MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kota Malang kembali membuktikan bahwa pertumbuhan startup sangat bagus dan potensial. Hal itu bahkan ditegaskan langsung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia, ketika menggelar Roadshow Indonesia Entreprenur TIK (IdenTIK), di Hotel Harris, Selasa (29/3) kemarin.
Program IdenTIK sendiri juga merupakan upaya pemerintah untuk menjaring inovasi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam kesempatan itu dihadiri oleh puluhan orang dengan berbagai potensi.
“Kenapa Malang? karena kembali ke hasil penelitian kami di Jawa Timur khususnya Malang itu ekosistem bagus dan perkembangannya cukup bagus. Dari data pendaftar kami tahun ke tahun masih stabil. Makanya kita pilih karena ekosistem bergerak,” tegas Sub-Koordinator IdenTIK, Hari Purwadi kepada Malang Posco Media.
Dengan ekosistem yang sudah terbentuk itu, lanjut Hari, dapat memudahkan pembinaan selanjutnya. Pasalnya bila sudah terjaring, maka startup ini akan difasilitasi dan dibina secara berkelanjutan. Selain Malang, juga ada kota-kota lainnya yang akan dijaring inovasi potensialnya di bidang TIK.
Selanjutnya, hasil inovasi itu akan dikompetisikan di level internasional. Dalam hal ini adalah kompetisi Asean ICT Award (AICTA), dimana kompetisi itu merupakan pengakuan karya TIK terbaik dan menjadi tolok ukur kesuksesan dalam hal inovasi dan kreatifitas.
Dalam kompetisi itu ada enam kategori. Yakni Public Sector, Private Sector, Inovasi Teknologi Konten Digital, Corporate Social Responsibility, Startup Company dan Research and Development.
“Pembinaan terus berlanjut, kita punya program itu salah satunya program 1000 startup digital dan nanti bisa memfasiliatasi karyanya dan mengembangkan skala bisnisnya. Baik skala nasional, regional dan global,” ujarnya.
Sementara itu, dalam Roadshow IdenTIK ini juga menghadirkan beberapa startup yang inspiratif. Yakni startup dari bidang Research and Development, Snepy! yang membuat inovasi bantal untuk kesehatan leher.
Brand Snepy! milik Fauzi Akbar ini menghasilkan panas yang bisa meringankan kelelahan di leher. Produk ini sangat cocok dan pas digunakan sembari bepergian, seperti misalnya ketika di kereta, bus atau transportasi umum lainnya.
“Ini belum diproduksi massal karena kita masih terus proses RnD dan penyempurnaan. Seandainya diproduksi massal, diperkirakan produk ini seharga Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu,” ujar Fauzi. (ian/lin)