spot_img
spot_img
Friday, March 29, 2024
spot_img
spot_img

P5 Membentuk Pembelajar Sepanjang Hayat

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kurikulum Merdeka yang saat ini telah diterapkan di banyak sekolah di Indonesia menjadi sebuah sarana meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Paradigma Kurikulum Merdeka mengacu pada pertumbuhan bakat dan minat serta aspirasi  peserta didik sehingga mereka bisa memilih pelajaran yang mereka kehendaki sesuai dengan minat. Sedangkan guru memiliki keleluasaan untuk menyusun perangkat ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Dalam kurikulum merdeka peserta didik tidak hanya diarahkan untuk sekadar menjadi pintar, namun juga dibentuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau disebut profil pelajar Pancasila. Selain itu, profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia.

Profil Pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi. Yaitu pertama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Kedua berkebhinekaan global. Ketiga bergotong royong. Keempat mandiri. Kelima bernalar kritis dan keenam kreatif. (Buku Panduan Pengembangan Projek Profil Pelajar Pancasila, 2022)

Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Profil Pelajar Pancasila dapat diimplementasikan melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila atau P5. Kegiatan P5 sendiri merupakan program kokurikuler yang terpisah dengan program intrakurikuler dan dapat  dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

Dalam mengimplementasikan P5 satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek ini. Kemendikbudristek menentukan tema untuk setiap projek profil yang diimplementasikan di satuan pendidikan.     Dimulai tahun ajaran 2021/2022, terdapat empat tema untuk jenjang PAUD dan delapan tema untuk SD-SMK dan sederajat yang dikembangkan berdasarkan isu prioritas dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035, Sustainable Development Goals, dan dokumen lain yang relevan.

Tema untuk jenjang PAUD yaitu Aku Sayang Bumi “Gaya Hidup Berkelanjutan”; Aku Cinta Indonesia “Kearifan Lokal”; Kita Semua Bersaudara “Bhineka Tunggal Ika” dan Imajinasi dan Kreativitasku “Rekayasa dan Teknologi.” Adapun tema untuk SD-SMK dan sederajat yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan; Kearifan Lokal;  Bangunlah Jiwa dan Raganya; Suara Demokrasi; Rekayasa dan Teknologi; Kewirausahaan; dan Kebekerjaan.

Penentuan tema yang akan dibuat projek berdasarkan tahapan kesiapan satuan pendidikan beserta warganya serta isu yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus prioritas satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan pasti memiliki ciri khas dikarenakan berbeda-bedanya lingkungan sosial dan budaya di mana satuan pendidikan tersebut berada. 

Dalam menjalankan P5 satuan pendidikan dapat memanfaatkan keunikan yang dimilikinya sehingga peserta didik mampu mengenali dan memberdayakan potensi yang dimiliki daerahnya. Di SMK Terpadu Al-Ishlahiyah Singosari, kegiatan P5 telah banyak memberikan efek positif, baik bagi guru sebagai fasilitator maupun bagi peserta didik.

Dalam pelaksanaan P5 guru berperan sebagai fasilitator projek yang harus banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan keinginan, kemampuan dan pengalaman yang ia miliki.

Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mengasah kemampuannya dalam memunculkan inisiatif untuk menciptakan sesuatu, menentukan keputusan serta memecahkan masalah. Satu tema yang telah dilaksanakan oleh peserta didik di akhir Agustus lalu adalah tema Bhineka Tunggal Ika.

Peserta didik diajak melakukan aksi nyata sebagai bentuk implementasi dari pemaknaan mereka terhadap Bhinneka Tunggal Ika melalui pembuatan replika baju adat dan rumah adat dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Proses pembuatannya memanfaatkan limbah dan barang bekas yang ada di sekolah.

Hasil dari replika baju adat dan rumah adat yang telah dibuat ditunjukkan kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat melalui kegiatan Pameran P5. Sebagai sebuah kegiatan yang berbasis projek, kegiatan P5 di SMK Terpadu Al-Ishlahiyah didukung lingkar sosial dari berbagai kalangan. Oleh sebab itu diperlukan kolaborasi dan sikap saling tolong menolong dari sesama peserta didik.

Lebih jauh, upaya kolaboratif juga dilakukan oleh sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai elemen kunci dalam segi tiga emas pendidikan. Agar projek ini berjalan secara optimal dan rasa ingin tahu peserta didik akan mempelajari hal-hal baru tetap terpelihara maka guru sebagai fasilitator harus merancang pelaksanaan projek ini dengan suasana yang menyenangkan.

Karena pada dasarnya sikap ingin tahu atas hal-hal baru akan terhenti saat manusia tidak menemukan hal yang menarik. Selain itu, dengan terus memelihara rasa ingin tahu diharapkan peserta didik dapat mencapai karakter pelajar sepanjang hayat.

Di akhir rangkaian kegiatan P5 satuan pendidikan harus melakukan evaluasi. Secara umum evaluasi adalah suatu proses menilai, mengukur, mengoreksi dan perbaikan pada suatu kegiatan yang diselenggarakan dengan membandingkan proses rencana dengan hasil yang dicapai. Saat melakukan evaluasi kegiatan P5 satuan pendidikan harus memperhatikan beberapa prinsip dasar. Yaitu menyeluruh, fokus pada proses, tidak ada evaluasi yang mutlak seragam, dan pelibatan peserta didik.

Prinsip menyeluruh artinya pendidik atau fasilitator tidak hanya menilai pembelajaran peserta didik namun juga menilai segala aktivitas yang dilakukan peserta didik mulai awal hingga akhir projek yang dilakukan. Adapun prinsip fokus pada proses bukanlah berapa banyak peserta didik mendapatkan nilai akhir yang tinggi atau kualitas produk, tetapi yang dievaluasi adalah bagaimana dan seberapa jauh peserta didik mengalami pembelajaran dan mengembangkan profil pelajar Pancasila selama projek profil berjalan.

Oleh karena itu, evaluasi implementasi projek profil seyogyanya dikembangkan dengan menyesuaikan konteks satuan pendidikan. Keterlibatan peserta didik dalam evaluasi kegiatan P5 penting agar peserta didik merasakan rasa kepemilikan terhadap projek profil, juga agar evaluasi lebih menyeluruh.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img