.
Saturday, December 14, 2024

Panji Satukan Kebudayaan ASEAN

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Telusuri Sejarah Panji di Kota Malang

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sebanyak 120 pelaku budaya dari berbagai negara mengunjungi Museum Mpu Purwa, Kamis (19/10). Mereka berkumpul dalam rangka Festival Panji yang digelar oleh Kemendikbud Ristek. Setelah berkeliling kota dengan menaiki bus wisata Macito, para pelaku budaya itu diajak untuk melihat sejumlah peninggalan bersejarah, termasuk benda benda yang diduga berkaitan cerita Panji.

Cerita Panji diketahui telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai ‘Memory of the World’ atau Ingatan Dunia. Tidak hanya di Indonesia, nyatanya cerita tentang Panji juga ada di sejumlah negara Asean lain. Oleh karenanya, ratusan pelaku budaya itu juga mengunjungi Kota Malang untuk mengetahui adanya keterkaitan cerita Panji yang ada di Malang. Para pelaku budaya ini berasal dari Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, serta tentunya Indonesia.

“Acara hari ini city tour. Kemarin mengikuti pembukaan di Jogja, di Surabaya dan mulai hari ini sampai 21 Oktober nanti ada di Malang. Nanti malam mereka akan dijamu di Museum Ganesya, kemudian besok latihan, dan di Sabtu (21/10) ada penampilan di Balai Kota. Jadi dari 8 negara ini mau menampilkan sebuah cerita Panji,” jelas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Suwarjana kepada Malang Posco Media.

Karena cerita Panji juga banyak ditemukan di negara lain, menurut Suwarjana ini merupakan suatu hal yang bagus karena bisa mempersatukan negara Asean melalui kebudayaan. Nantinya mereka akan menampilkan cerita tentang Panji dalam satu cerita.

“Pentasnya di hari Sabtu nanti yang jelas kolosal, kemudian live beriringan semua. Ada dialog, tarian yang menceritakan Panji Inu Kertopati dengan Galuh Candrakirana. Insya Allah pementasan ini dikemas mirip seperti penampilan di Jogja, tapi juga tidak terlalu sama,” sebutnya.

Suwarjana pun berharap rangkaian Festival Panji ini bisa menjadi media untuk pengenalan budaya kepada generasi muda. Apalagi di tengah kondisi perkembangan zaman dimana generasi saat ini ditengarai mulai melupakan kebudayaan. Padahal, tegas Suwarjana, kebudayaan ini berguna untuk menumbuhkan karakter anak.

“Contoh, anak-anak yang sebelumnya tidak tahu kalau ada cerita Panji, tapi dengan festival ini bisa mengetahui, harus belajar dan ini sangat luar biasa antusiasmenya. Makanya harapan kami, yang di tanggal 21 Oktober malam nanti siswa SMP akan kami kerahkan untuk melihat persembahan budaya itu, termasuk guru dan masyarakat juga,” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerja Diplomasi Budaya Dit PPK Kemendikbudristek, Yusmawati mengatakan Festival Panji ini baru bisa diperingati pasca 5 tahun cerita Panji diakui sebagai Memory of the World. Maka pelestarian cerita Panji merupakan suatu keharusan agar ceritanya terus hidup di tengah masyarakat.

“Di setiap kota kita berikan kesempatan mereka untuk berkolaborasi dengan seniman setempat. Seperti di Jogja dengan seniman Jogja, di Malang dengan seniman Malang. Jadi garapan Malang juga kita percayai bagaimana mereka mengintepretasikan episode tersebut ke dalam satu karya nanti menjadi satu kolaborasi,” terangnya.

Kota Malang dipilih menjadi salah satu dari beberapa kota di Indonesia karena cerita Panji di Kota Malang masih hidup. Sehingga bisa menjadi perbandingan sebagai wilayah yang dulunya berkembang cerita Panji dengan di negara lain.

Jooh, salah satu pelaku budaya asal Myanmar menyampaikan kekagumannya ketika tiba di Indonesia. Ketika bertemu dengan sesama orang Asia ini, ia sangat menikmati momen bertukar budaya seperti ini.

“Pertama kali di Indonesia, sangat menikmati Festival Panji. Kota Malang sangat bagus dan cantik. Makanannya enak, ada yang sama dengan di Myanmar makanya saya suka. Saya nanti juga akan perform tari,” pungkasnya. (ian/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img