MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Ecoton bersama komunitas lingkungan Malang mengadakan kegiatan pelatihan bagi komunitas untuk melihat langsung kondisi kesehatan sungai melalui kegiatan biotilik dan mengecek kualitas air sungai Brantas di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang (11/12). Sekitar 30 peserta yang tergabung dalam kegiatan ini. Diantaranya dari komunitas Environmental Green Society (Envigreen Society), Forum Kali Brantas, dan Asosiasi Komunitas Sungai Nusantara (Aksi Nusantara).
Kegiatan biotilik atau biomonitoring termasuk salah satu metode pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan tidak bertulang belakang). Meliputi capung, bentos, siput, udang, dan cacing. Hasil biotilik memberikan petunjuk terhadap gangguan lingkungan pada ekosistem sungai.
“Hasil uji awal terhadap pemantauan kesehatan sungai Brantas di Daerah Dau Malang menunjukkan Sungai Brantas sedang sakit. Hal ini tidak menutup kemungkinan akibat aktivitas buangan limbah domestik dan juga kontaminasi dari aktivitas pertanian,” ujar Alaika Rahmatullah Divisi Edukasi Ecoton kepada Malang Posco Media, kemarin.
Selanjutnya dilakukan pengujian kualitas air menggunakan parameter fisika kimia dan asil yang diperoleh dapat menunjukkan kesehatan sungai Brantas Malang. Ini memberikan gambaran upaya yang dibutuhkan untuk mencegah sungai sakit.
Hasil skor biotilik setelah dilakukan perhitungan rata-rata mendapatkan skor 2. Artinya kondisi sungai tercemar sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji kualitas air melalui parameter fisika kimia ternyata didapatkan kadar fosfat, nitrat dan nitrit yang melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup.
Mirisnya setelah dilakukan pengecekan, didapatkan hasil yaitu Fosfat 50 mg/l, nitrat 50 mg/l, nitrit 0,3 mg/l. Jauh di atas baku mutu, sedangkan normalnya fosfat 0,01 mg/l, nitrat 10 mg/l dan nitrit 0,06 mg/l. Jika kandungan dalam fosfat dibiarkan, bahkan semakin parah maka akan menyebabkan tumbuh suburnya tumbuhan alga.
“Hal ini bisa dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen dalam air sehingga menyebabkan kematian biota. Selain itu, kadar nitrat dan nitrit yang tinggi akan berdampak pengikatan sel hemoglobin (pembuluh pembawa oksigen) dalam tubuh ikan sehingga akan membuat ikan mati lemas,” sebutnya.
Ketua komunitas Environmental Green Society, Ahmad Labib menambahkan kegiatan biotilik dan kualitas sangat bagus untuk dilakukan guna mengetahui tingkat kesehatan sungai. Malang merupakan daerah hulu Sungai Brantas sehingga sangat perlu untuk dilakukan kegiatan-kegiatan pemantauan kesehatan sungai, karena melihat fungsi dari Sungai Brantas adalah sebagai bahan baku PDAM.
“Menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah. Melestarikan lingkungan sekitar adalah bagian dari tanggung jawab setiap warga Negara yang hidup di tanah air, oleh karena itu pelibatan masyarakat untuk turut aktif melakukan penilaian kesehatan pengukuran kondisi sungai di sekitar kita. Melalui biotilik maka masyarakat dapat terlibat secara aktif karena sangat mudah untuk digunakan,” tandasnya. (ian/udi)