai bemo kalau kemana-mana. Orang mau ke pasar, ke sekolah pakai bemo. Ya ini tadi rasanya senang seperti masa lalu waktu masih remaja dulu,” ungkap Wahyu.

Malang Posco Media

Napak Tilas jajaran pejabat Pemkot Malang ini mengambil start dari Balai Kota Malang menuju enam lokasi. Pertama yang dikunjungi Stasiun Kotabaru Malang. Stasiun yang sudah ada sejak era kolonial Belanda ini memiliki segudang cerita masa lalu Kota Malang.

Disana terlihat jejak-jejak arsitektur yang masih khas era kolonial. Terlihat juga perkembangan yang nyata 100 tahun silam dengan era saat ini. Wahyu mengungkapkan ini menjadi bentuk nyata berkembangnya sistem transportasi umum di Kota Malang.

Dari Stasiun Kotabaru Malang, napak tilas berlanjut ke Gedung Komite Nasional Pemuda Indoenesia (KNPI) Kota Malang di Jl Kawi.

“Gedung KNPI ini dulu bekas bozem dibangun di zaman Kolonial Belanda. Kami lihat tadi apa-apa saja yang masih dan sekarang kondisinya agar nanti bisa ada perbaikan. Lalu kami ke Gedung BI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cabang Malang),” papar Wahyu.

Dikatakan Wahyu Gedung BI Malang masih sangat khas dengan gaya arsitektur ala Belanda. Karena dulunya adalah gedung De Javasche Bank di Malang. Hingga saat ini bentuk aristekturnya masih dipertahankan.

Wahyu mengungkapkan Gedung BI Malang dan juga Gedung KPPN (Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara) Malang, yang menjadi lokasi napak tilas selanjutnya. Sama-sama menjadi saksi sejarah perjuangan. Ini seperti juga dengan gedung Balai Kota Malang.

“Dan ini saya juga melihat di KPPN ini ada petugas yang melayani dengan menggunakan baju-baju peninggalan Belanda. Memang masih dipertahankan apa yang jadi sejarah di sana,” papar Wahyu saat Napak Tilas di Gedung KPPN Malang.

Dari situ ia berencana mendiskusikan sebuah tradisi. Yakni  merencanakan kedepan setiap Tanggal 1 April (hari jadi Kota Malang) setiap perangkat  daerah, pejabat-pejabatnya mengenakan kostum Malangan atau kostum khas Tahun 1914, tahun berdirinya Kota Malang.

Setelah dari KPPN Malang, rombongan napak tilas ke Alun-Alun Merdeka Kota Malang atau yang kerap disebut Alun-Alun Kotak. Disana diteguhkan lagi komitmen melanjutakn rencana revitalisasi Alun-Alun Merdeka Kota Malang lewat program CSR dengan Bank Jatim.

Lokasi terakhir Napak Tilas adalah Gedung Kesenian Gajayana. Gedung ini dahulunya disebut Gedung Cendrawasih.

“Ya saya dulu sering ke sini nonton konser musik namanya gedung Cendrawasih. Memang kondisinya seperti ini nanti akan kami perbaiki dan rawat. Ada yang perlu diperbaiki, atap dan panggung. Nanti di cat lagi. Ini gedung bersejarah,” ujar Wahyu.

Ditambahkannya Napak Tilas mengelilingi gedung-gedung bersejarah Kota Malang ini memiliki esensi Menolak Lupa. Menolak melupakan sejarah Kota Malang. Wahyu menegaskan apa yang dimiliki dan diraih Kota Malang saat ini tidak lepas dari perjuangan dan sejarah orang di masa lalu.

Merawat dan melestarikan juga mengenangnya menjadi salah satu sikap yang bisa dilakukan penduduk Kota Malang saat ini. Dan seterusnya.

Sesuai tema HUT ke-110 Kota Malang, ia berharap seluruh masyarakat bisa berselaras untuk memajukan Kota Malang menjadi kota yang berkelas.

“110 tahun berarti sudah satu abad satu dasawarsa. Berarti kita sudah mengenyam perjalanan panjang di 110 tahun ini. Maka mudah-mudahan Kota Malang kedepan bisa lebih baik lagi. Harapannya berkelas di segala bidang,” tegas Wahyu.

Pada 1 April ini pula, Wahyu menyebut sejumlah fasilitas dari Pemkot Malang banyak yang dilakukan pembebasan. Dalam artian masyarakat bisa merasakan manfaat dari fasilitas milik pemerintah secara gratis selama satu hari kemarin.

“Misalnya retribusi pasar kami bebaskan, tarif parkir di beberapa titik juga dibebaskan, bahkan beberapa pajak dan retribusi lain dalam satu bulan kami bebaskan (penghapusan sanksi administrasi pajak daerah),” tandasnya. (ica/ian/van) 

-Advertisement-.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img