.
Friday, December 13, 2024

Perayaan Maulid dan Implementasi Kecintaan terhadap Nabi SAW

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Peristiwa besar kelahiran Baginda Nabi SAW atau  Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini jatuh pada tanggal 28 September 2023 atau 12 Rabiul Awal 1445 H. Perayaan Maulid tidak hanya sekadar ritual perayaan namun perayaan Maulid juga menjadi ritual motivasi untuk membangkitkan kembali semangat dan rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW.

Ini menjadi ajang meningkatkan ‘gizi’ spiritual kita, menelaah perjalanan hidup Rasullah SAW, kemudian mengikuti semua syariat yang dibawanya, menjadikan Rasulullah idola dan teladan dalam kehidupan kita, sehingga nutrisi “menjalankan sunnahnya” terpenuhi.

Pada hakikatnya perayaan Maulid Nabi SAW merupakan upaya untuk mengenali keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai penyebar ajaran Islam. Tercatat dalam sejarah hidupnya, Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin besar yang luar biasa dalam memberikan teladan besar bagi umatnya. 

Umat ​​Islam di seluruh dunia kerap merayakan Maulid dengan cara yang berbeda-beda. Tradisi perayaan ini berbeda-beda di kalangan umat Islam, tergantung daerahnya. Sebagian daerah merayakannya dengan majelis ilmu dalam bentuk dakwah, pengajian di masjid atau di kantor-kantor. Sebagian daerah lain merayakan dengan kenduri, kemudian pada malamnya dilanjutkan dengan dakwah dari da’i-da’i ternama di daerah tersebut.

Persoalan perayaan Maulid Nabi memang kerap menjadi bahan perdebatan dan berbeda pendapat. Beberapa kelompok berpendapat bahwa merayakan Maulid adalah sesuatu yang sesat atau tidak diperlukan. Namun sebagian kelompok  lain merasa perayaan Maulid bisa dirayakan dan sangat dianjurkan.

Perbedaan pendapat ini merupakan hal yang lumrah dan wajar, serta tidak serta merta menimbulkan perpecahan dan saling menghina, apalagi saling menjelek-jelekkan. Dalam hal ini, kedua kelompok mempunyai argumen masing-masing untuk menegaskan pandangannya.

Diketahui bahwa tradisi keagamaan merayakan Maulid merupakan salah satu cara penyebaran agama Islam di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak bisa menyebarkan dan menerima Islam secara lebih luas jika proses penyebaran Islam tidak menyertakan tradisi agama.

Tentunya merupakan sebuah kebenaran yang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa merayakan Maulid merupakan salah satu ciri khas umat Islam tradisional Indonesia. Maka dari sudut pandang ini dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa perayaan Maulid bersamaan dengan proses masuknya Islam ke Indonesia yang dibawa oleh pendakwah yang umumnya merupakan kaum sufi. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat para ahli Sunnah wa al-jama’ah.

Selain pro dan kontra perayaan Maulid, ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan, yaitu bagaimana  membuktikan rasa cinta kita kepada Baginda Rasalullah SAW. Agar kita dapat mengimplementasikan norma-norma kehidupan Rasullullah SAW dalam kehidupan kita dan menjadikannya sebagai uswah dan qudwah.

Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak, lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi SAW untuk diteladani.

Di sekolah-sekolah perayaan Maulid Nabi dilaksanakan setiap tahun. Memperingati Maulid nabi buat warga sekolah adalah mempelajari kembali perjalanan hidup Nabi (sirah nabi). Dari sosok mulia ini, kita menemukan teladan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Namun, tidak cukup hanya dengan mempelajarinya. Acara yang tidak bisa ditinggalkan ketika peringatan Maulid adalah pembacaan shalawat yang dibacakan dengan khusu’ dan lancar oleh seluruh warga sekolah. Acara yang terakhir biasanya ditutup dengan Mauidhah Hasanah.

Selain kegiatan tersebut juga diadakan lomba-lomba yang bertemakan Maulid. Dengan adanya seremonial-seremonial yang positif, tentu akan lebih menyemarakkan peringatan Maulid nabi itu sendiri.

    Sebenarnya pembiasaan-pembiasaan yang sudah dilakukan di sekolah-sekolah banyak yang merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi ketika beliau masih hidup. Sehingga siswa sudah terbiasa dengan pembiasaan tersebut dan itu sekaligus merupakan implementasi dari cinta siswa kepada Nabi.

    Pembiasaan yang mencontoh kebiasaan nabi yang biasa dilakukan di sekolah antara lain: Pertama, Membaca Al-Qur’an setiap hari. Sesibuk apapun kita, tetap bacalah Al-Qur’an. Baginda Rasullulah berkata bacalah olehmu Al-Qur’an karena sesungguhnya akan menjadi pemberi  syafaat pada hari kiamat nanti untuk siapa saja yang membacanya. Seorang muslim yang tidak pernah membaca Al-Qur’an sama saja seperti tubuh tidak sedang berbusana. Sungguh sangat memalukan dan tidak perlu ditiru karena Allah SWT tidak akan menyukainya.

    Kedua, Dzikir setelah sholat. Ini yang juga dicontohkan Nabi. Di sebagian besar sekolah siswa pulang sampai sore hari, sehingga pastilah mereka sholat dhuhur dan ashar di sekolah. Setelah sholat dilakukan dzikir bersama-sama.

    Ketiga, Shalat Sunnah Rawatib. Setiap siswa juga mengerjakan sholat sunnah rawatib pada waktu dhuhur dan ashar. Mau kan dibangunkan rumah di surga? Itu yang menjadi motivasi untuk selalu melakukan shalat sunnah rawatib.

    Keempat, Sholat dhuha. Sholat dhuha sudah dilakukan sebagian besar siswa di sekolah. Diharapkan dengan shalat dhuha siswa dimudahkan dalam belajar. Kelima, Sedekah. Sedekah dilakukan setiap hari Jumat, minimal satu kali dalam seminggu diharapkan siswa menjadi pribadi yang suka bersedekah.

Bukankah Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah. Insya Allah, Allah membalas dengan berlipat ganda? Pembiasaan karakter yang baik juga selalu ditanamkan di sekolah. Misalnya ramah, seyum, mudah memaafkan orang lain, sopan dan santun, sederhana dan rendah hati, simpati serta tulus juga merupakan kebiasaan Nabi SAW.

Selain itu di beberapa sekolah pembacaan shalawat sudah terbiasa dilakukan oleh siswa. Dengan adanya pembacaan shalawat, siswa menjadi lebih cinta dengan Nabi Muhammad SAW. Bukankah orang-orang yang mencintai Rasul maka dia akan diberi jaminan tidak hanya diberi syafaat di akhirat melainkan juga akan diberikan di dunia.

Dengan adanya pembiasaan-pembiasaan yang positif di sekolah diharapkan siswa menjadi lebih beriman, bertakwa kepada Allah SAW, dan berakhlak mulia. Semoga dengan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW kita semakin istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya dan menjadikan kita menjadi pribadi yang baik dan Islami.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img