Malang Posco Media – Jika tidak mampu menjadi pengungkit perekonomian wilayah sekitarnya bandara-bandara di Jatim sebaiknya ditutup saja. Apalagi jika bandara-bandara dimaksudkan hidupnya hanya menghabiskan subsidi anggaran pemerintah.
Peringatan keras di atas diungkapkan Kepala Dinas Perhubugan Jatim Dr. Ir. Nyono. ST., MT., saat rapat optimalisasi operasional transportasi udara di Jatim di Malang, Rabu sore.
“Buat apa bakar-bakar avtur kalau tidak ada multi efeknya untuk daerah itu. Lebih baik ditutup saja,” tandas Nyono di depan Kadishub Kabupaten/kota di Jatim serta perwakilan otoritas udara termasuk pemilik airlines di Jatim.
Nyono menyadari, tingkat kesulitan masing-masing pengelolaan bandara di Jatim memang berbeda-beda. Tetapi, jika kesulitan itu tidak segera dicarikan solusinya maka operasional bandara tidak akan bergerak.
Sebagai contoh, Nyono menyebut Bandara Notohadinegoro di Jember. Sejak dioperasikan sampai sekarang, belum terlihat efek positif keberadaan bandara Jember terhadap perkembangan bandara itu sendiri.
“Mestinya dari Jember ada penerbangan ke Denpasar, ke IKN, ke Kalimantan tidak hanya ke Jakarta saja. Kalau alasannya soal keuangan untuk perpanjangan runway tidak punya, ya ajukan BK (Bantuan Keuangan) ke Jatim,” kata Nyono berapi-api.
Selain Jember, Nyono kemudian menyoroti tajam Bandara Internasional Doho di Kediri. Bandara super mewah seharga kurang lebih Rp 12 Triliun itu, sampai hari ini, juga tidak berkembang sama sekali.
Mestinya, kata Nyono, dari bandara Kediri segera dibuka jalur penerbangan ke semua wilayah di Indonesia. Plus jalur penerbangan internasional yang akan berdampak terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Jatim.
“Saya tidak tahu, apa yang menjadi penyebab mandulnya perkembangan Bandara Doho Kediri. Tetapi yang saya dengar, perlu ada kerjasama semua pihak agar hal-hal yang menjadi handicap di Doho Kediri bisa ditembus,” pintah Nyono.
Ditambahkan Nyono, pihaknya sudah minta Kepala UPT Bandara Abd Saleh Malang untuk menambah jadwal penerbangan dari enam kali bisa menjadi 13 kali sehari sepert sebelum Covid 19 lalu.
“Saya target begitu, Kepala UPT-nya langsung minta tambahan anggaran. Karena untuk perkembangan Jatim saya langsung tambahi,” pungkas Nyono dengan menyebutkan bandara Sumenep sampai Banyuwangi kondisinya juga tidak berkembang sama sekali. (has)