spot_img
Monday, December 23, 2024
spot_img

Panggilan Cegah Kenakalan Remaja

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Marak kenakalan remaja mengundang kekhawatiran Enny Umronah. Ia mencari cara mencegahnya sejak dini. Salah satunya mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Robbani.

Upayanya mendirikan lembaga tersebut, lantaran sejak tahun 2005 lalu, melihat ada bibit-bibit kenakalan pada anak hingga remaja. Sementara kebanyakan dari mereka bisa terjerumus dalam kenakalan yang hingga berujung kasus pidana.

Dari sanalah tepat di tahun 2007, ia mulai memberikan semacam kelas pendampingan kepada anak-anak terlantar. Juga kepada dan anak-anak yang memiliki kepribadian kurang baik. Berawal dari hanya beberapa anak asuh saja, kini seluruh anak asuhnya berjumlah 80 orang anak. Bahkan sebelumnya sempat mendampingi 120 anak.

Enny sapaan akrabnya mengatakan para anak asuh ini ada yang berlatar belakang yatim piatu, broken home atau yang memiliki orang tua bermasalah. Dan bukan perkara mudah mengasuh anak dengan latar belakang seperti itu.

“Menjaga pola asuh dan pola komunikasi menjadi hal penting dalam mengasuh anak. Karena anak tidak akan terbuka apabila tidak percaya. Membangun kepercayaan ini yang membutuhkan kesabaran dan teknik khusus,” ceritanya.

Tepat pada tahun 2011, LKSA Robbani mendapatkan izin resmi. Berawal dari pinjam tempat, kemudian berpindah-pindah, kini LKSA sudah memiliki tempat permanen.

“Tempat ini merupakan hibah dari seorang dermawan yang peduli aktivitas kami. Peduli pengembangan diri anak-anak asuh di sini, akhirnya diberilah kami tempat dengan status waqaf. Bertempat di Bumi Mondoroko Raya Blok BA Singosari Kabupaten Malang,” terang wanita kelahiran Jepara 49 tahun lalu itu.

Ia bersyukur banyak perubahan dan dampak positif bagi anak yang masuk dalam lembaga pengasuhannya. Bahkan sebelumnya ada anak yang sempat berstatus sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) sebagai pelaku anak, sudah kembali ke jalan kehidupan yang baik.

Enny menceritakan saat itu sang anak terlibat perkara karena kasus pencurian. Sekarang dia sudah mulai berubah. Menjadi siswa teladan, lulus sekolah tanpa harus kejar paket.

“Dalam lembaga kami, tujuan yang kami utamakan membangun sikap, mental dan kepribadian seseorang yang berjiwa sosial dan siap terjun di masyarakat,” kata dia. “Menjadi pribadi yang mendapatkan lingkungan pengasuhan yang baik, harapannya mereka bisa tumbuh menjadi orang yang penuh kasih, peduli, inisiatif dan dapat dipercaya,” sambung Enny.

Alumnus Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) tahun 1992 ini mengatakan ada beberapa kategori anak yang bisa mendapatkan pengasuhan. Kategori pertama  anak yatim-piatu, kemudian anak broken home, serta anak yang memiliki orangtua yang kurang cakap dalam memberikan pengasuhan yang baik.

“Misal, dalam kondisi tersebut si anak terlalu dibiarkan, terlalu ditekan atau masalah umum lainnya. Ini yang kami bantu memberikan pengasuhan, baik kepada sang anak maupun kepada orangtuanya. Agar bisa sinkron antara pola pengasuhan kami serta perubahan pola asuh dari orangtua,” urainya.  

Ia menjelaskan anak bagaikan kertas putih. Lingkungan di mana dia hidup dan tumbuh, adalah alat tulis yang akan menorehkan coretan dan membentuk lembaran kertas itu menjadi hal yang baik atau yang buruk.

“Pengasuhan terpenting dan yang utama adalah keluarga dan orang tua. Apabila gagal atau tidak maksimal, dampak negatifnya akan dibawa oleh anak seumur hidupnya. Ini yang menjadi kewajiban bersama meluruskan demi masa depan generasi penerus bangsa,” pungkasnya. (rex/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img