MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Aksi pembobolan kedai Pesenkopi di Jalan Danau Sentani Raya Kota Malang, terekam CCTV. Namun, saat pelaku sadar aksinya terekam, pelaku yang sudah mebobol pintu kedai mengurungkan niatnya melanjutkan aksi pencurian, Selasa (25/6).
Direktur Operasional Pesenkopi, Andrian Kurnia, 41, mengatakan bahwa, pencurian itu baru ketahuan sekitar pukul 09.00. Saat itu para pegawai kedai mulai berdatangan, karena akan buka dan memulai jam operasional. “Saat hendak dibuka, ternyata gembok pintu kedai sudah dalam keadaan tercongkel dan terbuka,” ujarnya.
Begitu masuk ke area kedai, ternyata posisi barang-barang sudah berantakan. “Tabung LPG 3 kilogram sudah ganti posisi, kondisinya terlepas dari kompor dan diletakkan di atas meja. Laci dan lemari juga kondisinya terbuka dan isinya diacak-acak,” bebernya. Pegawai yang mendapati hal itu, melapor ke manajemen Pesenkopi.
“Begitu ada laporan tersebut, saya bergegas ke kedai dan mengecek keadaannya. Ternyata tidak ada barang yang hilang,” sebut Andrian. Saat mengecek rekaman CCTV di dalam kedai, ternyata aksi pelaku terekam. Bahkan wajah pelaku terekam jelas saat kaget ketika menghadap kamera.
“Apabila dilihat dari rekaman CCTV, pelaku beraksi sekitar pukul 02.00. Saat di dalam gerai, pelaku mulai mencari barang berharga dan mengacak-acak seisi kedai. Kemungkinan cari uang atau alat elektronik,” lanjutnya. Namun, seluruh barang berharga tersebut ternyata sudah disimpan di tempat aman, setiap operasional toko berakhir.
Andrian mengaku sudah melaporkan kejadian ini pihak RT dan RW. Kejadian inj bukan kali pertama dialami kedai tersebut. Sebelumnya di tahun 2023, hal serupa juga terjadi, namun diduga bukan orang yang sama. “Kalau di pertengahan tahun 2023 lalu, pelaku sempat mengambil tabung LPG 3 kg dan cup sealer,” ceritanya.
Sementara itu, Ketua RW setempat Andri Setiawan mengatakan, di depan area Pesenkopi memang kerap dijadikan lokasi nongkrong saat sudah tutup. Mirisnya, mereka yang nongkrong di atas pukul 23.00, ada yang mabuk-mabukan.
“Sudah beberapa kali dibubarkan, bahkan oleh pihak kepolisian. Tetapi saat tidak ada yang mengawasi, mereka kembali lagi. Mereka ini bukan dari warga asli sini. Usianya masih sepantaran anak SMP atau SMA, kebanyakan mereka asalnya dari Kelurahan Kotalama, Polehan hingga Mergosono,” bebernya. (rex/mar)