Malang Posco Media – Bandara Frans Seda Maumere yang terletak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini mengalami penutupan sementara untuk layanan penerbangan dari dan ke Maumere. Hal ini disebabkan oleh dampak dari letusan gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur.
“Hari ini hasil pengamatan di runway negatif, tapi hasil pengamatan BMKG di ruang udara yang menjadi lintasan pesawat itu masih menunjukkan terdampak. Artinya masih ada abu vulkanik di atas. Oleh karena itu hari ini pun masih kami lakukan penutupan sementara,” kata Kepala Kantor UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) Kelas II Bandara Frans Seda Maumere, Partahian Panjaitan, di Maumere, Selasa (2/1).
Pada tanggal 1 Januari 2024, gunung api Lewotobi Laki-laki di Flores Timur kembali mengalami erupsi setelah statusnya naik dari Level II atau Waspada menjadi Level III atau Siaga.
Dampak dari erupsi tersebut menyebabkan penutupan layanan operasional Bandara Frans Seda Maumere sejak hari Senin. Penutupan ini didasarkan pada indikasi adanya abu vulkanik di landasan, sebagaimana hasil uji tes kertas yang dilakukan.
Keputusan penutupan juga merujuk pada hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menunjukkan adanya indikasi abu vulkanik di ruang udara Bandara Frans Seda Maumere.
Partahian Panjaitan menyampaikan penutupan sementara harus dilakukan mengingat pentingnya keselamatan penerbangan saat ini.
Jika abu vulkanik mengenai mesin pesawat, kata dia, dapat berakibat fatal dan berdampak pada keselamatan. “Paling utama itu keselamatan penerbangan, sehingga kami putuskan sementara ditutup,” ucapnya.
Ia mengatakan indikasi adanya abu vulkanik di bandara dan penutupan sementara itu telah dilaporkan kepada Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali. Pihaknya pun terus melakukan paper test setiap jam untuk mengetahui kondisi di landasan pacu.
Selain itu informasi BMKG pun diterbitkan secara berkala sehingga menjadi dasar untuk pembukaan atau penutupan layanan penerbangan di bandara tersebut.
“Yang paling utama itu hasil dari BMKG karena bisa saja abu itu tidak sempat turun ke bawah tapi bergerak di atas. Kriteria utama itu hasil BMKG,” kata dia.
“Kalau sudah tidak terdampak lagi, kami akan buka lagi,” ujarnya.(ntr/mpm)