Malang Posco Media – Liburan keluarga pada umumnya memakan waktu 3 – 4 hari atau mungkin maksimal 1 minggu. Tergantung dari keberhasilan mengajukan cuti ke atasan. Belum lagi biasanya atasan akan sedikit geram kalau semua karyawannya mengajukan cuti di waktu yang bersamaan, karena adanya hari kecipit. Tapi kalau perusahaannya milik sendiri bebas lah yaa mau cuti kapan saja. Hehe. Keluarga kecil kami selama 9 bulan silam (Juli 2021 – Maret 2022) berasa sedang liburan tiap hari. Kok bisaaaa???
Switzerland adalah negara tercantik di dunia. Beberapa orang menuliskan bisa liburan ke Swiss sebagai wishlist. Termasuk saya! Setiap hari aura ingin pergi kesini ingin pergi kesana sudah diangan-angan. Hari weekend sudah dinanti karena setiap minggu pasti pergi ke tempat baru. Kecuali saat musim dingin. Hampir 2 bulan kita off traveling mingguan karena tidak kuat dengan temperature minus derajat celcius dan kala itu kasus covid-19 untuk sedang melonjak di Eropa. Ada hikmah dibalik itu semua sehingga kami memutuskan untuk menikmati hangatnya dibalik selimut.
Kalau dulu saya pernah bercerita ingin melanjutkan sekolah S3 di Swiss, berbeda halnya dengan suami. Papi Fariz ingin sekali melanjutkan sekolah S3 ataupun mengambil S2 di bidang yang lainnya di Amerika. Saya dan suami berasal dari background Teknik Kimia. Dimana cinloknya saat sedang menempuh pendidikan S2. Nostalgia dikit boleh ya moms. Pernah berangan-angan enak juga nih kalau misal kuliah di Amerika dan tetap bisa kerja di Philip Morris International di Amerika. Impian ke Amerika bergeser dulu ke Eropa.
Oh ya for your information (FYI), di Amerika itu ada 2 pabrik Philip Morris yang berbeda lho. Yang pertama adalah Philip Morris USA terletak di Virginia dan yang kedua adalah Philip Morris International (PMI) terletak di New York. Produk rokoknya juga sama-sama Marlboro. Philip Morris USA adalah tobacco company terbesar di USA. Semua produk rokok import yang ingin masuk market US harus melewati ijin Philip Morris USA termasuk produk dari PMI yaitu IQOS (alat rokok elektrik). PMI di New York hanya cabang saja. Kantor pusatnya ya berada di Lausanne – Switzerland (tempat Papi Fariz mendapatkan penugasan).
Kembali lagi dengan berasa liburan 9 bulan. Secara psikologis, alam bawah sadar mendorong untuk terus dan terus liburan meskipun kantong harus megap-megap ya, hahaha. Tapi kapan lagi bisa melihat keindahan negara Swiss. Keadaan ini berbeda dengan di Lisbon – Portugal. Euphoria liburan setiap weekend tidak begitu dirasakan. Karena ini adalah relokasi membuat kami “liburannya nanti-nanti dulu deh, tinggal disini masih lama kok” dalam hati kecil berkata demikian.
Kesibukan Papi Fariz dikantor sudah semakin padat. Dalam seminggu diwajibkan WFO (Work From Office) selama 2-3x. Itu harus booking ruangan dan ijin masuk beberapa hari sebelumnya. Pemerintah Portugal masih memberi kelonggaran untuk karyawan kantor. Tapi meskipun WFH (Work From Home) juga tidak bisa santai-santai. Papi Fariz bisa betah di meja kerjanya dari pagi hingga sore. Keluar ruangan hanya untuk makan siang dan ke kamar mandi. Paling hanya bisa dititipi anak-anak sebentar saat saya ada meeting atau kegiatan kantor online sebelum akhirnya harus segera kembali meeting. Benar-benar padat.
Matahari tenggelam masih jam 21.00 WEST (Western European Summer Time), pulang kerja sebenarnya masih ada waktu kalau ingin jalan-jalan. Namun tidak tega karena pulang kantor menyetir sendiri pasti sudah lelah. Kalau di Lausanne – Swiss tinggal jalan kaki 800 meter atau naik bis yang cuma 2 menit. Tapi sekarang harus menyetir sendiri sepanjang 6,6 kilometer. Kalau cepat yang 10 menit, kalau lama 20 menit karena macet jam pulang kantor.
