Aksi dukung mendukung dalam kontestasi Pilpres 2024 sudah semakin terasa. Setidaknya di media sosial (medsos) perang narasi antar pendukung sudah mulai gaduh. Setiap pendukung tentu mengunggulkan gacoannya masing-masing. Tak sedikit dari para simpatisan itu yang fanatik mati-matian mendukung idolanya. Tak jarang di antara para pendukung itu memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan sang kandidat. Inilah fenomena parasosial dalam politik.
Tak sedikit para pendukung mengidentikkan dirinya layaknya sosok kandidat yang didukung. Mereka berimajinasi layaknya sang sosok yang diidolakan. Tak jarang mereka meniru apapun yang dilakukan sang idola. Beragam tampilan fisik, seperti gaya berbusana, cara bicara, penggunaan kata-kata tertentu, dan berbagai aksi lain berusaha ditiru seperti apa yang dilakukan oleh sang tokoh rujukannya.
Di antara para pendukung fanatik itu tak mau kalau kandidat yang didukungnya kalah dalam kontestasi. Mereka tak mau kalau calon yang didukungnya dianggap buruk dan bakal tumbang dalam kontestasi politik 2024 mendatang. Mereka akan membuat narasi sebagus mungkin tentang sosok kandidat idolanya. Bahkan tak jarang mereka akan melakukan kontra narasi kalau ada pihak lain yang menyerang kandidat yang didukungnya.
Tak jarang antar para pendukung fanatik ini berseteru di medsos. Mereka saling adu argumen membela sosok idolanya masing-masing. Fenomena ini bisa jadi seperti munculnya Cebong versus Kampret dalam pemilu 2019 silam. Antara dua gerbong pendukung dalam kontestasi Pilpres waktu itu sangat gaduh di ruang maya hingga berimbas dalam dunia nyata. Bahkan ketika para kandidat yang didukungnya sudah bersatu namun para simpatisan pendukungnya masih saja berseteru.
Apa itu parasosial?
Parasosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan yang terjalin antara individu dengan tokoh atau karakter terkenal yang mereka kenal melalui media, seperti politisi, selebriti, idola, karakter fiksi, atau anggota dari suatu grup. Hubungan ini bersifat satu arah, di mana individu merasa memiliki hubungan intim atau dekat dengan tokoh tersebut, meskipun dalam kenyataannya hubungan ini hanya bersifat imajiner dan tidak timbal balik.
Parasosial sering kali terjadi dalam konteks individu yang terlibat secara emosional dengan tokoh atau karakter yang mereka kenal melalui media massa atau medsos. Mereka mungkin merasa memiliki ikatan emosional dengan tokoh tersebut, mengagumi mereka, mengikuti kehidupan pribadi mereka, dan bahkan merasa terpengaruh oleh perilaku atau pendapat mereka.
Meskipun dapat memberikan rasa keterhubungan dan kepuasan emosional bagi individu, parasosial juga dapat memiliki dampak negatif jika seseorang terlalu terobsesi atau mengabaikan hubungan sosial yang nyata dalam hidup mereka.
Parasosial politik dapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan umum dalam kehidupan politik modern. Masyarakat terlibat secara emosional dengan tokoh politik dan pemimpin yang mereka dukung dan ini adalah bagian alami dari partisipasi politik dan keterlibatan publik. Parasosial politik juga dapat mendorong partisipasi politik dan keterlibatan publik yang lebih besar. Ketika individu merasa terhubung secara emosional dengan tokoh politik tertentu, mereka cenderung lebih aktif dalam mendukung kampanye politik, memberikan suara, atau terlibat dalam aktivisme politik. Ini dapat memperkaya demokrasi dan memperluas partisipasi politik.
Dalam beberapa kasus, medsos dapat memperkuat fenomena parasosial politik dengan memberikan akses yang lebih langsung dan personal kepada pemimpin politik, serta memfasilitasi interaksi dan pengaruh yang lebih besar dari pemilih terhadap tokoh politik yang mereka ikuti secara parasosial. Medsos dan media massa dapat memperkuat fenomena parasosial politik dan memperkuat pengaruh yang tidak seimbang dan dapat memperkuat polarisasi politik.
Parasosial Politik
Fenomena parasosial juga dapat terjadi dalam konteks politik. Dalam politik, parasosial mengacu pada hubungan yang terbentuk antara pemilih atau masyarakat dengan pemimpin politik atau tokoh politik tertentu. Sama seperti dalam konteks hiburan, hubungan ini bersifat satu arah, di mana individu merasa memiliki ikatan emosional atau keterhubungan dengan tokoh politik tersebut, meskipun hubungan tersebut hanya bersifat imajiner dan tidak timbal balik.
Dalam kaitan ini, pemilih atau masyarakat mungkin mengagumi pemimpin politik tertentu, mengikuti kehidupan pribadi atau kampanye politik mereka, dan merasa terhubung secara emosional dengan pesan atau ideologi yang mereka sampaikan. Mereka mungkin membentuk persepsi yang idealis terhadap tokoh politik tersebut, dan merasa terlibat secara emosional dengan perjuangan politik mereka.
Ada beberapa bentuk parasosial politik yang umum ditemui misalnya dengan mengultuskan tokoh. Pemimpin politik atau tokoh politik tertentu dipuja atau dianggap sebagai figur yang sempurna. Pemilih atau pendukung mengembangkan ikatan emosional yang sangat kuat dengan tokoh tersebut dan melihatnya sebagai pemimpin yang tak tergantikan. Mereka mungkin mengabaikan kekurangan atau tindakan kontroversial tokoh politik tersebut karena keyakinan yang kuat dalam kehebatannya.
Parasosial politik juga diwujudkan dalam bentuk fanatisme politik. Hal ini terjadi ketika individu mengidolakan pemimpin politik atau partai politik tertentu dengan cara yang mirip dengan penggemar dalam konteks hiburan. Mereka mungkin mengikuti setiap langkah pemimpin politik tersebut, membela mereka dengan keras, dan memromosikan pesan dan ideologi mereka di medsos atau dalam interaksi sehari-hari. Fanatisme politik sering kali mengabaikan argumen atau pandangan berbeda yang bisa memicu polarisasi politik.
Bentuk parasosial politik ini terjadi ketika individu terpapar terus-menerus media yang mendukung tokoh politik tertentu. Mereka mungkin terikat secara emosional dengan pesan atau narasi yang disampaikan oleh media dan merasa terhubung dengan tokoh politik melalui media tersebut. Hal ini dapat memperkuat dan mempertahankan hubungan parasosial yang ada. Individu dapat mengalami beberapa bentuk atau variasi dari hubungan parasosial politik tergantung pada konteks dan tokoh politik yang terlibat.
Hubungan parasosial politik dapat memengaruhi pemilihan dan preferensi pemilih. Individu yang terikat secara emosional dengan tokoh politik tertentu cenderung memilih atau mendukung mereka berdasarkan hubungan parasosial. Dalam beberapa kasus, parasosial politik dapat dimanfaatkan oleh pemimpin politik atau partai politik untuk memperoleh pengaruh yang besar. Mereka dapat memanipulasi emosi dan ikatan emosional individu untuk mendapatkan dukungan. Waspadalah! (*)