SOWAN GUS
Bagi Gus H. Ahmad Musyaffa’, ulama harus terus berinovasi. Juga tanggap melihat peluang yang ada di sekitarnya. Dakwah tak hanya bergerak di lingkungannya, tapi ke berbagai wilayah, termasuk luar negeri.
=======
MALANG POSCO MEDIA– Selain mengajar juga menyebarkan ajaran Islam. Itu tanggung jawab yang diemban.
Tidak hanya di lingkungannya namun juga berbagai pelosok negara.
Berdakwah di mana saja. Itulah motto yang dipegang Gus H. Ahmad Musyaffa’, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ulum 2, Kiduldalem Kota Malang.
Tidak sekadar berdakwah di Kota Malang, pria yang akrab dengan sapaan Gus Syafa’ ini melebarkan sayapnya berdakwah ke luar negeri. Salah satunya Negeri Sakura, Jepang.
“Kita harus tetap melihat sejarah dari para ulama terdahulu. Mereka memiliki wawasan internasional yang luas, hingga Islam bisa tersebar ke berbagai negara,” katanya. “Coba bayangkan jika para ulama kita tidak punya wawasan luas, maka tidak mungkin Islam sampai ke Indonesia,” sambung Gus Syafa’kepada Malang Posco Media.
Jepang dipilih sebagai tempat dakwah bukan tanpa alasan. Selain karena ia pernah hidup di Jepang selama dua tahun untuk program magang, menurutnya Jepang memiliki potensi untuk disebarkannya ajaran Islam.
“Saya pernah hidup bersama dengan masyarakat dan budaya yang ada di Jepang selama kurang lebih dua tahun sejak tahun 1997. Awalnya saya mengikuti magang dari perusahaan asal Jepang. Setelah lama bersosialisasi, ternyata sifat-sifat mereka banyak yang mencerminkan ajaran Islam,” tutur alumni SMAN 1 Lawang itu.
Berbekal Bahasa Jepang yang dikuasainya, hasil belajar di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Yogyakarta dengan fokus jurusan Bahasa Jepang. Menurut dia dakwah tidak hanya di Malang atau Indonesia.
“Kadang-kadang ustadz dan kiai bergerak di daerahnya dan kurang agresif. Padahal dalam Alquran kita di dorong terus, sebagaimana firman-Nya hendaklah kamu menjadi umat yang berdakwah,” terangnya.
Para pendakwah harusnya bisa bergerak dengan agresif dan inovatif menyebarkan ajaran Islam. Harus mampu melihat peluang dakwah yang ada di sekitar lingkungannya.
“Beberapa waktu lalu saya pergi ke Jepang selama satu minggu. Setelah melihat-lihat, ternyata di sana ada peluang untuk berdakwah. Insya Allah kami akan bekerjasama dengan Japan Dakwah Center (JDC) di Osaka yang memfokuskan pada mualaf,” imbuh Gus Syafa’
Ia ingin mengenalkan Islam lebih dalam kepada para mualaf yang ada di Jepang. Khususnya dengan pendekatan yang lebih humanis. JDC memiliki semangat menyebarkan informasi tentang Islam kepada seluruh manusia.
“Kami di sana juga membuka bagi yang ingin mengenal Islam, silakan datang langsung. Pertanyaan-pertanyaan tentang Islam akan kami jawab. Termasuk juga masalah pendidikan Islam para mualaf, akan kami fasilitasi,” imbuh alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta itu.
Ia berprinsip ‘Khairunnas anfa’uhum linnas’ yakni sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, Gus Syafa’ juga mengembangkan Santri Ekstensi. Yakni bagi anak-anak, remaja hingga orang dewasa yang ingin mendapatkan ilmu agama tanpa harus berlama-lama tinggal di pondok pesantren.
“Terkadang orang kan berbeda-beda. Ada orang tua yang ingin anaknya mondok, tapi anaknya tidak mau karena membosankan hidup di pondok. Makanya kami hadirkan Santri Ekstensi, jadi mereka hanya menginap satu malam saja untuk belajar ilmu-ilmu dasar Islam,” tuturnya.
Santri Ekstensi ia kembangkan agar anak-anak dan remaja khususnya, bisa memiliki dasar-dasar agama Islam pada diri mereka masing-masing. Terdapat beberapa tingkatan, dan di setiap tingkatan ditempuh dengan 10 kali pertemuan.
“Jadi diantar Sabtu, Minggu pagi mereka sudah boleh pulang ke rumah. Menginap semalam saja. Kami berikan berbagai ilmu dasar-dasar Islam, mulai dari Aqidah, Tauhid, Fiqih, Akhlak dan lain sebagainya,” tandasnya.
Ia berharap dengan adanya kegiatan tersebut, masyarakat muslim khususnya dapat terus belajar tanpa harus masuk ke pondok pesantren. Sehingga sedikit demi sedikit mereka memiliki pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama Islam dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. (adm/van/habis)