spot_img
Monday, May 6, 2024
spot_img

Pernah Bermalam di Desa Demi Administrasi Pasien

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Mudjiono Adi SH, 23 Tahun Sekretaris YJI Malang Raya

Malang Posco Media – Jalan panjang mengurus pasien jantung sudah dilewati Mudjiono Adi SH. Itu dilakukan pria 68 tahun ini sebagai Sekretaris Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Cabang Malang Raya. Hingga kini dia masih setia dengan tugasnya membantu pasien.

Mudjiono termasuk orang yang setia di  YJI Cabang Malang Raya. Bahkan disebut sebagai pengurus paling lama selain pendiri YJI Cabang Malang Raya, Prof Dr dr Djanggan Sargowo Sp.PD, Sp.JP.  Masa pengabdian Mudjiono di YJI Malang Raya sudah mencapai 23 tahun.

“YJI Cabang Malang Raya berdiri tahun 1985. Tahun 2004 mulai mengirim pasien jantung ke Jakarta untuk operasi. Sampai saat ini YCI Cabang Malang Raya sudah mengantar 99 pasien jantung untuk operasi di Jakarta,” ceritanya. “Dari 99 pasien itu, empat tidak selamat, kami mohon maaf. Sementara 95 lainnya, Alhamdulillah saat ini sehat,’’ sambung Mudjiono.  

Ia menceritakan mulai masuk YJI Malang Raya tahun 1998 lalu. Awalnya sebagai relawan  dengan mengikuti klub Senam Jantung Sehat. Saat menjadi relawan Mudjiono sangat aktif membantu pengurus YJI.

Beberapa bulan kemudian, Prof Dr dr Djanggan Sargowo Sp.PD, Sp.JP menawarinya menjadi pengurus YJI Cabang Malang Raya. Yakni sebagai sekretaris.  

“Waktu ditawari, saya langsung mau. Karena saat itu saya hanya ingin mengabdi saja,’’ katanya. Dia mengatakan mengabdi lantaran tahu jika masuk dalam YJI Cabang Malang Raya tidak digaji dan tugasnya cukup berat. “Apalagi sebagai sekretaris,’’ ujarnya.

Dia mengatakan saat masuk sebagai pengurus YJI Malang Raya  statusnya masih sebagai PNS. Yakni pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

Kakek enam cucu ini  mengaku sebagai sekertaris dia tak sekadar menjalankan program. Tapi banyak hal yang harus dilakukan sehingga roda organisasi berjalan baik. Termasuk mengantarkan pasien untuk operasi. Sekretaris  yang menjadi tumpuan, sampai pasien berangkat.

Mudjiono menceritakan, mulai memberangkatkan pasien jantung ke RS Jantung Harapan Kita di Jakarta sejak tahun 2004 lalu. Sebelum berangkat, pihaknya lebih dulu melakukan pendataan terhadap pasien. “Teknisnya  kami mendapat data pasien penyakit jantung bawaan dari rumah sakit atau puskesmas. Dari data itu, melalui Yayasan Jantung Indonesia Pusat kami usulkan untuk operasi di RS Jantung Harapan Kita,’’ katanya.

Namun demikian meskipun telah mengirimkan nama berikut rekam medis pasien, bukan berarti langsung diterima. Karena banyak persayaratan yang harus dipenuhi.

Pihaknyalah yang sibuk riwa riwi membantu keluarga pasien mencari surat pengantar. “Mulai dari RT, RT, desa atau kelurahan sampai rujukan dari puskesmas atau rumah sakit tempat pasien menjalani perawatan,’’ urai mantan sekretaris PMI Kabupaten Malang ini.

Untuk mendapatkan surat pengantar butuh perjuangan. Terutama pasien bukan dari Malang Raya. Karena selain jarak yang jauh, pengurusan persyaratan tidak bisa dilakukan satu dua hari saja. Kadang sampai berhari-hari. Untuk mengurus persyaratan itu, Mudjiono pun mengaku tak jarang harus mengeluarkan uang dari kantong pribadinya, agar seluruh urusan lekas beres. Namun itu bukanlah masalah. Mudjiono mengaku tak mempersoalkannya. Ia bahkan sangat bersyukur karena  bisa membantu sesama.

“Pernah pasiennya dari Kabupaten Probolinggo. Rumahnya cukup jauh. Saat kami memohon surat pengantar, ada saja kendalanya. Sempat RT tidak berada di tempat,” ceritanya. “Kami tunggu, sementara menunggu, jam kantor desa sudah habis. Sehingga kami harus menginap untuk menyelesaikan persyaratan itu,’’ sambung Mudjiono mengenang kisahnya saat awal-awal mengusulkan pasien jantung bawaan operasi. Sekalipun telah mendapatkan surat pengantar dan seluruh persyaratan sudah lengkap, bukan kemudian selesai permasalahan.  

“Setelah surat selesai semuanya, sudah diusulkan di pusat, dan telah keluar jadwal operasinya, tugas kami selanjutnya memantau pasien,’’ kata dia.

Memantau ini tak sekadar kesehatan pasien, tapi juga kesiapan pasien.  Mudjiono mengaku pernah mendapatkan pasien yang kabur dari rumah lantaran tidak siap dioperasi.

“Kami tidak bisa memaksa pasien berangkat.  Tapi saat dia (pasien) tidak siap, maka kami lakukan pendekatan. Kadang sampai tiga hingga empat kali kami datangi rumah pasien agar mau berangkat,’’ katanya.

Saat memberikan edukasi inilah Mudjiono mengaku harus mengorbankan waktunya. Dia pun harus sabar saat menjelaskan kepada pasien.

“Kami ini bersentuhan langsung dengan pasien. Mulai awal sampai akhir. Ya tidak mudah, tapi kami bersyukur, karena selama ini sudah menjalankan tugas dengan baik,’’ ungkapnya.

Bahkan Mudjiono juga mengaku beberapa kali harus ke Jakarta untuk mengantarkan pasien yang akan menjalani operasi. Ke Jakarta harus meninggalkan keluarga. Dia pun ikhlas melakukan hal itu. Terlebih saat melihat pasien berhasil dioperasi dan sehat.

Selama 23 tahun menjabat sekertaris YJI Malang Raya dia mengaku tidak pernah bosan. Menurutnya ada kepuasan dan rasa bangga saat  membantu orang lain. Rasa itu tidak dapat diganti oleh apapun.

 “Saya ini dulu menjabat sebagai Sekretaris PMI 20 tahun. Saya sudah digembleng di situ. Jadi kalau untuk aksi kemanusiaan, saya sama sekali tidak mengeluh,’’ urainya.

Ia bahkan mengajak istrinya Dwi Pitayaning Asih masuk di YJI Malang Raya. Kadang untuk mengantar pasien ke Jakarta dia gantian dengan sang istri.

Dedikasinya di YJI Malang Raya pun mendapatkan apresiasi dari YJI Pusat. Tahun 2014 lalu dia dianugerahi lencana Tanda Jasa Satya Karya Utama.  Lencana itu  diterima Mudjiono Desember tahun 2014. (ira ravika/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img