MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sopir angkutan umum (angkot) Kota Malang mengeluhkan pendapatan lantaran sepinya penumpang hampir setiap hari. Penumpang rata-rata kalangan paruh baya dan lansia. Salah satu penyebabnya karena jasa transportasi online kian marak. Sehingga usia produktif seperti anak sekolah dan kuliah jarang naik angkot.
Seperti yang dikatakan Suprianto, sopir asal Kelurahan/kecamatan Blimbing itu mengaku hanya mendapat Rp 40-50 ribu per hari. Menurutnya, sejak kemunculan transportasi online sangat berdampak pada pendapatan. Penumpang yang menghampiri mobil angkotnya pun kebanyakan kalangan lanjut usia. “Anak sekolah dan kuliahan sih ada, tapi hanya beberapa. Penumpang hanya lansia dan pekerja,” paparnya, Selasa pagi (10/1).
Menurut Suprianto, kondisi ini terjadi sejak beberapa tahun lalu. Normalnya bisa menarik penumpang lima kali per hari. Kini, hanya bisa tiga kali saja per hari. “Sehari saya narik tiga kali pulang pergi (PP) Landungsari-Arjosari. Bensin yang dibutuhkan satu kali PP itu habis empat liter. Biaya operasional tidak sebanding sama pendapatan. Belum setorannya,” keluh pria, 59 tahun itu.
Senada dengan itu, Sugi, sopir angkot lainnya mengatakan, penumpang yang menggunakan jasa transportasinya rata-rata kalangan lanjut usia yang hendak pulang dan pergi bekerja. “Penumpang lebih sering orang yang yang sudah kerja. Usianya sekitar 40-60 ke atas,” akunya. “Usia produktif juga ada, tapi kadang-kadang,” lanjutnya.
Pria usia 60 tahun itu menambahkan, satu kali pulang pergi dengan trayek Landungsari-Gadang, dia memerlukan tiga liter bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan, per hari dia mengantar penumpang tiga kali pulang pergi. “Dengan biaya operasional yang tinggi, tentunya saya harus dapat penumpang dulu baru jalan,” tandasnya sembari mengatakan dia juga harus membagi penumpang dengan sopir angkot lain. (mp3/udi)
