Keterbatasan Tak Halangi Azizahra Schone Berprestasi
Orang muda berbakat di Kota Malang sangat banyak jumlahnya. Apalagi yang konsen di bidang musik. Akan tetapi Azizahra Schone cukup berbeda. Pianis muda asli Kota Malang ini baru saja mendapat penghargaan sebagai Pianis Muda Berprestasi pada ajang internasional. Ia seorang anak berkebutuhan khusus (ABK), autis.
Meski terbatas, Zahra panggilan akrabnya, baru saja mendapat penghargaan di bidang seni pada puncak Peringatan Hari Disabilitas Internasional Tahun 2024. Gelaran yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 3 Desember 2024 lalu. Zahra mendapat penghargaan ini langsung dari Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka.
“Piano adalah bahasa saya untuk menyampaikan apa yang saya rasakan,” ujar Zahra mengekpsresikan kesukaannya terhadap alat musik tersebut didampingi Ketua Yayasan Pejuang Mimpi Indonesia, Sri Rahayu, Selasa (10/12) kemarin.
Saat menerima penghargaan, Zahra merasa sangat bersyukur. Penghargaan ini adalah motivasi besar baginya untuk terus berkarya dan menginspirasi lebih banyak orang. Ia ingin terus membuktikan bahwa musik bisa menjadi kekuatan bagi siapapun yang ingin belajar dan berusaha dengan keras. Menjadi inspirasi bagi pembakar semangat anak-anak muda Kota Malang.
Sri Rahayu menjelaskan bahwa Zahra menghadapi perjalanan hidup yang penuh tantangan. Ibunya, Aisyah, meninggal dunia pada Mei 2022 lalu, karena sakit. Beberapa bulan kemudian, ayahnya, Rudy Yuwono yang seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, wafat karena serangan jantung pada Juli 2022
Sejak kehilangan kedua orang tuanya, Zahra tinggal bersama kakaknya yang memberikan dukungan penuh. Dalam dekapan kasih sayang keluarga, Zahra menemukan kekuatan untuk melangkah maju dan mengejar mimpinya.
“Mulai belajar Piano pada 2020,” ungkap Zahra yang lahir pada 2007.
Diceritakannya, Zahra mencoba beberapa tuts piano dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya ingin belajar lebih jauh. Pada akhirnya, jatuh cinta pada musik klasik setelah menemukan inspirasi dari Riyandi Kusuma, seorang pianis Indonesia.
Untuk mengembangkan bakatnya, Zahra belajar di Bee Pianist Club di Malang. Ia mendapatkan bimbingan intensif. Dedikasinya membuahkan hasil dengan meraih predikat Distinction pada ujian Performance Grade 4 dari ABRSM (Associated Board of the Royal Schools of Music).
Sepanjang perjalanannya, Zahra telah memenangkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional. Beberapa prestasi yang diraihnya termasuk penghargaan di 11th Hong Kong Youth Performance Arts & Festival dan London Young Musician.
“Pengakuan ini menjadi bukti semangat dan bakat luar biasa yang dimiliki Zahra,” lanjut Sri Rahayu, pendampingnya.
Dikatakannya lagi, Zahra adalah bukti nyata bahwa keterbatasan tidak pernah menjadi penghalang untuk meraih mimpi meski dalam keterbatasan yang ada.
Tidak hanya menjadi piani solo, ternyata Zahra juga kerap bermain musik dan tampil dengan teman-teman dalam sebuah band. Yang dinamakan “Dream Band”.
Dijelaskannya, Zahra juga aktif sebagai anggota Dream Band, grup musik inklusif yang didirikan oleh Yayasan Pejuang Mimpi Indonesia pada tahun 2023. Band ini terdiri dari Albertus pada gitar, Fahira dan Rafa sebagai vokalis, Zahra pada piano, serta Fajar sebagai drummer.
Bergabung dengan Dream Band memberikan Zahra pengalaman bermusik yang unik dan mempererat semangat kolaborasi dengan sesama anggota yang juga memiliki keterbatasan. Dream Band adalah wujud nyata bagaimana seni dapat menjadi jembatan untuk inklusi dan kerja sama.
“Bagi kami Zahra menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk menciptakan keajaiban. Dengan semangat pantang menyerah, dukungan keluarga, dan komunitas, tidak ada batasan bagi seseorang untuk mencapai mimpinya,” pungkasnya. (sica angelina/aim)
