Malang Posco Media – Cacing yang dianggap menjijikan bagi sebagian orang justru jadi sumber pendapatan. Abdul Aziz Adam, warga Sukun Kota Malang sukses menjadikan cacing sebagai pundi ekonomi. Diolah hingga dipasarkan ke berbagai tempat, termasuk luar negeri.
Olahan cacing karya Adam jarang diproduksi pihak lain. Seperti pakan udang, vitamin untuk ikan, kosmetik hingga obat cacing. Ragam jenis inovasinya itu membuat Adam menjadi satu-satunya pelaku usaha olahan cacing di Kota Malang.
“Sementara ya saya sendiri (belum ada pesaing). Kalau cacingnya saya dapat dari kemitraan, peternak cacing. Kalau peternak cacing kan memang banyak,” ujar Adam.
Sebelum menekuni dunia cacing, ia bekerja di suatu perusahaan swasta. Sekitar tahun 2010 dia keluar. Alasannya ingin mandiri. Mulanya dia mencoba usaha budidaya belut dan cacing sebagai pakan belut. Tapi karena belut gagal, maka tidak ada pilihan bagi Adam untuk budidaya cacing. Apalagi ia sudah terlanjur beli cacing dalam jumlah banyak.
Visi budidaya cacing yang dilakukannya menyerap limbah organik sebanyak-banyaknya. Semakin banyak cacing, semakin banyak kebutuhan limbah organik sebagai media sekaligus pakan cacing. Cacing mampu mengurai limbah organik.
“Tahun 2012 mulai ada kebutuhan cacing untuk umpan pemancingan dan ternyata prospek bisnis pemancingan luar biasa. Hampir setiap kota ada pemancingan,” katanya. “Kebutuhan awalnya hanya 2 kilogram per minggu, bebarapa bulan selanjutnya sudah mencapai 200 kilogram per minggu. Dari momen tersebut akhirnya fokus menekuni budidaya cacing,” sambung Adam.
Waktu berjalan, manfaat cacing dikenal diberbagai bidang. Misalnya untuk pakan burung, pakan ikan hias, pakan udang, lobster, belut, sidat, dan banyak lainnya. Demikian pula kotoran cacing atau vermikompos, yang digunakan bidang pertanian. Maka industri cacing mulai diseriusi pada tahun 2017. Mulai riset untuk berbagai macam produk pengembangan.
“Respons keluarga ketika itu, khususnya anak istri, Alhamdulillah support, meskipun juga agak aneh. Kalau respons masyarakat sekitar mungkin ini pilihan yang aneh banget. Saya sendiri juga bingung dan tidak pede awalnya. Hanya karena terpaksa, jadi jalan terus saja,” terangnya.
Tidak tanggung-tanggung, Adam setiap harinya mampu mengolah hingga 500 kilogram cacing tanah. Pasalnya sudah banyak masyarakat yang tertarik dan percaya dengan produk Adam.
Segmen pasar makin dikembangkan dan banyak sasaran marketnya. Misalnya produk cacing segar untuk bisnis hobi seperti pemancingan, lalu produk suplemen untuk segmen peternakan, perikanan dan dan lalu pupuk organik cair. Kemudian cacing kering dan tepung untuk industri herbal dan farmasi, hingga cacing minyak digunakan kosmetik.
Pemasarannya pun dikatakan Adam sudah cukup kuat. Ia lebih banyak memasarkan produknya ke berbagai daerah di Jawa Timur. Namun beberapa produk tertentu sudah tembus pasar internasional.
“Kebutuhan produk-produk berbahan dasar cacing mulai dilirik industri pakan ternak baik dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga potensi dan prospek industri cacing Insya Allah semakin terbuka,” kata dia.
“Saat ini lagi persiapan pengiriman vermikompos atau pupuk kotoran cacing, pesanan dari China sebanyak 60 kontainer untuk periode Juni 2022 hingga Februari 2023,” sambung pria kelahiran 1975 ini.
Pasar luar negeri menurut dia bisa dikatakan sangat prospektif. Apalagi di luar negeri tidak mungkin budidaya cacing karena iklim yang tidak mendukung.
“Untuk pasar luar negeri sementara kita fokuskan pada produk tepung cacing untuk support industri pakan ternak di sana,” sambungnya.
Dari hasil mengolah cacing tanah itu, omzet yang dihasilkan pun cukup besar. Bahkan hingga sampai ratusan juta rupiah per bulan.
“Sekitar Rp 400 juta-an sebulan. Ini kita pasarkan ke tambak-tambak udang, peternak ayam, peternak bebek, petani sampai masyarakat umum. Karena memang seperti obat cacing ini kan cocok untuk obat sakit tipus,” ungkap Adam.
Meski begitu, kini ia masih terus mengembangkan riset produk dan pengetahuan tentang karakter cacing. Ia melibatkan akademisi dalam program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar. Sehingga mahasiswa dan tenaga pengajar bisa bekerjasama dan melakukan riset atau penelitian di tempatnya.
Bahkan Adam sendiri secara masif memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat umum dengan memanfaatkan media sosialnya.
“Masyarakat sendiri bisa terus mendapatkan info-info update tentang dunia percacingan di channel kami RAJ Organik Official. Di situ kami sering mengundang narasumber yang kompeten, mitra-mitra yang berhasil, pengguna-pengguna produk dan itu ditampilkan di channel tersebut,” sebutnya. (ian nurmajidi/van)