.
Saturday, December 14, 2024

Universitas Muhammadiyah Malang; Dikukuhkan, Aris Didampingi Foto Istri

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sepasang suami istri dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dikukuhkan menjadi Guru Besar. Sebuah kebanggan tentunya, baik bagi institusi maupun bagi yang bersangkutan. Hanya saja, ada yang kurang dalam prosesi pengukuhan keduanya, Sabtu (9/3) lalu.

Sang istri, tidak dapat menyertai. Dia telah meninggal dua minggu sebelumnya karena sakit. Sehingga sang suami, hanya bersanding dengan foto istrinya saat pengukuhan. Tak dipungkiri, suasana haru pun menyelimuti acara prosesi pengukuhan tersebut.

Dia adalah Prof. Dr. Ir. Aris Winaya, M.M., M.Si., IPU, ASEAN Eng dan istrinya, almarhumah Prof. Dr. Ir. Maftuchah, M.P. Keduanya sama-sama mengabdi di Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dan memiliki fokus penelitian yang menarik di bidangnya.

Prof Aris yang juga Dekan FPP UMM tersebut dikukuhkan sendiri tanpa istrinya. Sementara almarhumah Prof Maftuchah dianugerahi dan dikukuhkan sebagai guru besar anumerta. Berkat teknologi artificial intelligence (AI), Maftuchah juga ‘dihadirkan’ dan orasinya tersampaikan di hadapan para tamu.

Dalam paparannya, Aris menjelaskan mengenai aplikasi teknologi DNA dalam penguatan strategi konservasi sumber daya genetik ternak di Indonesia. Ia melanjutkan bahwa beberapa negara yang telah berkomitmen untuk mempertahankan potensi genetik ternak lokal akan terus mengamati tren perkembangan bidang peternakan. Di sisi lain, teknik genetika molekuler diperkirakan akan memiliki dampak yang cukup besar di masa depan. Misalnya tes berbasis DNA untuk gen yang mempengaruhi sifat kualitatif yang sulit diukur saat ini, seperti kualitas daging atau ketahanan terhadap penyakit.

“Hal Ini juga akan membuka jalan menuju kemungkinan kemajuan dalam evolusi biologi, pemuliaan hewan dan hewan model untuk penyakit manusia. Misalnya saja, seleksi genomik yang seharusnya bisa meningkatkan dua kali lipat keuntungan genetik dalam industri susu. Meski begitu, ada tantangan tersendiri. Seperti terjadinya revolusi dalam bidang pemuliaan ternak sebagai alat dan teknik yang berbeda dengan pemuliaan konvensional selama ini,” tambahnya.

Terkait ternak Indonesia, Aris yakin bahwa studi tentang keragaman breed sapi lokal Indonesia berbasis DNA akan mencerminkan variasi genetik mereka dari sisi esensi. Apalagi, saat ini sumber daya genetik sapi-sapi asli Indonesia semakin menurun tajam. Maka studi tentang keragaman breed sapi asli Indonesia semakin penting. “Konservasi keanekaragaman genetik ternak lokal harusnya sudah menjadi program yang wajib diimplementasikan,” tegasnya.

Selain menyajikan orasi ilmiah menarik, prosesi pengukuhan tersebut juga menceritakan Aris dan Maftuchah saling mendukung satu sama lain hingga mencapai jabatan guru besar. Aris menceritakan kisahnya pada tahun 1994, saat dirinya menikahi Prof Maftuchah. Kemudian penantian panjang selama sembilan tahun untuk mendapatkan amanah buah hati. Bahkan juga perjuangan Maftuchah yang harus menyelesaikan studi di Bogor saat masih hamil serta upaya Aris bolak balik Malang-Bogor untuk menemani sang istri sembari menjalankan tugas sebagai dosen di UMM. “Terimakasih atas dukungan pada kami selama ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dari almarhumah, semoga yang kami sajikan melalui forum ilmiah ini dapat bermanfaat,” ucapnya. (imm)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img