Bermodal kuas, cat dan sepatu, seketika bisa disulap menjadi sebuah kreasi produk yang begitu berharga. Dengan bakat dan kegemaran sejak kecil, sebuah sepatu polos dilukis menjadi sepatu baru.
====
Siapa sangka, melakoninya penuh giat dan tekun sejak kecil, akhirnya kreasi produknya kini tembus pasar internasional. Pelanggan karyanya dari berbagai negara.
Ialah Helena Alfionitasari Suryawijaya warga Kelurahan Karangbesuki Kecamatan Sukun Kota Malang yang menekuni kreasi produk tersebut. Sejak sekitar tahun 2014, ia mulai merintis usahanya itu dari sebelumnya hanya sebatas hobi.
Keputusannya mengembangkan dan menjual kreasi produk itu berawal saat ia duduk di SMP. “Waktu SMP kelas dua itu ada guru kesenian yang menyarankan mengembangkan hobi saya ke bisnis. Kemudian dari situ saya iseng melukis dengan menggunakan media sepatu, jaket sampai tas,” kenang Helen, sapaan akrabnya.
Tentu di awal bukan perkara mudah. Dari awalnya hanya sekadar hobi, kemudian harus mencari pasar untuk produknya. Awalnya ia mencoba menawarkan produknya ke teman sekolah. Beruntung, karena bakat menggambar, kreasi produknya mendapat respon positif.
Akhirnya dari situ kemudian ia mantap untuk menekuni kegemarannya tersebut. Tidak hanya kreasi produk berupa sepatu, tapi juga jaket lukis hingga tas lukis.
“Dirasa teman-teman suka, itu mulai berpikir membuat bisnis sepatu lukis, jaket lukis, tas lukis. Tapi yang paling diminati memang sepatu lukis karena dari tahun ke tahun merek dan jenis sepatu semakin beragam,” beber perempuan berusia 25 tahun ini.
Helen bisa melukis berbagai karakter dan desain gambar yang sesuai dengan keinginan konsumen. Mulai dari tokoh serial kartun, bunga atau abstrak semuanya bisa dilayaninya. Pengerjaannya membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung kerumitannya.
Untuk desain yang paling rumit, ia memperkirakan sekitar 14 hari waktu yang dibutuhkan. Dari kerumitan itu, kemudian juga menyesuaikan harga yang dibanderol. “Satu pasang sepatu dipatok sampai 14 hari untuk desain yang rumit. Tapi kalau cepat, ya bisa seminggu, tiga hari juga pernah. Motif bebas bisa request,” sebutnya.
Seiring berjalannya waktu, usahanya pun mulai dikenal. Tidak hanya dari ‘mulut ke mulut’ tapi di media sosial, usaha miliknya ramai dicari. “Apalagi semenjak Covid-19 mewabah, banyak brand lokal juga semakin eksis. Malah jauh lebih bagus saat pandemi, yang dulunya orang tidak begitu kenal dengan sepatu lukis jadi tertarik,” tukasnya.
Helen menamakan usahanya dengan brand ‘Utapes Paint’. Sekitar tahun 2018, ia sudah membuka gerai untuk usahanya, tepatnya di Jalan Candi Blok 5b/564 Sukun, Kota Malang. Di tempat itulah ia melayani berbagai pesanan dari seluruh Indoensia.
Di sekitar akhir tahun 2021, kreasi produknya itu pun kemudian mulai berkembang dan merambah pasar internasional. “Awalnya banyak customer saya tahun 2020 itu anak Indonesia yang sekolah di luar negeri. Kemudian tahun 2021 mereka pasarkan lewat forum dan ternyata banyak permintaan,” beber Helen.
Dari situ, kemudian perlahan makin banyak pemesanan produk sepatu kreasinya ke berbagai negara. Diungkapkan Helen, beberapa negara menjadi langganan dan pasar produknya. Diantaranya seperti ke Belanda dan Amerika.
Meski tidak menyebut berapa omzet persisnya, Helen mengaku biasanya sekitar 30 pesanan masuk tiap bulannya. Ia yakin kreasi produknya tidak kalah dengan produk luar negeri.
“Sejauh ini paling banyak dari Belanda dan Amerika. Kebanyakan mereka minta dilukis tokoh-tokoh kartun, seperti Simpson, Harlequeen dan lainnya,” sebut Helen mencontohkan.
“Pak Sandiaga Uno ini lebih mendorong potensi lokal. Jadi barang-barang lokal dinaikkan supaya kita tidak melulu ambil dari luar negeri. Banyak kok produk lokal yang bagus-bagus mulai bermunculan dan kebanyakan memang bahan dasar mereka kanvas dan itu jadi peluang kita,” lanjutnya.
Sedangkan untuk harga, mahasiswa semester akhir jurusan Seni Rupa di Universitas Negeri Malang (UM) itu mengaku menjualnya mulai dari Rp 200 ribu. Bila desain atau motif lebih rumit, maka harga menyesuaikan hingga bisa mencapai jutaan.
“Itu harga per desain saja, orang ke sini bisa bawa sepatu sendiri atau dari kita. Saya pernah buat paling sulit itu sepatu lukis realis dengan harga Rp 5 juta. Tergantung kerumitan,” katanya.
Dipastikan Helen, konsumen tidak perlu khawatir dengan kualitas bahan yang ia gunakan. Sebab hanya menggunakan bahan yang terbaik dan tidak mudah luntur atau hilang ketika dicuci.
Sehingga perawatan produknya tidak perlu proses khusus. Hanya cukup dicuci biasa dan dikeringkan.
“Sering dibersihkan saja secara manual, tidak perlu mesin cuci. Karena kotor itu juga bisa membuat lukisan di sepatu rusak dan warna memudar, jadi sering dicuci manual saja,” jelas Helen.
Selain kreasi produk berupa sepatu, kaus hingga jaket lukis, kini Helen juga terus mengembangkan usahanya. Yakni dengan adanya jasa cuci sepatu dan juga reparasi sepatu. Perkembangan usahanya ini, diharapkan Helen bisa menjadi motivasi bagi anak muda lainnya di Kota Malang.
“Tentunya semoga usaha saya ini terus berkembang dan bisa memotivasi anak muda kreatif yang ingin mengembangkan hobinya ke arah yang bisa menghasilkan ekonomi,” pungkas Helen. (ian nurmajidi/van)