CooSAE Jagoan Baru Kota Batu
MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Pemerintah Kota Batu terus memperkuat sektor pertanian melalui pengembangan koperasi modern yang berbasis kolaborasi dan digitalisasi. Langkah itu diwujudkan dengan hadirnya CooSAE (Cooperative Smart Agriculture Ecosystem) yang digadang menjadi penggerak utama perekonomian petani di Kota Batu.
Wali Kota Batu Nurochman menjelaskan bahwa kehadiran CooSAE merupakan bagian dari implementasi nyata visi mBatu SAE yang menempatkan kemandirian ekonomi lokal sebagai prioritas utama. Melalui ekosistem koperasi ini, Pemkot Batu ingin memastikan setiap hasil bumi warga memiliki nilai tambah dan akses pasar yang lebih luas.
“CooSAE berperan sebagai holding dari koperasi-koperasi Merah Putih di tingkat desa dan kelurahan. Tugasnya tidak hanya membina, tetapi juga menjadi off-taker produk unggulan masyarakat, seperti buah dan sayur agar bisa terserap ke pasar modern dan industri pariwisata,” ujar Nurochman.
Menurutnya, kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun kekuatan ekonomi dari akar rumput. “Segmen kebijakan ini menyasar masyarakat desa dan kelurahan. Kami percaya koperasi adalah instrumen utama untuk menciptakan pemerataan ekonomi dan membuka peluang usaha yang berkelanjutan,” tegasnya.
CooSAE tidak akan menggantikan koperasi yang sudah ada, tetapi justru bersinergi memperkuat unit usaha koperasi lokal melalui prinsip gotong royong. “Koperasi Merah Putih dan CooSAE akan menjadi mitra, bukan pesaing. Kami ingin semua tumbuh bersama dengan semangat kolaborasi,” tambahnya.
Kehadiran CooSAE juga menjadi bagian dari program Bangga e-Lokal, di mana seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan membeli produk hasil pertanian dan UMKM lokal.
“Jika kita sudah bangga dengan produk lokal yang berkualitas, maka harus dibuktikan dengan tindakan nyata, yakni membeli dan menggunakan produk lokal. Karena itu, Pemkot Batu menggandeng CooSAE untuk memastikan kualitas dan standar produk agar layak dipasarkan,” jelas Nurochman.
CooSAE dirancang sebagai koperasi multipihak yang menghubungkan petani, pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah dalam satu ekosistem digital pertanian. Melalui sistem terintegrasi, CooSAE mengelola rantai pasok dari hulu hingga hilir. Mulai dari pengumpulan hasil panen, sortir, pengemasan, hingga distribusi ke pasar modern, hotel, restoran, dan kafe.
“Kolaborasi ini menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan antara koperasi dan dunia usaha. Kami sudah berkomunikasi agar sektor perhotelan dan restoran di Batu menggunakan produk pertanian lokal dari koperasi,” ungkapnya.
Selain menjadi agregator produk lokal, CooSAE juga telah menjalin kemitraan dengan perbankan dan sektor usaha besar. Yang sudah berjalan, salah satunya melalui kontrak kerja sama senilai Rp 20 miliar dengan Koperasi Produsen Taruna Bina Mandiri dari Kutai Timur untuk pengiriman 288 ton produk hortikultura unggulan Batu. Seperti kentang, wortel, apel, brokoli, dan jeruk keprok.
CooSAE kini melibatkan 24 desa dan kelurahan di Kota Batu dengan lebih dari 1.00 anggota aktif. Dari jumlah tersebut, sekitar 80 persen anggotanya merupakan peternak, petani hortikultura, serta pelaku usaha agribisnis unggulan dari wilayah Batu dan sekitarnya. Sedangkan 20 persen lainnya berasal dari kalangan profesional di bidang pemasaran dan manajemen.
Sistem ini juga memanfaatkan teknologi digital untuk pemantauan arus produk, pencatatan keuangan koperasi, serta pelacakan distribusi agar lebih transparan dan efisien.
Wali Kota Batu menegaskan bahwa pemerintah tidak berhenti pada pendirian koperasi semata. Pemkot akan terus memperkuat ekosistem ini melalui pelatihan, digitalisasi, dan integrasi dengan program pembangunan daerah. “Kami ingin koperasi menjadi tulang punggung perekonomian lokal. Dari desa dan kelurahan, kita bangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya. Ia optimis CooSAE akan menjadi model koperasi pertanian modern yang bisa direplikasi di daerah lain. “Transformasi pertanian akan lebih kuat jika dilakukan secara kolaboratif dan inklusif. CooSAE adalah bukti nyata bahwa petani Batu bisa mandiri, berdaya saing, dan menjadi penggerak utama ekonomi daerah,” pungkas Nurochman.(adv/eri/lim)