MALANG POSCO MEDIA – Harapan boleh tinggi. Target juga harus tinggi. Namun bila tak sesuai ekspektasi, apa mau ganti pelatih lagi. Padahal saat dipegang caretaker, tim bisa bermain menang dan menang. Salah pelatihnya atau salah pemainnya? Atau tidak perlu mencari kesalahan karena masih pelatih baru. Sementara pelatih lama sudah dipecat karena dianggap gagal memberikan kemenangan.
Inilah ironi yang dialami tim Arema FC. Setelah memecat Joel Cornelli dari kursi kepelatihan, manajemen akhirnya memilih Ze Gomes dari Portugal. Targetnya Ze Gomes bisa membawa performa dan prestasi Arema FC melesat. Tak hanya bertengger di empat besar, tapi menembus level yang lebih tinggi.
Tapi apa yang terjadi. Debut perdana, Ze Gomes justru memberi hadiah kekalahan. Arema justru takluk di kandang Dewa United 2-0 di Pakansari Bogor, Sabtu (11/1) malam. Padahal semua berharap, Ze Gomes langsung memberikan hadiah kemenangan.
Praktis, semua kecewa. Terutama manajemen pasti sangat terpukul. Karena biasanya, pelatih baru selalu dan pasti memberikan kemenangan. Ini sebagai jaminan keyakinan dan kepastian bahwa mengontrak pelatih baru sudah benar dan tepat. Tapi kalau justru hasilnya malah kalah, lantas apa bedanya dengan sebelumnya.
Shin Tae Yong (STY) juga sudah dipecat. Dan kemarin, Patrick Kluivert asal Belanda sudah tiba di Indonesia dan diperkenalkan oleh PSSI. Kalau nanti melawan Australia hasilnya kalah, pasti akan muncul kemarahan yang sama. Kekecewaan menggema dan publik pasti mempertanyakan dan menyalahkan keputusan PSSI mengganti STY.
Di dunia olahraga, ganti pelatih di tengah perjalanan sudah biasa. Tak cocok dan tak sesuai target, langsung ganti. Meski harus membayar mahal segala kompensasinya. Sama dengan keputusan memecat STY. Anehnya pelaku olahraga juga sangat paham. Bahwa semua tak bisa serba instan. Olahraga bukan dunia sulap. Sim Salabim langsung menang. Langsung juara. Ze Gomes pasti butuh waktu. Butuh adaptasi. Dan yang paling penting butuh chemistry dengan semua. Pemain, pelatih dan juga manajemen. Mana mungkin, baru datang, belum kenal pemain, beban tinggi harus menang. Di sinilah menariknya. Siapa yang kuat dengan tekanan, dialah juaranya.(*)