Agenda saat weekend sudah pasti pergi belanja mingguan dan bersih-bersih apartemen. Untuk belanja mingguan, Zirco selalu memilih untuk pergi ke mall. Sambil jalan-jalan katanya. Biasanya Zirco minta dibelikan 1 slice Pizza Hut seharga 2 Euro. 1 Euro : Rp. 15.600. Disini kami jarang membeli 1 pan pizza ukuran besar, kecuali kalau lagi promo Buy 1 Get 1, hihihi. Pernah kami juga mendapatkan diskon dari aplikasi Too Good To Go, cukup membayar 4 Euro sudah mendapatkan banyak jenis kue. Senangnya bukan main, kue enak kantong aman.
Too Good To Go ini adalah aplikasi online dimana tersedia beberapa restoran atau toko kue yang menjual makanannya sebelum tokonya tutup. Mending dibuat diskon daripada kue nya dibuang. Konsepnya adalah makanan tidak berakhir di tempat sampah. Menarik sekali bagi kami!!! Kue yang pembeli dapatkan berupa Magic Box, artinya kita tidak bisa memilih varian kue apa saja, jadi terima apa adanya. Jumlahnya pun misteri, karena tergantung ada berapa sisa makanan di toko tersebut pada hari itu. Jangan ragu terkait kualitasnya karena kondisi makanan masih benar-benar baik dan enak. Bukan kue kemarin-kemarin yang sudah basi.
Hari minggu biasanya kami bersantai di rumah bermain Nintendo dan juga berolahraga dengan Nintendo. Pergi sebentar menyusuri pantai. Bukan untuk bermain pasir tapi hanya di dalam mobil melihat keindahan laut dari jalan raya. Angin masih begitu kencang. Bagi darah Jawa tetap takut masuk angin. Dan tempat favorit yaitu pergi ke taman dekat apartemen. 1 Jam bermain di taman saja sudah buat DoubleZ happy dan tidak mau pulang. Padahal sudah keringatan gobyos lari sana lari sini.
Lisbon yang banyak dikunjungi oleh turis juga belum sempat diexplore dengan serius. Lisbon kotanya lebih padat, sangat padat. Sudah seperti Surabaya atau Jakarta. Transportasi umum dan kendaraan pribadi sudah bikin macet. Kalau bawa mobil sendiri harus siap mental dulu untuk bertemu kemacetan. Kalau naik kereta malah belum pernah karena sudah pesimis duluan kalau keretanya bakal kids or stroller friendly gak yaa?
Kami pergi ke Lisbon hanya untuk belanja ke Oriental Supermecado atau Supermarket Asia yang pernah saya ceritakan sebelumnya. Setelah itu juga langsung kembali ke rumah. Kami was-was dengan peraturan di Lisbon yang limited akses kendaraan pribadi. Ada stiker-stiker tertentu yang belum kami pahami. Jadi masih takut kalau mau kemana-mana. Kami akhirnya menemukan parkiran di dekat supermarket. Sehingga memudahkan dalam berbelanja. Meskipun juga tetep harus angkat-angkat troli belanja melewati banyaknya anak tangga.
Sempat mendapatkan pengalaman buruk, saat berada di tempat parkir ada seorang nenek yang menyetir mobil sendiri. Kami berempat ada di posisi depan mesin loket membayar parkir (self service dalam membayar parkir). Ada seorang bapak berwajah Asia yang sedang antri dibelakang saya. Tiba-tiba si bapak tersebut ditabrak oleh nenek yang sedang mengebut padahal hanya mau parkir. Bukannya malah meminta maaf malah si nenek tertawa sambil tangannya memberi jempol. Si bapak hanya geleng-geleng. Segera saya menarik DoubleZ takut terjadi apa-apa. Malah nenek berteriak sambil marah “calma calma” artinya santai santai. Tidak bisa berkata satu kata pun dengan kejadian tersebut. Ingin marah ku tak sanggup. (Okky Putri Prastuti/MPM)