Malang Posco Media – Hari Raya Idul Fitri di Eropa juga jatuh hari Senin tanggal 2 Mei 2022. Kami posisi sudah di Lisbon Portugal. Seminggu sebelumnya kami sudah survey Masjid untuk Salat Ied. Ada tiga Masjid di Lisbon. Kami merencanakan ikut Salat Ied di Mesquita Central d Lisboa.
Secara kebetulan tepat tanggal 1 Mei 2022 kami melakukan boyongan rumah. Dari Villa Bicuda – Cascais ke Apartemen. Memang harus segera pindah. Jatah tinggal di Villa hanya satu bulan. Ini sudah overtime satu minggu. Mencari Apartemen yang ideal dengan kebutuhan kami agak sulit menemukannya. Kebetulan pas dengan itungan jawa malam lebaran. Hari baik.
Kami tidak jadi ke Mesquita Central d Lisboa untuk ikut Salat Ied. Zirco mendadak gak enak badan. Kecapekan mungkin atau kaget juga harus adaptasi lagi dengan apartemen baru. Nanti kapan kapan akan kami sharingkan kenyamanan rumah tinggal baru kami. Sabar ya kawan kawan.
Bagaimana dong suasana lebarannya? Tenang kali ini kami kolabarasikan dengan teman yang di Jenewa Ramadan Raditya Putra dengan istrinya Yonica Arum Larasati serta Mbak Yuni teman di Lausanne Swiss yang sedang liburan di Turki.
Sedang kami sendiri mengisi Lebaran dengan Papi Faris mengambil cuti dan janjian makan bersama dengan keluarga Mbak Ajeng (Teman kerja Papi Fariz dari Indonrsia yang sudah duluan 1 tahun di Portugal) . Telpon telpon keluarga, sudara dan teman di Indonesia serta nonton bioskop. Tentu juga masak yang ada suasana lebara ala Indonesia.
Saat masih tinggal di Vila Bicuda, kami bertemu keluarga kecil asli Pakistan – suami istri dengan 2 anak. Satu masih bayi berumur 3 bulan dan satunya seumuran dengan Zirco – 6 tahun. Keluarga Ahmed dan Sana. Ternyata mereka juga bekerja di Philip Morris International (PMI). Mereka pindah dari PMI Filipina ke Tabaqueira, Rio de Mouro, Portugal. Sekantor dengan Papi Fariz namun beda departemen. Mereka lebih duluan tinggal di Villa Bicuda ini. Singkat cerita kami diundang untuk buka puasa bersama. Senangnya bukan main, baru 3 minggu sudah mendapat teman ngobrol dan bermain. Hidangan yang disajikan oleh keluarga Ahmed dan Sana khas masakan Pakistan.
Ini adalah pertama kalinya lebaran masak sendiri dan pastinya jauh dari keluarga Indonesia. Kami sudah membuat janji dengan keluarga Mbak Ajeng (teman Papi Fariz di kantor) untuk lebaran bersama-sama. Mbak Ajeng yang sudah hampir menetap di Cascais selama 1 tahun mengundang kami berempat untuk makan siang dirumahnya. Hanya 10 menit dari Vila Bicuda.
Menu lontong, opor ayam, sambal goreng hati ampela, mie ayam, bakso, samosa sudah disiapkan oleh Mbak Ajeng. Saya cuma kebagian bawa rendang saja. Rendang daging super empuk yang dimasak hampir 4 jam tanpa menggunakan bumbu cepat saji. Keahlian memasak saya sudah naik level, kata suami, hahaha. Alhamdulillah.
KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Lisbon tidak mengadakan acara offline. Mereka hanya mengadakan halal bihalal secara online melalui zoom saja. Namun kami terlewat acaranya karena sedang asik menikmati lontong opor dan mie ayam. Tak lupa kami video call dengan keluarga di Indonesia untuk meminta maaf atas kesalahan kami semua selama ini. Serta juga tidak bisa pulang ke Indonesia untuk mudik dalam waktu dekat ini. Dalam liburan lebaran ini kami isi dengan pergi ke mall untuk menonton bioskop film kartun Sonic. Zirco sudah ingin sekali melihat bioskop sambil makan popcorn.
Berbeda dengan nuansa lebaran di Geneva – Swiss. Ramadhan Praditya Putra beserta istrinya Yonika Arum Larasati sudah 3x menikmati Hari Raya Idul Fitri di luar negeri. Odit – panggilan dari Ramadhan bekerja menjadi Staf Sistem Informasi PBB. Sedangkan teman saya Yonika sedang menempuh pendidikan S3.
Geneva merupakan pusat organisasi internasional seperti PBB, WHO, WTO, UNCTAD, dll. Meskipun Idul Fitri bukan libur nasional di Swiss, akan tetapi sebagian besar organisasi-organisasi internasional memang libur di hari raya Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha karena menghormati keberagaman latar belakang dan agama dari para karyawannya. Oleh karena banyaknya organisasi internasional di Geneva, hari raya Idul Fitri pun serasa sepi karena banyak karyawan yang libur. Mereka yang bekerja di sektor swasta atau negeri, memang sebagian besar tidak libur akan tetapi mereka diizinkan untuk mengambil cuti.
