.
Wednesday, December 11, 2024

Pertahankan Karakter Asli Pesantren

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – 22 September adalah hari santri. Beragam acara digelar bahkan dihadiri Presiden Joko Widodo. Ditetapkannya hari Santri secara nasional merupakan apresiasi terhadap perjuangan santri dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Resolusi Jihad yang diinisiasi oleh KH Hasyim As’ary merupakan momentum besar perjuangan kaum santri dalam menjaga negara dari penjajahan. Resolusi inilah yang kemudian menggelorakan perjuangan para santri, khususnya di Jawa Timur untuk berjuang melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kini era sudah berganti. Penjajahan secara fisik sudah tak ada. Tak ada pasukan negara lain yang menjajah dan mengganggu NKRI. Namun era digitalisasi saat ini, penjajahan muncul dan menyerbu dengan wujud lain. Era digitalisasi, disadari atau tidak, disukai atau tidak, diterima atau tidak, telah menghadirkan penjajahan model baru.

Tak hanya baru, penjajahan ini juga bergerak dengan sangat halus dan rapi. Saking rapid an halusnya, kita yang hidup di era serba disrupsi saat ini, semakin bingung membedakan mana yang benar, mana yang palsu, dan mana yang hoaks. Perangkat teknologi semua serba canggih, namun semua hanya fisiknya yang bagus. Karakter manusianya kosong, krisis etika, krisis moral, krisis empati dan krisis kepekaan sosial. Karena itulah, masyarakat modern saat ini harus kembali ke Pesantren.

Mengapa? Karena pesantren, meskipun di dunia pendidikan dikenal sebagai lingkungan yang tradisional, eksklusif dan dominan belajar agama, namun metode pendidikan pesantren terbukti mampu melahirkan santri-santri yang unggul, berkarakter dan siap bersaing dalam kehidupan yang serba modern.

Pesantren saat ini pun sudah mulai mengadopsi pendidikan modern tanpa melepas metode pembelajaran tradisional yang menjadi ciri pesantren. Ini dimaksudkan agar karakter santri yang belajar di pesantren tetap utuh, kuat dan adaptif dengan perubahan zaman.

Momentum hari Santri harus dibuktikan dengan munculnya santri-santri yang punya visi misi ke depan yang cemerlang. Santri yang tak hanya mahir dalam menguasai ilmu agama, tapi juga santri yang bisa mengayomi masyarakat secara sosial. Santri yang selalu hadir dalam setiap persoalan yang muncul di masyarakat.

Kalau dulu, akademisi dikenal sebagai orang-orang pintar yang tinggal di menara gading, jauh dari masyarakat. Maka santri juga tak boleh hanya di pesantren. Santri era sekarang harus keluar dari pesantren dan membaur dengan masyarakat. Karena bersama masyarakat itulah, para santri belajar ilmu kehidupan secara langsung.

Momentum hari Santri juga harus menjadi evaluasi dan instrospeksi bagi kalangan santri dan semua yang terlibat di pesantren. Bahwa metode pesantren adalah tetap yang terbaik. Harus tetap dipertahankan. Jangan digadaikan dengan system pendidikan modern. Karena itu, jangan pernah merubah karakter asli pendidikan pesantren. Karena predikat Santri hanya dilahirkan dari Pesantren.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img