Kembangkan Kreativitas ABK, Patahkan Stigma
Jika ada pendapat bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak bisa melakukan hal-hal normal bahkan tak bisa berkreasi, maka itu tak benar. Sri Rahayu membuktikannya. Lewat kasih sayang dan kesabaran, ibu dua anak ini membangun wadah komunitas yang menyalurkan bakat-bakat tersembunyi ABK di Kota Malang.
MALANG POSCO MEDIA – Dari komunitas yang beranggotakan orang-orang tua dengan ABK dalam jumlah minim, kini Komunitas Pejuang Mimpi yang dibentuknya pada Tahun 2022 sudah berkembang pesat. Dan menjadi sebuah yayasan beranggotakan 72 orang ABK se Malang Raya.
Puluhan anak-anak berkebutuhan khusus ini sudah “manggung” dan unjuk kebolehan dalam berbagai event di Kota Malang. Ada yang unjuk bakat dengan Modelling, ada yang dengan hasil kerajinan tangannya (kria) dan banyak lainnya.
“Ini semua berawal karena anak saya, divonis Down Syndrome (DS). Dikatakan kalau anak saya tidak bisa melakukan apa-apa, karena memang kapasitas otaknya seperti itu. Bahkan sempat divonis tidak akan berusia panjang. Saya tidak yakin dengan itu,” cerita Sri kepada Malang Posco Media, Selasa (5/11) kemarin.
Perempuan yang sehari-harinya aktif sebagai blogger ini berusaha untuk melibatkan seluruh kegiatannya sehari-hari dengan anaknya yang mengidap DS. Saat Sri melakukan kegiatan peliputan hingga merekam gambar dan sebagainya, ternyata sang anak memperhatikan.
Sri melihat sang anak yang mengidap DS ternyata memiliki kemampuan untuk meniru. Maka anaknya ini meniru dirinya untuk merekam sebuah gambar. Dalam bentuk video. Maupun memotret gambar.
“Dia mengerti bagaimana mencari angle yang bagus. Karena ternyata dia meniru saya. Dari situ saya pikir berarti anak-anak DS ini punya kemampuan untuk meniru. Lalu saya lakukan assessment dan berbincang dengan teman-teman komunitas kemudian kami sepakat untuk mengembangkan kemampuan anak-anak kami yang berkebutuhan khusus dengan metode ini,” jelas perempuan kelahiran tahun 1976 ini.
Maka dari itu Komunitas Pejuang Mimpi yang dibangun di tahun 2020 yang awalnya hanya sekumpulan orang tua dengan anak ABK, dibuat lebih besar dan spesifik di Malang Raya. Hal yang pertama dilakukan adalah mengajarkan anak-anak di dunia Modelling.
Sri dan orang-orang tua lainnya ingin mematahkan stigma di dunia modelling. Bahwa dunia yang selama ini identik dengan kata “sempurna” akan sedikit digeser. Karena ABK memiliki kemampuan meniru yang cepat, maka dunia modelling dapat dilakukan.
Setidaknya saat ini Yayasan Pejuang Mimpi sudah bisa menghasilkan 15 orang ABK yang sudah bisa menunjukan bakatnya di dunia modelling pada event-event besar di Kota Malang. Lewat pembinaan dan bimbingan Yayasan Pejuang Mimpi yang dibangun Sri.
“Terakhir ini empat anak ABK kami tampil di Penutupan Pameran Mason Art Gallery. Mereka sangat percaya diri dan diterima oleh publik kan. Saya pikir ini adalah cara yang tepat untuk bisa mengembangkan bakat anak-anak berkebutuhan khusus lainnya kedepan,” kata alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ini.
Tidak hanya di dunia modelling, Yayasan Pejuang Mimpi juga sudah mencetak karya-karya kria yang dihasilkan anak-anak bimbingannya. Yakni berbentuk Kain Eco Print. Sejak sebulan terakhir, sudah 12 pieces Kain Eco Print yang berhasil dijual. Semuanya adalah hasil karya ABK.
Tidak itu saja, yayasan yang dibangunnya mengutamakan kerjasama atau kolaborasi. Apresiasi publik akan keberadaan yayasan ini sudah diikenal di Malang Raya. Hingga mendapatkan satu spot di Hotel Grand Mercure Mirama Malang. Sebuah stan yang menampilkan karya-karya Kria ABK Pejuang Mimpi.
“Anak-anak kami tidak hanya yang Down Syndrome saja. Ada yang berkebutuhan khusus lain, seperti tuna rungu, tuna netra dan lainnya. Semua kami bina dan latih untuk bisa memunculkan bakat mereka masing-masing,” papar Sri.
Saat ini Yayasan Pejuang Mimpi membuka lebar pintu kepada seluruh ABK di Malang Raya yang ingin bergabung. Ditegaskannya kembali, hanya ada satu mimpi lagi yang ingin dicapainya. Yakni menjadikan ABK sebagai duta budaya.
“Mimpi kami ada satu. Yaitu menjadkan anak-anak berkebutuhan khusus sebagai Duta Budaya Indonesia. Selama ini duta-duta identik dengan yang smart dan sempurna. Saya ingin mematahkan itu. meski mereka terbatas tapi saya yakin mereka bisa mengharumkan negeri dengan talenta mereka,” pungkas Sri. (sisca angelina/van)