.
Thursday, December 5, 2024

Kabar dari Eropa

Pameran Tekstil Indonesia pertama di Bern Sukses Promosikan Pesona Wastra Indonesia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk “Indonesian Textiles Exhibition” yang pertama kalinya digelar di Kota Bern, Swiss, selama 4-8 September 2024 lalu berhasil menarik minat ribuan warga Swiss.


Pameran ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern (KBRI Bern) bekerja sama dengan Organisasi Quilt Bern, serta didukung oleh Pemerintah Kota Bern.


Seni quilt, yang merupakan seni memadupadankan beberapa lapis kain dengan membentuk suatu corak tertentu, disatukan dengan batik Indonesia dan menghasilkan karya-karya quilt batik yang sangat indah bernuansa Indonesia. Quilt Bern berhasil mengkurasi lebih dari 70 karya Quilt yang dihasilkan dengan menggunakan kain batik pemberian PT Batik Semar Indonesia. Karya-karya quilt ini dipamerkan di Gedung Grosse Orangerie.

Berbagai kalangan apresiasi pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk “Indonesian Textiles Exhibition” yang pertama kalinya digelar di Kota Bern, Swiss. (Foto: KBRI Bern for MPM)


Di sisi yang lain, di Gedung Kleine Orangerie, terdapat pameran busana Indonesia yang diisi oleh PT Songket Bernhard Bart, Organisasi Perempuan Berkebaya Indonesia Eropa, serta perancang muda Indonesia yang berdomisili di Swiss, Diana Rikasari.


Dalam sambutan pembukanya, Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Ngurah Swajaya, menyampaikan bahwa pameran ini merupakan salah satu kanal utama dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya kain Indonesia di kancah internasional. “Selain memperkenalkan kekayaan seni dan budaya Indonesia kepada masyarakat Swiss, pameran ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman lintas budaya yang lebih dalam. ” ujarnya.

Pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk “Indonesian Textiles Exhibition” yang pertama kalinya digelar di Kota Bern, Swiss merupakan salah satu kanal utama dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya kain Indonesia di kancah internasional. (Foto: KBRI Bern for MPM)


Duta Besar Ngurah Swajaya juga menyampaikan apresiasi atas karya-karya para seniman quilt yang berhasil menyelesaikan tantangan batik dan menggabungkannya dengan teknik quilt. Kreasi para seniman quilt dalam mengambil motif batik menjadikannya karya seni baru yang indah dan unik. “Pameran ini diharapkan mampu meningkatkan minat dari para pengunjung untuk mencintai seni budaya dan produk Indonesia, terutama batik dan wastra Indonesia lainnya,” harap Duta Besar Ngurah.


Karya-karya quilt yang ditampilan pada pameran tersebut telah menerima berbagai macam pujian yang datang dari berbagai lapisan masyarakat lokal, di antaranya dari Duta Besar-Duta Besar negara sahabat, komunitas diplomatik, serta komunitas seni di Kota Bern. Termasuk di antaranya adalah karya quilt tiga dimensi. Beberapa karya quilt juga banyak mengangkat keindahan alam Indonesia, arsitektur Indonesia, dan peta Indonesia. “Para pengrajin quilt dari berbagai belahan dunia menyambut dengan sangat antusias tantangan membuat quilt dari batik,” tutur pendiri Quilt Bern, Trix Bühlmann-Epple. Tantangan tersebut tidak hanya diikuti oleh seniman quilt dari Swiss, namun juga diikuti oleh seniman quilt terkenal dari Eropa dan Amerika Serikat.

Pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk “Indonesian Textiles Exhibition” yang pertama kalinya digelar di Kota Bern, Swiss menampilkan berbagai karya budaya kain Indonesia. (Foto: KBRI Bern for MPM)


Lebih dari 2.000 pengunjung telah menikmati Indonesian Textiles Exhibition yang berlangsung selama l 4 – 8 September 2024. Selama 5 hari pameran ini juga dipenuhi dengan berbagai kegiatan budaya Indonesia, seperti workshop membatik, fashion show kebaya Indonesia, serta pertunjukan tari-tari tradisional Indonesia.


Dalam pameran tersebut, Bernhard Bart, warga Swiss yang telah memproduksi dan melestarikan seni tenun songket melalui PT Songket Bernhard Bart, turut menampilkan puluhan kain songket karyanya. Studio songket PT. Songket Bernhard Bart di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, yang berdiri sejak tahun 2008 secara aktif melibatkan anak-anak muda lokal di sekitar wilayah Bukuttingi. Hal ini bertujuan agar keahlian menenun yang diwariskan oleh para leluhur tetap hidup dan lestari di generasi-generasi mendatang. “Saya ingin menghidupkan kembali dan melestarikan kehalusan kain tenun tangan dari masa sebelumnya dan mengembangkan lebih lanjut teknik tenun, sehingga membawa tenun songket ke masa kejayaan yang baru,” kata Bernhard.

Masyarakat dari berbagai kalangan mempelajari kekayaan budaya kain Indonesia di pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk “Indonesian Textiles Exhibition” yang pertama kalinya digelar di Kota Bern, Swiss. (Foto: KBRI Bern for MPM)


Pelaksanaan Indonesian Textiles Exhibition mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari warga setempat. Pameran tekstil Indonesia itupun berhasil menjadi buah bibir di kalangan warga setempat. Selain dihadiri oleh Duta Besar dari berbagai negara sahabat, pameran tersebut juga dihadiri oleh kalangan pecinta seni tekstil, komunitas quilt dari Swiss dan sekitarnya, warga Swiss dari berbagai kota, friends of Indonesia, diaspora Indonesia yang tinggal di Swiss. Tidak sedikit dari para warga lokal yang hadir, fasih berbahasa Indonesia.

Mayoritas pengunjung mengaku sempat mengunjungi Indonesia dan menyempatkan diri datang dari luar Kota Bern untuk mengobati rasa rindu akan Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang ingin membeli kain-kain dan kebaya yang dipamerkan.


Upaya untuk meningkatkan familiaritas masyarakat Swiss melalui pemahaman budaya ini diharapkan akan menjadi jembatan untuk lebih mempererat people-to-people contact antara Indonesia dan Swiss. (opp/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img