Ratusan Juta Hangus, Tujuan Wisata Dialihkan
Pemilik Jip Ubah Haluan Bantu Relawan Padamkan Bromo
MALANG POSCO MEDIA – Berbagai dampak bermunculan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Gunung Arjuno. Pelaku wisata paling merasakan dampaknya.
Mereka merugi lantaran wisata Bromo ditutup. Kondisi tersebut memang tak bisa dihindari lantaran pemadaman api paling utama. Ini juga demi keamanan wisatawan.
Salah satunya para pemilik jip wisata. Ketua Paguyuban Jeep Bromo Tengger Semeru Wilda Hangga mengungkapkan kerugian tak hanya dialami pihaknya dan komunitas jip. Namun ada beberapa pelaku wisata lain yang menggantungkan diri diwisata Bromo.
“Tidak bekerja enam hari lebih yang dirugikan bukan saja kami yang tergabung 550 armada jip, asongan, ojek, kuda, pedagang apa saja banyak. (Kalau kami) membawahi 550 orang Tumpang, Poncokusumo, sampai Tosari,” kata Wildan Hangga, ditemui Rabu (13/9) kemarin.
Akses wisata yang tutup di Gunung Bromo membuat mereka ganti haluan. Yakni membantu menjadi relawan memadamkan api. Operasional logistik diambil dari pembayaran operasional saat masuk ke TNBTS.
Hampir semua tamu yang hendak menggunakan jasa jip sudah membayar uang muka atau DP. Kata Wilda, mereka banyak yang meminta refund, kecuali jika di-resecedule. “Wisatawan boking dari ada yang langsung ke driver jipnya, ada yang lewat agen. Perhari kalau sepi masih sekitar 50 jip. Kalau sudah tutup total begini otomatis seluruh pelaku wisata dirugikan seperti kami para sopir jip,” kata dia.
Dalam kondisi normal dan sepi pengunjung, sekitar 50 jip yang beroperasi. Jika akhir pekan mencapai 600 jip. Sebagai gambaran, jika dihitung 50 jip dalam sehari dengan uang muka atau DP Rp 200 ribu, dengan jangka waktu sepekan saja bisa merugi Rp70-80 juta.
“Perkiraan selama satu minggu ini baik lewat personal langsung, atau lewat agen sekitar 400 orang atau pihak yang refund, rata rata,” ungkapnya.
Sebagai informasi, kebakaran lahan di wilayah Gunung Bromo membuat seluruh kawasan TNBTS tutup total. Penutupan dilakukan untuk memudahkan proses pemadaman api dan menjamin keselamatan pengunjung.
Penutupan pintu masuk kawasan Gunung Bromo ini melalui empat akses. Yakni Wonokitri Kabupaten Pasuruan, Coban Trisula Desa Ngadas Kabupaten Malang, Sukapura Kabupaten Probolinggo dan Senduro di Kabupaten Lumajang. Penutupan teleh dilakukan sejak 6 September 2023 lalu.
Agen travel juga harus mengubah tujuan kunjungan wisatawan. Stefanus Arie dari Puas Tour Travel salah satu yang mengalaminya. Sejumlah tamunya dari Batam akhirnya dialihkan ke destinasi lain.
Beberapa alternatif yakni Kota Batu. Selain itu destinasi lain yang tidak terdampak kebakaran hutan. Tak terkecuali berpindah wisata ke kota lain dengan kondisi akses wisata yang terbuka.
“Merugi dari pemandu dan pelanggan pasti, tapi kita alihkan ke paling dekat agar tetap bisa berwisata. Paling banyak yang rugi pasti yang berdekatan langsung dengan Bromo dan sudah melakukan DP atau uang muka persiapan beberapa destinasi,” jelas dia.
Menurutnya, sejak sepekan sudah puluhan calon pengunjung yang batal ke Bromo dan menggantinya ke wisata lain. Meski ada saja, kata Arie, pengunjung yang meminta penggantian jadwal atau ditunda.
“Harapan kami sama seperti yang lain. Bromo lekas pulih, aman dan nyaman buat semua pengunjung,” harapnya.
Sementara itu anggota Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Dr Ir Sudarto MS mengatakan beberapa dampak bencana jangka pendek dan menengah bisa saja berpotensi terjadi.
Selain itu, Dosen Departemen Tanah Fakultas Pertanian UB itu mengungkapkan beberap penelitian Pusat Studi Kebumian dan kebencanaan tentang proses pemulihan lingkungan yang cukup lama.
Sudarto menyampaikan, beberapa kejadian lampau menjadi pendekatan cerminan dampak kedepan pasca karhutla. Salah satunya di Gunung Arjuno tahun 2019 lalu. Matinya vegetasi menjadi problem yang serius jika dilihat jangka menengah dan pendek. Dimana tutupan lahan yang berkurang karena kebakaran memaksa ketersediaan resapan air tak maksimal.
“Yang mungkin terjadi ketika lahan tutupannya berkurang saat hujan gampang menutup pori dan tanah jadi belum berfungsi maksimal. Yakni resapan air hujan minim dan sebagian mengalir di permukaan,” papar Sudarto.
Ia menjelaskan, potensi yang ada diawali dengan minimnya infiltrasi air. Sisa nutrisi tanaman yang gugur banyak terbawa air dan menjadi banjir disertai sisa material.
Fungsi hidrologi dari tanaman atau pepohonan yang ada juga berkurang. Resapan yang berkurang karena kebakaran pepohonan dan sebagian lain tanaman mempengaruhi air tanah.
Ia memberi contoh, Gunung Arjuno yang terbakar tahun 2019 lalu. Kini beberapa sumber air di lerengnya tak sebesar dulu. Sedangkan dampak pada sisi kebencanaan yakni terjadinya banjir bandang tahun 2021. Salah satu yang turut andil adalah sisa kebakaran yang membentuk bendung alam.
Di samping itu vegetasi yang beralih fungsi ke wisata dan perkebunan oleh perlakuan manusia menjadi penyebab utama.
“Resapan tidak lagi 100 persen, meski belum tentu signifikan, melihat dulu seberapa besar potensi akar yang masih ada di tanaman yang terbakar, masih bertahan atau tidak, dan nanti mempengaruhi debit sumber air yang berkurang.
Sementara itu, Swiss Winasis pelopor penulis buku Atlas Burung Indonesia mengatakan perlu adanya kajian terlebih dahulu untuk melihat dampak kebakaran Gunung Arjuno dan Bukit Teletubbies Gunung Bromo.
“Untuk menganalisis dampak kebakaran terhadap musnahnya flora fauna di Gunung Arjuno dan Bukit Teletubbies Gunung Bromo harus dilakukan kajian dahulu,” ujar Swiss kepada Malang Posco Media.
Ia menerangkan dengan melakukan kajian terlebih dahulu akan diketahui pola kebakaran yang terjadi. Apakah pola api sejajar atau melingkar.
Jika pola api sejajar diperkirakan hampir sebagian besar fauna pasti menghindar dari api. Karena semua satwa memiliki kemampuan menghindar ketika ada bencana. Misalnya kebakaran, maka satwa akan segera berpindah, menjauh atau menghindar ke tempat yang aman dengan adanya asap tebal.
“Tapi kalau pola kebakaran melingkar, ini akan menjadi seperti jebakan api, satwa akan terjebak di dalam lingkaran api. Kasus pola melingkar ini kurang lebih seperti yang terjadi di Australia tahun 2020 lalu. Sehingga fauna tidak bisa menghindar karena satwa terkurung dan tidak bisa menyelamatkan diri,” beber alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Jogjakarta ini. (tyo/eri/van)