MALANG POSCO MEDIA – Dalam kehidupan sosial, masalah memang sulit untuk dihindari. Termasuk dalam organisasi. Dalam perjalanannya, pasti ada masalah, konflik, pro kontra dan lainnya. Saat ada masalah, harusnya semua pihak kembali ke aturan. Kalau di organisasi ya kembali ke aturan organisasi.
Sebagai organisasi tertua kewartawanan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) harusnya sudah menjadi orang tua. Bersikap seperti orang tua. Mengedepankan kebijakan dan kebaikan organisasi. Bukan seperti anak kecil atau remaja yang mengedepankan kelucuan dan egonya. Sebab sebagai organisasi tertua, pasti akan menjadi sorotan masyarakat se Indonesia, bahkan dunia.
Persoalan yang ada di tubuh PWI sudah menjadi konsumsi publik. Kondisi ini tidak hanya membuat anggota PWI dan pengurus PWI seluruh Indonesia tidak nyaman dan gemes, tapi juga membuat pejabat di semua tingkatan, sampai Presiden pun akan bersikap hati-hati. Karena dualisme kepengurusan PWI yang ada membuat banyak pihak jadi tidak nyaman.
Peringatan HPN 2025 yang digelar di dua lokasi pun membuat anggota dan Pengurus PWI bingung bersikap. Secara organisasi harus tunduk dan patuh yang mana. Sementara fakta di lapangan, masih ada klaim kepengurusan PWI, meskipun sudah dipecat. Bahkan penyelenggaraan HPN 2025 pun ada dua tempat.
HPN Riau versus HPN Banjarmasin Kalimantan Selatan. Maskotnya pun ada dua. Temanya juga berbeda. Sampai-sampai masyarakat yang tidak mengetahui persoalannya pun kaget dan dibikin bingung. Pengelola media mainstream pun akhirnya harus bijak bersikap. Tidak pro salah satunya. Malang Posco Media pun akhirnya bersikap elegan, memasang iklan ucapan HPN tanpa embel-embel maskot, tanpa lokasi dan tanpa tema.
HPN 2025 sekaligus HUT ke 79 PWI, 9 Februari kemarin harus menjadi momentum untuk kembali bersatu. Sama-sama menurunkan ego masing-masing. Sama-sama bersikap menjadi orang tua. Mengayomi, ngemong, dan menyelesaikan persoalan dengan tenang, kalem dan kekeluargaan.
Tak ada yang diuntungkan dari sebuah konflik berkepanjangan. Justru yang rugi PWI sendiri. Persoalan organisasi idealnya memang diselesaikan secara organisasi. Malu, organisasi tertua kok gegeran seperti anak kecil. Seperti kata-kata viral. Ubur Ubur Ikan Lele, wes ojo gegeran ae le.(*)
