MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Penanganan dan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Malang masih menjadi persoalan serius. Kendala gangguan tumbuh kembang anak yang tidak sesuai dengan umur di Kabupaten Malang masih ditemukan. Percepatan penurunan stunting dan peningkatan status gizi menjadi pekerjaan rumah.
Dua kecamatan yakni Bululawang dan Pakis menjadi pilot project penurunan stunting. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto pada pertemuan Program Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (PASTI), Rabu (26/7) di Hotel Grand Miami Kepanjen, kemarin.
Problem kesehatan stunting, menurutnya menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan bersama seluruh pihak dengan langkah konkret. “Ini butuh sinergisitas antara kelembagaan kepada Pemkab Malang. Juga bekerja sama dengan BKKBN pusat. Bicara stunting butuh keseriusan menyelesaikan. Harus terprogram, bagaimana pranikah, proses nikah, kehamilan dan pascamelahirkan,” jelasnya.
Dikatakan, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Pemkab Malang telah berhasil menurunkan angka stunting sebesar 25,7 persen pada tahun 2021 menjadi 23 persen di tahun 2022. Dalam kurun waktu satu tahun, terdapat penurunan prevalensi stunting sebesar 2,7 persen. “Secara progresif, prevalensi stunting Kabupaten Malang pada angka 6,7 persen,” terang Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Malang itu.
Didik mengungkapkan, pentingnya validasi data yang dimiliki. Termasuk klasifikasi anak yang berstatus stunting dan rentan stunting. Melalui program PASTI pula, Didik berharap untuk dapat mengakselerasi percepatan penurunan stunting, utamanya di dua wilayah tersebut. Alasannya, Bululawang dan Kecamatan Pakis adalah wilayah urban dan plural. (tyo/mar)