MALANG POSCO MEDIA – Sepertinya hanya dunia olahraga yang lugas dan tegas. Sementara dunia lain, masih abu-abu alias masih lunak dalam mengambil keputusan. Di olahraga profesional semua berlaku sistem kontrak, reward dan punishmen. Prestasi benar-benar diukur dari apakah target terpenuhi atau justru merosot tajam. Dan yang bertanggungjawab adalah head coach yang pasti dikontrak mahal.
Bila tak sesuai target dan ekspektasi dalam waktu yang ditentukan, maka kontrak yang sudah disepakati bisa diakhiri alias dipecat. Bila prestasi naik, maka reward pasti diberikan. Dan bila melakukan pelanggaran-pelanggaran kontrak, pasti ada sanksi. Semua ini sangat wajar dan sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia olahraga profesional, termasuk sepak bola.
Dipecatnya Joel Cornelli oleh manajemen Arema FC, Kamis (19/12) malam bukan sesuatu yang mengejutkan. Mengapa? Ya karena prestasi Arema FC beberapa pertandingan hasilnya sangat buruk. Arema FC yang harusnya bisa naik ke papan atas, minimal lima besar klasemen sementara Liga 1 sebelum putaran pertama berakhir, justru merosot tajam peringkatnya di papan tengah.
Yang mengejutkan justru kalau Joel Cornelli tidak dipecat dengan segera. Karena yang dibutuhkan Arema FC bukan hanya sosok head coach yang secara teknis menguasai, namun juga bisa menyulap tim Arema FC selalu menang, menang, dan menang. Meskipun di kandang lawan.
Meski terkesan benar, pemecatan Joel Cornelli bukan otomatis menemukan solusi. Bila manajemen Arema FC tak mampu menemukan Head Coach yang lebih baik, maka sama saja dengan blunder. Kalau head coach yang bakal dikontrak kualitasnya lebih baik, minimal sama dengan Joel, mungkin itu akan melambungkan harapan.
Tapi bila Head Coach yang dikontrak nanti justru lebih buruk kualitasnya, maka manajemenlah yang patut dievaluasi kinerja dan segala keputusannya. Pertanyaannya, bila ke depan target yang diharapkan tak bisa dipenuhi manajemen, apakah ada pemecatan? Atau adakah sanksi bagi kinerja manajamen yang buruk?
Jawabannya: belum pasti! Semua tergantung pemegang keputusan tertinggi di Arema FC. Inilah bedanya. Tim main buruk, peringkat jeblok, pelatih yang selalu dipecat. Tapi bila salah pilih pelatih, salah pilih pemain, nggak dapat sponsor, siapa yang dipecat? Semoga pelatih baru membawa harapan baru di tahun baru nanti.(*)