.
Monday, November 11, 2024

Pelajaran Hidup dari Batik Adiluhung Wangsa Singhasari

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Batik bukan hanya sekadar warisan budaya. Batik juga menjadi pembelajaran hidup bagi bangsa Indonesia yang sarat makna-makna luhur.

Peringatan Hari Batik yang jatuh setiap 2 Oktober 2024 kali ini, Paguyuban Pembatik Ikat Budaya Usia Lanjut Asih, Sabar, Ramah dan Ikhlas (PPI Bulan Asri) Kecamatan Singosari  Kabupaten Malang menggelar workshop terkait dengan Batik Adiluhung Wangsa Singhasari di Kebun Winih Karangkunci, Randuagung, Singosari, Malang.

- Advertisement -

“Ada sesepuh kami yakni Eyang Tati yang sekarang berusia 93 tahun memberikan motif kepada kami yakni motif batik Adiluhung. Pada hari ini (kemarin) kami branding, kami kenalkan kepada masyarakat luas karena ini sarat  makna,” jelas Sadhana Devi, perwakilan dari PPI Bulan Asri.

Motif Batik Adiluhung memiliki makna yang sangat dalam. Bude Sadha, sapaan akrab Sadhana Devi, menjelaskan  dalam motif Batik Adiluhung terdapat beberapa bagian. Salah satu  di tengah terdapat motif Pending yang merupakan bagian kokot atau kepala sabuk aksesoris dari Kendedes Prajna Paramita.

“Pending ini ada tiga bagian yang menyimbolkan Mbah, Anak dan Cucu. Budaya kita itu ikatan lintas generasi. Makanya budaya di Indonesia dalam satu rumah yang namanya keluarga pasti ada Mbah, Orang tua dan anak. Semuanya kalau dikumpulkan, itulah budaya, suatu ikatan yang susah ditinggalkan,” jelasnya.

Terdapat juga lima kelopak Bunga Padma yang mengelilingi Pending tersebut yang memiliki makna beragam.  Bagi Islam yang memiliki Rukun Islam, lambang tersebut mengartikan bahwa dalam satu keluarga harus menjalankan Rukun Islam dengan sepenuh hati.

Kemudian di luarnya terdapat lima kelopak bunga yang melambangkan ‘wewaler wong Jowo’. Yakni aturan-aturan atau norma bagi masyarakat Jawa. Yakni Ojo Manembah Selain Gusti Allah, Ojo Pek Pinek Darbeke Liyan, Ojo Mangan Sing Ngerusak Rogo, Ojo Ngerusak Pranata Negoro dan Ojo Cecongkrahan.

“Jika keluarga Indonesia melakukan hal itu, maka Pancasila akan hidup di dalam keluarga. Inilah sumbangsih sedikit dari kami untuk negara Indonesia yang mengajarkan budi pekerti luhur melalui motif Adiluhung. Diaplikasikan melalui batik, print dan lainnya,”terangnya.

Pada kesempatan tersebut, turut hadir pula Eyang Tati atau yang memiliki nama lengkap Tati Soephihajarniwati. Pada peringatan Hari Batik setiap 2 Oktober juga diperingati sebagai hari lahir dari Eyang Tati. Di usianya yang tidak muda lagi yakni 93 tahun, namun semangatnya tetap membara, terkhusus dalam memberikan motivasi bagi anak muda.

“Meskipun saya tidak muda, namun semangat saya tetap membara. Saya dengan senang hati mengajarkan kepada masyarakat dan anak-anak muda bagaimana tentang membatik. Karena selain sehat, kita juga harus selalu bergerak, senantiasa melakukan inovasi-inovasi baru. Sebagaimana Soekarno pernah bilang ‘Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit, Lalu Raihlah’. Jangan dibiarkan saja, cita-cita harus digapai,”pesannya. (adm/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img