Malang Posco Media – Keterbatasan fisik bukan alasan tak berprestasi. Itu dibuktikan Wahyudha Eldine Octaviano. Penyandang disabilitas ini menyandang Duta Petani Milenial 2020-2023.
Sehari-harinya aktivitas Vio, sapaan akrab Wahyudha Eldine Octaviano di atas kursi roda. Ia mengidap serebalpalsi sejak lahir tahun 1998 lalu. Akibat penyakit yang dialaminya, pemuda asal Desa Bulukerto Kota Batu ini tak melanjutkan pendidikan hingga SMA. Ketika tamat SMP, Vio harus menjalani terapi. Terutama terapi tangannya karena susah digerakan. Ketika kesehatannya mulai stabil pada tahun 2019, Vio menekuni tanaman bonsai. Hal ini tidak terlepas dari dukungan Hendri Susanto sang ayah dan Arpai, kakeknya yang merupakan pebisnis tanaman bonsai.
Sebagai generasi muda yang melek teknologi, Vio mencoba menekuni dunia digital marketing. Memasarkan bonsai melalui platform online. Ia fokus pada penataan manajemen dan marketing bisnis bonsai. Sejak saat itu Vio membantu bisnis turun temurun ini yang bernama Artha Bonsai Vio.
“Kalau produksi dikelola ayah dan kakek, karena itu hal yang tidak mungkin untuk saya lakukan,” ceritanya.
Terjun di dunia bonsai membuat Vio sering menghadiri pameran tanaman yang digelar di Kota Batu. Pada suatu kegiatan Perkumpulan Pecinta Bonsai Indonesia pada tahun 2019, ia mampu menarik perhatian Dinas Pertanian Kota Batu. Saat itu dijadikan kandidat Duta Petani Milenial.
Persaiangannya ketat. Ia harus bersaing dengan 10 kandidat lainnya asal Kota Batu. Seleksi yang diikuti antara lain dokumentasi data diri. Video yang menunjukan kegiatan atau aktivitas berkontribusi untuk pertanian. Dalam video itu Vio menunjukan tahapan awal hingga akhir proses budidaya, perawatan hingga ekspor ke luar negeri melalui platform online.
Persaingan berhasil dimenangkannya. Tahun 2020 lalu, ia terpilih menjadi Duta Petani Milenial yang diresmikan Presiden Joko Widodo.
Prosesi kegiatan yang digelar Kementerian Pertanian ini dilakukan secara daring. Sebab masih dalam kondisi pandemi.
“Terpilih karena kebanyakan pecinta bonsai masih fokus pada perawatan saja, tidak memahami strategi jualnya. Sedangkan saya berusaha mengembangkan kemampuan yang saya miliki dengan bisnis turun temurun yang sudah ada. Bisa budidaya, merawat sekaligus memasarkan bonsai,” jelasnya.
Adapun amanah yang diberikan kepadanya yakni resonansi dan regenerasi. Resonansi berarti harus turut mengedukasi mengenai pemasaran online kepada generasi selanjutnya.
Sedangkan regenerasi harus berupaya mencari generasi penerus Duta Petani Mienial. Karena kebanyakan pecinta tanaman ini masih memiliki mind set yang kurang berkembang dan hanya fokus pada perawatannya saja. Merubah mind set menjadi tantangan tersendiri untuknya.
Kini ia talah melaksanakan tugas yang diembannya dengan cara edukasi melalui webinar. Di antaranya sebagai narasumber mengenai pemasaran bonsai. Kegiatan itu bertema “Budidaya Bonsai di Lahan Sempit Harga Selangit”.
Edukasi lainnya dilakukan dengan cara membina peserta pertukaran pelajar. Pesertanya mahasiswa asing yang berada di beberapa perguruan tinggi di Kota Malang. Mahasiswa berasal dari beberapa negara, di antaranya Belgia dan Afrika.
Binaan terakhir yang dilakukan Vio pada tahun 2019 hingga 2020. Dengan masa studi paling sebentar dua minggu hingga tiga bulan. Selain itu upaya edukasi yang terus dilakukannya yakni bekerjasama dengan sekolah yang mengadakan program kejuruan dalam bidang pertanian. Antara lain SMKN 2 dan SMKN 3 Batu.
Latar belakang keluarga Vio menekuni ekspor bonsai sejak tahun 1990-an, menjadikan gerai sebagai suplier pihak ke tiga. Dalam setiap pengiriman, mampu menjual sekitar dua truk berisi tanaman bonsai. Bonsainya sudah dijajakan di sejumlah negara. Di antaranya Perancis, Jerman dan Belanda. Setiap harinya ia memasarkan bonsai melalui platform online seperti Tokopedia. Ditambah lagi pelelangan yang dilakukan melalui siaran langsung di Facebook. Per harinya mendapat keuntungan sekitar Rp 1 juta hanya dari siaran langsung di Facebook.
Dalam menekuni bisnis tak lepas dari kendala, yakni ekspor secara pribadi. Ia terhalang persyaratan dokumentasi seperti nomor induk perusahaan. Membuatkan CV pada bisnisnya sejak Agustus 2021 lalu, sebagai upayanya menuju ekspor mandiri. Karena persyaratan utamanya harus memiliki CV. Vio pernah diberi kesempatan bertemu Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Yakni Oktober 2020 di Balit Jestro Batu.
“Dalam pertemuan ini saya ditanyai keinginan saya. Saya hanya menjawab, mudahkan prosedur ekspor bonsai mandiri,” ungkapnya.
Dalam perbincangan itu, Vio menegaskan bahwa tanaman hias dan bonsai sangatlah berbeda. Tanaman hias jenis A, akan sama ketika dijumpai di daerah yang berbeda. Sedangkan bonsai dengan jenis A, akan berbeda jika ditemukan pada daerah yang berbeda. Hal ini dipengaruhi iklim dan cuaca.
“Merawat bonsai itu murah, mulai harga Rp 35 ribu saja dengan jenis seribu bintang. Kalau yang paling mahal jenis taman, saya pernah menjual hingga Rp 500 juta,” bebernya. (wahyunita setyaning wati/van)