Mereka salat Ied di PTRI (Perutusan Tetap Republik Indonesia), yaitu kantor perwakilan Kementrian Luar Negeri RI di mana Indonesia mengutus misi diplomasi ke PBB. Pagi hari sebelum jam 8.45 kami diharuskan sampai ke PTRI membawa sajadah dan masker katanya. Dari luar PTRI, sudah terdengar lantunan takbir dari loud speaker. Setelah sekitar setengah jam bertakbir, sholat ied dimulsi kemudian dilanjutkan dengan ceramah dan saling bersalaman. Ada kira-kira 100 lebih orang yang datang, sehingga suasana meriah, serasa seperti berlebaran di Indonesia.
Setelah salat Ied Jamaah bercengkerama saling mengabarkan dan cerita cerita. pukul 10 pagi, yang ditunggu-tunggu datang yaitu waktunya makan. PTRI Geneva sungguh berbaik hati menyediakan beberapa stand makanan seperti lontong cap gomeh, tahu tek, kue-kue khas lebaran, jajanan pasar, sate ayam, sate kambing, dan es cendol. Semuanya dimasak dari bahan berkualitas bagus dan serasa sedap. Tidak kalah dengan masakan di kampung halaman.
Selain kumpul-kumpul di PTRI untuk sholat Ied beberapa keluarga Indonesia di Geneva juga biasanya mengundang kami untuk makan di open house mereka. Untuk lebaran kali ini, di sore hari kami diundang ke rumah Mas Budi Matondang. Tidak lupa pula, kami juga sudah memesan kue lebaran seperti nastar dan putri salju dari beberapa toko online di Swiss yang menjual makanan dan bahan-bahan khas Indonesia, contohnya dari @tokonusantara_mamaflo.ch.
Tahun ini merupakan pertama kalinya lebaran pergi sholat ied ke masjid. Di tahun 2020 dan 2021, kami merayakan lebaran tanpa berkumpul-kumpul di masjid atau di rumah teman. Jadi di pagi hari kami solat ied berdua di rumah. Kemudian dilanjutkan dengan temu keluarga virtual. Lalu di siang atau sore hari kami jalan-jalan berdua ke alam bebas dan malamnya makan di restoran halal.
Sebenarnya jauh lebih banyak sukanya daripada dukanya. Sukanya, dari segi makanan, kekeluargaan, dan ramah tamah komunitas sudah kami dapatkan di sini. Kami tidak lagi kangen dengan masakan Indonesia dan suasana mengobrol beramah tamah.Dukanya hanya satu bagi kami, yaitu memang suasana khas lebaran di Indonesia yang tidak bisa direkayasa di sini. Contohnya pawai, festival bedug, dan melihat lapangan luas berisi jamaah di pagi hari yang berembun itu adalah sesuatu yang khas di Indonesia bagi kami.
Dari Lisbon ke Geneva, bergeser ke Turki. Keluarga Mbak Yuni sengaja menikmati puasa dan berlebaran di Istanbul – Turki. 6 hari 5 malam mereka memiliki waktu untuk explore Istanbul. Suasana berpuasa bisa mereka rasakan disana. Banyak masjid berjejeran yang bisa dikunjungi. Letaknya sangat berdekatan, kurang dari 1 kilometer.
“Suara Adzan ini yang paling dikangeni selama ini”, kata Mbak Yuni.
Suara Adzan saling bersahutan. Karena sedang berpuasa mereka berwisata santai untuk mengunjungi beberapa museum. Kedua anak Mbak Yuni, Syifa dan Hafsah gemar sekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang bisa didapatkan dari museum.
Pagi hari kami sudah menuju masjid Agya Shopia untuk menunaikan ibadah salat ied. Sudah lengkap membawa peralatan sholat. Banyak sekali jamaah yang ikut sholat id. Kami bertemu dengan mahasiswa Indonesia, keluarga Indonesia yang sedang berlibur, dan juga jamaah muslim lainnya. Yang paling special kami bertemu dengan Ustad Felix Siauw beserta keluarga yang sepertinya juga sedang liburan juga.
So far, kami menikmati liburan ke Turki ini. Selain harga makanan yang jauh lebih murah dari Lausanne, kami tidak perlu ragu memilih makanan karena semuanya halal. KFC bucket family yang harganya hampir sama dengan di Indonesia menjadi andalan Syifa dan Hafsah sebagai kudapan sehari-hari. Selebihnya kami tinggal memilih untuk makan kebab atau ke restoran Malaysia. Namun dibalik itu semua ada kekurangan yang kami rasakan saat sholat id. Area di luar masjid tidak ada pengaturan shaf yang bagus padahal jamaahnya mencapai ribuan. Sehingga shaf laki-laki dan perempuan bisa campur aduk.
Nuansa hari lebaran telah berakhir untuk kami semua. H+3 sudah waktunya kembali ke kantor dan sekolah. Sudah kembali ke realita melakukan rutinitas sehari-hari lagi. Kembali ke dapur untuk membuat masakan istimewa buat keluarga. Setelah bosen makan rendang, kali ini Papi Fariz dan DoubleZ request menu sate ayam. Kalau di Indonesia tinggal beli di abang-abang warung atau Gofood, disini wajib buat sendiri. Alhamdulillah daging ayam 1 kg bisa jadi 25 tusuk dengan potongan ayam cukup besar. Semua makan dengan lahap, rasa capek memasak pun juga hilang.
Selamat Hari Raya Idul Fitri semua kawan pembaca. Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat bermudik dengan aman dan nyaman ya moms. Semoga bisa dipertemukan dengan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan. We love you seluruh keluarga di Indonesia. Peluk hangat dan cium jauh DoubleZ dari Cascais – Lisbon, Portugal.(Okky Putri Prastuti/MPM)