Kondisi Pasar Splendid saat ini ternyata masih belum Kembali normal pascapandemi beberapa waktu lalu. Khususnya di bagian pasar burung, para pedagang mengeluhkan sepinya penjual. Mereka mengaku seperti memulai dari awal lagi berjualan di Pasar Splendid yang dinilai terpengaruh juga dengan kebijakan satu arah.
“Kalua dulu gampang cari uang, kulaknya gampang, jualnya gampang. Kalau sekarang sulit, jualannya sulit. Cari pelaris saja, sampai siang begini sulit. Kalua dikatakan gak ramai ya ramai, tapi ramai burungnya yang ngoceh dan ramai sambatnya orang,” ungkap Sakur (64), penjual burung yang sudah 24 tahun berjualan di Pasar Splendid.

“Kondisinya memang seperti ini, orang bekerja itu seperti memulai awal lagi, belajar lagi. Ya mau bagaimana lagi, disyukuri saja. Hari ini banyak minusnya, kalah sama pakannya burung. Itu yang harus kita hindari. Semoga ada pemulihan ekonomi, pasarnya kembali ramai lagi. Satu arah ini cukup berpengaruh,” lanjutnya.
Jika sebelumnya pengunjung bisa masuk lewat Jalan Majapahit, lantaran satu arah, mereka harus berputar lewat Jalan Brawijaya untuk masuk Kawasan Pasar Splendid. Menurut Sakur, dengan kebijakan satu arah tersebut, jalan pasar sering dibuat terabasan. Seringnya calon pembeli burung jadi tidak tenang dengan kondisi jalan satu arah ini.
“Sabtu Minggu ramai orang jalan-jalan, kalua minat ya beli dan yang ramah itu pembelian di bawah Rp 100 ribu, yang di atas Rp 200 ribu agak sulit dapat pelaris. Kondisinya parah, semua, tidak hanya saya saja,” pungkas Sakur yang menjual berbagi macam jenis burung di kiosnya.

Senada dengan Sakur, penjual burung lainnya juga mengeluhkan hal serupa. Kondisi penjualan burung saat ini jauh dibandingkan sebelumnya. “Terlalu sepi, kondisi hancur. Bedanya terlalu jauh, melebihi separuh turunnya. Apalagi jalannya satu arah, sangat berpengaruh. Kondisinya memang sepi, mulai corona. Sudah sepi, jalannya dibuat satu arah,” ungkap Mistam (56).
Sudah 30 tahun berjualan di pasar Splendid, Mistam menjual berbagai jenis burung, mulai harga Rp 100 ribu hingga yang jutaan rupiah. Dalam kondisi penjualan yang sepi, mau tidak mau, dia tetap memberi makan burung-burungnya. “Semoga perekonomian bisa lebih baik dan saya minta bisa dua arah lagi,” harapnya. (bua)