MALANG POSCO MEDIA – Suatu ketika, KH Hasyim Muzadi kedatangan tamu orang Madura dan ditemui di dalem Pesantren.
Kiai Hasyim: Sampean dari mana?
Tamu: Dari Sampang, kiai.
Kiai Hasyim mempersilakan sang tamu untuk menikmati kopi yang telah ada. “Silakan diminum,” kata pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Kota Malang tersebut.
Setelah kopi dan teh panas disruput, barulah Kiai Hasyim kembali bertanya, basa-basi.
Kiai Hasyim: Sampean dari mana?
Tamu: Sampang, kiai.
Kiai Hasyim: Oh, dari Sampang Madura ya?
Tamu: Bettul, kiai.
Kiai Hasyim: Tadi ke sini dengan siapa?
Tamu: DENGAN SENDIRINYA, Kiai
Kiai Hasyim mencoba menahan tawa atas jawaban tersebut. Maknanya adalah bahwa sang tamu datang sendirian. Karena kagok berbahasa Indonesia, akhirnya yang dilakukan memadukan antara bahasa Madura yang dibahasa Indonesiakan. Kadhibian atau sendirian sehingga menjadi sendirinya.
Karena masih penasaran, Kiai Hasyim melanjutkan pertanyaannya. Barangkali sang tamu ada yang menemani atau diantar seseorang.
Kiai Hasyim: Ya, tadi bersama siapa?
Tamu: BERSATU Kiai.
Jawaban kedua ini membuat Kiai Hasyim akhirnya tidak bisa menahan tawa…….
Kiai Hasyim akhirnya yakin bahwa tamu dari Sampang ini datang sendirian dan tidak ada yang menemani apalagi mengantar. Buktinya, datang bersatu, tanpa teman selama perjalanan.
Keberanian orang Sampang melakukan perjalanan ke Surabaya, benar-benar tidak diragukan. Buktinya, berani bersatu dengan sendirinya. Kepada Kiai Hasyim Muzadi, Alfatihah… (nuo)