MALANG POSCO MEDIA – Suasana berbeda terasa di seluruh penjuru ruang pendopo Taman Krida Budaya Jawa Timur, Rabu (22/11). Begitu kental terasa nuansa kehidupan zaman dulu, terutama pada era kerajaan-kerajaan Jawa. Di sebagian sisi, tampak bagaimana sosok raja beserta pengawalnya, lalu sosok perajin keris, hingga pedagang dan rakyat jelata saat itu.
Kondisi sedemikian rupa itu merupakan bagian dari Diorama Drama Kerajaan Singhasari dalam Festival Singhasari yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Ini merupakan salah satu sarana bagi siswa dan masyarakat untuk mempelajari bagaimana kehidupan zaman kerajaan sesuai dengan peninggalan yang ada.
Karena dikemas sangat realistis, sejumlah diorama yang dibawakan oleh manusia sungguhan atau aktor ini pun tak pelak diminati oleh para pelajar. Tampak ribuan siswa siswi dari SD/MI hingga SMP pun mendatangi Taman Krida Budaya secara bergantian.
“Ini baru pertama kali belajar seperti ini. Kalau begini lebih mengenal dan tahu karakter karakter dan suasana zaman kerajaan. Tadi banyak tahu pakaian pakaiannya juga terlihat menarik,” ujar Belia, salah satu pengunjung yang merupakan siswi kelas 5 di SDN Kebonsari 2.
Tidak kurang dari 10 diorama yang diangkat pada Festival Singhasari kemarin. Diorama Drama ini dihadirkan berdasarkan literasi dan dibuat seakurat mungkin sebagai media pembelajaran yang melibatkan para budayawan di Kota Malang.
Diorama drama ini adalah pertama kali ditampilkan di Indonesia dengan mengadopsi tampilan yang pernah ada di Austria. Kajian terkait Singhasari diawali dengan gagasan seorang Budayawan yaitu Dwi Cahyono untuk membedah jejak jejak Kerajaan Singhasari yang ada di Kota Malang. Hal ini dikuatkan dengan kajian yang ditulis oleh beberapa ahli yang dibukukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang dengan judul ‘Dipamala Singhasari.’
“Ini akan selalu dilakukan, harapannya setiap tahun. Anak anak kan langsung belajar. Kalau dari membaca, memorinya mungkin cepat lupa. Kalau diadakan seperti ini, dengan manekin manusia asli, memorinya lebih mengena. Anak anak ini antusias sekali melebihi ekspektasi kami,” jelas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Juli Handayani.
Dengan cara seperti ini, lanjut Juli, juga akan meluruskan bagaimana pemahaman siswa tentang alur perjalanan khususnya Kerajaan Singhasari. Tidak hanya itu, Juli juga menegaskan kegiatan seperti ini juga sebagai upaya memperkenalkan budaya khususnya yang ada di Jawa.
“Jadi pelajar tahu alur ceritanya karena diorama ini saling bersambung ceritanya. Sekaligus kita mengenalkan budaya, karena setelah diorama ini kita mengadakan FGD (Focus Group Discussion) tentang budaya udeng atau ikat kepala. Ini dihadiri seniman dan budayawan se Kota Malang,” lanjutnya.
Tidak hanya siswa, masyarakat umum juga dipersilahkan menikmati diorama drama ini. Tampak masyarakat mulai hadir melihat satu per satu diorama pada sore hingga malam hari. Di malam hari, giliran untuk sejumlah pejabat Pemerintah Kota Malang.
“Ada pak Pj Wali Kota Malang beserta para OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Pertunjukan tetap sama, melihat di bilik diorama, berkeliling dan dijelaskan (tentang Kerajaan Singhasari),” tutupnya. (ian/lim)