.
Sunday, December 15, 2024

Perubahan Kayutangan Sangat Dirasakan Warga

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sekitar 30 hingga 40 tahun yang lalu, kawasan Kayutangan tidak seramai sekarang. Di era tahun 80-90an, sepanjang Jalan Basuki Rahmat bisa dibilang termasuk kawasan yang sepi. Apalagi ketika malam, sebab mayoritas pertokoan sudah tutup pada sore sekitar 17.00- 18.00 WIB.

Gambaran suasana itu masih teringat jelas oleh warga Kayutangan, yakni Edi Hermanto, Ketua RW 9 Kelurahan Kauman. Bahkan perubahan saat ini sangat kentara dibandingkan lima tahun lalu saja. Utamanya ketika mulai dibangunnya penataan kawasan Kayutangan Heritage.

“Apalagi kampung di dalam ini ya benar-benar seperti kampung biasa, padat penduduk. Dulu toko-toko di depan (koridor, red) itu sore sudah banyak yang tutup, kalau malam ya sepi. Jadi ramai belakangan ini setelah mulai pembangunan,” kata Edi.

Dengan adanya penataan di kawasan Kayutangan itu, makin banyak wisatawan yang datang. Tidak hanya di koridor saja, namun juga sampai masuk ke dalam kampung.

SEBELUM: Kawasan Kayutangan di Jalan Basuki Rahmat sebelum dilakukan revitalisasi.

“Di dalam kampung juga ada banyak spot-spot rumah heritage, ada wisata religi Mbah Honggo, di sungai situ itu, banyak. Istri saya saja sampai berjualan kue Ontbijtkoek (kue khas Belanda),” tambahnya.

Salah satu warga lainnya, Kurnia, bahkan mengenang Kayutangan saking sepinya, ia tidak berani malam-malam berjalan sendirian. Namun untuk saat ini sangat jauh berbeda.

“Waktu masih kecil itu mau menyeberang itu saja tidak berani. Kalau tahun 2000-an ya sudah ramai tapi tidak seramai sekarang. Kalau sekarang ini sangat ramai,” singkatnya.

Tidak saja bagi Edi dan Kurnia, Ketua RT 7 RW 2 Kelurahan Kauman Robert Asi Santoso menjadi saksi perkembangan pembangunan di Kayutangan selama ini. Sebab sejak kecil hingga saat ini di usianya 78 tahun, ia selalu memantau perubahannya.

“Dari dulu memang dikenal pertokoan semua. Macam-macam, ada toko perancangan, ada depot, ada studio, toko kacamata, baju, istilahnya yang paling lengkap itu ya di Kayutangan sama Pecinan. Cuma kondisi saat itu, ramainya lebih di daerah Mitra sana (sekarang Matahari). Disini sepi,” kenang Asi, sapaannya.

Dikatakan Asi, pada sekitar tahun 1990-an, barulah kemudian mulai bermunculan usaha perbankan dan disusul kemudian dealer kendaraan. Sekitar tahun 2000 mulai ramai meski belum terlalu terlihat ada wisatawan.

“Kebanyakan wisatawan kalau ke Kayutangan ya ke Toko Oen. Kalau disini wisatawan baru benar-benar kelihatan ketika sudah dibangun wisata heritage ini,” sebutnya.

Bahkan tiap malam di Kayutangan, dirasakan Asi menjadi begitu meriah. Hal ini sangat menguntungkan baginya karena dirinya juga membuka usaha toko sejak lama.

“Disini ya jadi penuh, apalagi kalau ada acara. Kapan hari itu ditutup jalannya, ya jadi ramai. Di depan situ juga tiap malam selalu ada band-band an (live musik), ramai sekali,” kata Asi.

“Kebanyakan wisatawan lokal yang kesini, tapi saya lihat beberapa sudah kelihatan terus ada wisatawan luar (mancanegara),” sambungnya

Ia pun tidak muluk-muluk hanya berharap kondisi seperti ini bisa bertahan. Sebab tidak dipungkiri, dengan ramainya Kayutangan memberi keuntungan bagi warga.

“Inginnya ya yang usaha bisa jalan terus usahanya, kegiatan warga juga bisa jalan, malah tidak apa-apa satu arah yang penting akhir pekan saja,” tandasnya. (ian/aim/hms)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img