MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Tim mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang mengaku sudah mengantongi izin untuk melakukan penelitian keterhubungan ritual pesugihan di Gunung Kawi dengan gangguan mental (mental disorder). Destyana Ellingga Pratiwi, dosen pembimbing mengaku mengetahui yang dipermasalahkan.
Namun dia mengaku sudah menyerahkan ke pihak universitas. “Untuk urusan itu sudah dihandle oleh bagian hukum UB. Silakan hubungi bagian hukum UB saja,” ujarnya saat dihubungi Malang Posco Media, kemarin. Sementara itu, menurut keterangannya, penelitian tersebut ditujukan untuk mengikuti sebuah lomba.
Pihaknya menyebut bahwa penelitian itu masih berjalan. Sedangkan mengenai keberatan pihak Pesarean Gunung Kawi, dosen yang disapa Tiwi itu menyebut banyak yang diluar tanggung jawab kampus. “Sepemahaman saya, mahasiswa hanya melakukan riset untuk lomba,” ungkapnya.
Sedangkan, lanjut dia, yang dikeluhkan oleh pihak Pesarean Gunung Kawi adalah artikel-artikel yang dibuat oleh pihak yang tidak mereka kenal. “Mahasiswa kami hanya menerbitkan dua artikel. Dan riset mahasiswa kami hanya fokus kepada aspek psikologis. Namun sayang banyak yang menambah-nambahi sendiri,” ungkapnya.
Dalam publikasi yang telah dilakukan, penelitian itu dikabarkan melalui situs resmi Prasetya UB. Dari pantauan, diketahui penelitian itu memang diupayakan mengungkap segi pengaruh psikologis pada pelaku ritual pesugihan. Di dalamnya juga memuat foto saat wawancara beberapa pihak di area Keraton Gunung Kawi.
“Kami selalu menggunakan media publikasi milik UB. Kalau selain itu, bukan buatan anak-anak kami,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan lebih fokus pada area Keraton Gunung Kawi dan bukan menyentuh pesarean. Tiwi menyebut tim mahasiswa dibawah bimbingannya itu sudah menyerahkan surat pengantar dari kampus ke pemerintah desa.
“Kami sudah mendapat izin dari kepala desanya,” jelasnya. Sehingga ia berharap agar tidak ada kesalahpahaman antara beberapa pihak hingga merasa dirugikan. Meski begitu, upaya untuk komunikasi dengan pihak yang keberatan, kata Tiwi, tetap dilakukan. Sebelumnya, penelitian tersebut membuat pengelola dan warga pesarean tak senang.
Salah satunya dianggap tidak memiliki sumber yang jelas, serta menimbulkan dampak negatif yang meluas. Termasuk Yayasan Ngesti Gondo beranggapan pengalaman penelitian tersebut dibagikan di media massa dan media sosial membawa narasi yang kurang tepat.
Di sisi lain, Yayasan Ngesti Gondo Pesarean Gunung Kawi yang sebelumnya melayangkan keberatan, menyampaikan bahwa apa yang dipermasalahkan adalah mengenai beberapa artikel yang beredar mencatut pesarean. “Beda entitas memang iya, kalau keraton diluar kewenangan kami dan kami tidak memiliki hak untuk berkomentar soal itu,” ujar Alie Zainal Abidin, Juru Bicara Yayasan Ngesti Gondo. (tyo/mar)