spot_img
Sunday, January 5, 2025
spot_img

Pertanian Hijau: Membuka Peluang Keberlanjutan Melalui Pembiayaan Ramah Lingkungan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Dalam era modern ini, isu keberlanjutan semakin menjadi sorotan utama, khususnya dalam sektor pertanian yang berperan penting sebagai penopang kebutuhan pangan. Namun, bagaimana memastikan sektor ini berkembang tanpa mengorbankan lingkungan? Salah satu jawabannya terletak pada pembiayaan hijau atau green financing. Green financing merujuk pada pembiayaan yang secara eksklusif diarahkan untuk proyek-proyek atau kegiatan yang memberikan dampak positif pada lingkungan. Konsep ini telah menarik perhatian luas, termasuk dalam sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi di berbagai daerah. Salah satu bentuk nyata implementasi green financing oleh pemerintah adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor pertanian.

Ketika Perbankan Mendorong Pertanian Berkelanjutan

Perbankan di Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan menerapkan pembiayaan hijau dalam mendukung sektor pertanian. Salah satunya adalah melalui program KUR, para petani diberikan akses permodalan dengan bunga rendah dan prosedur yang mudah. Dana ini digunakan untuk membeli bibit unggul, pupuk organik, serta mengembangkan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh, petani menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk tambahan untuk meningkatkan kesuburan tanah serta membeli bibit unggul dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian menyumbang sekitar 20% dari total PDB daerah pada tahun 2022 dengan  jumlah petani mencapai 27.799.280 orang di tahun 2023 . Sehingga hal tersebut menjadi potensi dan tantangan dalam pembiayaan hijau. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah rendahnya pemahaman petani tentang konsep pertanian hijau. Banyak petani yang belum mengenal istilah ini, meskipun para petani sudah mulai mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk organic, penggunaan bibit unggul dan pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Pembiayaan ramah lingkungan tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan. Dengan memberikan kemudahan akses ke pembiayaan atau permodalan, banyak petani mampu memperluas lahan garapan mereka, meningkatkan hasil panen, dan membuka lapangan kerja baru di komunitas mereka. Tingkat kesejahteraan petani pun dapat dilihat dari bertambahnya asset yang dimiliki seperti tanah kelolaan serta banyaknya lapangan pekerjaan yang tercipta ketika panen mendapatkan hasil yang bagus. Hal ini menunjukkan bagaimana pembiayaan hijau mampu menggerakkan perekonomian lokal sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, tantangan masih tetap ada. Penurunan jumlah debitur baik dari sisi jumlah petani maupun exposure pembiayaan di beberapa daerah menunjukkan adanya permasalahan dalam aksesibilitas pembiayaan hijau ini. Beberapa penyebab penurunan ini adalah batasan jumlah pinjaman dimana lebih banyak peminjam dari pada dana yang tersedia dan adanya aturan yang kurang mendukung pembiayaan berkelanjutan secara optimal.

Tantangan : Tidak Semua Paham Tentang Pertanian dan Pembiayaan Hijau

Kendati pembiayaan sektor pertanian telah menunjukkan hasil positif, diperlukan pedoman yang lebih jelas mengenai kategori pertanian hijau. Saat ini, walaupun telah ada definisi atau kriteria yang spesifik untuk menentukan apakah suatu praktik pertanian memenuhi standar hijau baik yang diatur secara internasional dan diatur oleh pemerintan Indonesia, namun pelaksanaan di lapangan belum banyak dipahami dan dijalankan oleh para pelaku di lapangan. Padahal, kejelasan dan pemahaman ini merupakan faktor penting agar pelaku pertanian hijau dan pembiayaan hijau paham atas kriteria yang masuk kategori sebagai pertanian hijau sehingga dapat mengakses pembiayaan hijau dengan lebih mudah sehingga memenuhi syarat keberlanjutan.

Sosialisasi dan edukasi bagi para stake holder pertanian dan pembiayaan hijau menjadi kunci. Perbankan dapat berperan aktif sebagai agen perubahan dengan memberikan pelatihan kepada petani tentang praktik-praktik pertanian hijau, seperti diversifikasi tanaman, konservasi tanah, dan pengelolaan limbah. Dengan demikian, pemahaman petani tentang pertanian hijau dapat meningkat, dan mereka lebih siap mengadopsi teknologi ramah lingkungan sehingga sejalan dengan tujuan pembiayaan hijau.

Kesimpulan: Menatap Masa Depan Pertanian Hijau

Pertanian yang berkelanjutan adalah kunci untuk memastikan ketahanan pangan sekaligus melestarikan lingkungan. Dalam hal ini, green financing memiliki peran strategis sebagai katalisator. Dengan dukungan kebijakan yang lebih kuat, seperti taksonomi hijau dan insentif pemerintah, sektor perbankan dapat lebih mudah mengarahkan alokasi dana ke pembiayaan yang ramah lingkungan.

Langkah strategis seperti ini dapat memberikan contoh yang baik dalam memajukan praktik-praktik pertanian hijau salah satunya melalui pembiayaan KUR. Namun, perjalanan menuju keberlanjutan masih panjang. Perlu kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertanian hijau secara menyeluruh.

Pada akhirnya, green financing bukan hanya tentang investasi ekonomi, tetapi juga tentang investasi untuk masa depan bumi. Dengan langkah kecil namun strategis, kita dapat membuka peluang besar menuju dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Penulis : Wisnu Pamungkas, SE.Ak.,CA.

Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), AVP Retail Productive Risk BNI W18 Malang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img