Ketekunannya mengharumkan Kota Malang hingga dunia internasional. Begitulah Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi. Warga Sumbersari Kota Malang ini mencatat sederet prestasi melalui cabang olahraga (cabor) renang.
Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi merupakan salah satu atlet renang Timnas Indonesia. Berbagai kejuaraan internasional sudah dilakoninya.Terakhir Singapore Major Games 2022. Di event ini, dia sukses mengamankan satu medali emas. Yakni di kategori 1.500 meter gaya bebas dan satu medali perunggu kategori 800 meter gaya bebas.
Tidak hanya itu, juga ada event bergengsi lainnya. Yakni Turki Islamic Solidarity. Ia membawa medali perunggu di dua nomor sekaligus. Nomor 800 meter gaya bebas dan 1.500 meter gaya bebas. Di balik sederet prestasinya itu, ternyata Izzy dulunya adalah seorang anak yang masuk dalam kategori obesitas (kegemukan) dan terlahir prematur.
“Karena dulu prematur, kemudian suka makan jadi waktu kecil itu aku termasuk gemuk. Usia lima tahun berat badan ku sekitar 30 kilogram. Padahal kalau anak usia 5 tahun kan idealnya berat badan 14 kilogram sampai 25 kilogram,” cerita Izzy.
Karena itulah, Izzy diikutkan oleh orang tuanya untuk les renang. Saat itu, Izzy mengaku belum begitu menyukai dunia olahraga renang.
“Awalnya ya karena disuruh orang tua, terus lama-lama suka. Tapi suka renang itu juga sebenarnya karena lihat kakak saya. Dia juga atlet renang, terus bisa dapat gaji, latihan bisa ke mana- mana. Dari situ aku jadi termotivasi ingin seperti kakak bisa ke mana-mana,” kenang siswi Kelas 12 SMAN 4 Malang ini.
“Aku juga suka jadi atlet renang karena bisa dapat teman dari banyak pulau di Indonesia. Terus, dari renang ini kan akhirnya aku bisa ke berbagai negara yang belum pernah terbayangkan,” sambung Izzy.
Tentu perjalanannya tidak mudah. Ketika awal memutuskan menekuni renang, usianya masih sangat belia. Bahkan kejuaraan pertama kali yang diikuti, Izzy masih duduk di bangku SD.
“Kejuaraan pertama kali itu event di Pasuruan kalau tidak salah. Aku ingat waktu itu ya pasti deg-degan. Apalagi waktu itu ya badan ku masih gemuk dan relatif pendek ya,” ingat Izzy.
Meski dengan kondisi seperti itu, tidak lantas membuat Izzy mengendurkan semangatnya. Justru dengan motivasi dan usaha yang keras, ia yakin bisa meraih prestasi.
“Saya bukan tipe yang suka pasang target. Lebih ke fokus untuk mengejar hasilnya saja, jadi fokus berusaha. Sehingga tidak kecewa dan hasilnya lebih maksimal,” kata gadis 18 tahun kelahiran Malang ini.
Menjadi seorang atlet renang tentu banyak suka dukanya. Tidak hanya bisa senang mendapatkan berbagai medali, namun juga harus mau merasakan pahitnya berlatih. Bahkan hingga pernah membuatnya cedera. Yaitu cedera engkel dan lutut kiri.
“Saat itu karena over training. Jadi sebenarnya sudah lelah tapi saya paksakan. Sempat disarankan dokter untuk operasi, tapi menolak karena khawatir kehilangan kekuatan kaki. Jadi aku pilih terapi saja. Ya meski kadang masih suka sakit-sakit rasanya,” jelas anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Meski demikian, Izzy tetap bersemangat dalam setiap latihan. Bagaimanapun kondisinya, ia siap berlatih agar bisa memberikan prestasi yang terbaik. Dikatakan Izzy, ia pernah berlatih renang di lautan lepas. Tepatnya ketika persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 lalu. Latihannya di Perth Australia.
Latihan di lautan memiliki sensasi tersendiri. Berkesan karena kondisi arus laut sangat berbeda dengan di kolam renang. Menuntut kekuatan tangan dan kaki yang mumpuni.
Terlepas dari pengalaman itu, gadis yang gemar membaca buku itu saat ini juga terus berlatih renang untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Tidak hanya berlatih renang, ia juga menjaga kebugarannya di tempat gym.
“Apalagi waktu terdekat ini nanti tanggal 31 Januari aku mau berangkat lagi ke Malaysia untuk event Open Water Championship Swimming. Ya kembali lagi, tidak pasang target, yang penting usaha dulu yang terbaik,” pungkas alumnus SMPN 8 Malang ini. (ian nurmajidi/van)