.
Saturday, December 14, 2024

Pesan Hijau dari Olimpiade Paris 2024

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Farizky Hisyam
Alumni Program Studi Fisika
Universitas Brawijaya

          Di tengah euforia kontingen Indonesia meraih dua keping medali emas dan satu keping medali perunggu dalam Olimpiade Paris 2024, terdapat pelajaran berharga yang dapat dipetik dari penyelenggaraan pesta olahraga terbesar sejagat tersebut.

          Olimpiade Paris 2024 memiliki misi menjadi olimpiade paling ramah lingkungan. Target ambisius dipatok dengan menekan jumlah karbon yang dilepas selama penyelenggaraan olimpiade hingga setengah dari penyelenggaraan edisi sebelumnya, yaitu 1,57 juta ton ekivalen karbon dioksida (teqCO2).

          Sebagai perbandingan, Olimpiade London 2012 dan Rio 2016 masing-masing mengemisi 3,4 juta dan 3,6 juta teqCO2. Karena dilangsungkan dalam pandemi Covid-19, Olimpiade Tokyo 2020 yang tidak dihadiri penonton hanya melepas 1,9 juta teqCO2.

          Target ini mempertimbangkan emisi karbon secara langsung maupun tidak langsung. Panitia mengalkulasi 34 persen emisi karbon penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024 berasal dari transportasi, 33 persen dari konstruksi, dan 33 persen sisanya operasional (katering, akomodasi, maupun logistik).

Perlunya Mencermati Karbon

          Gas karbon dioksida terbentuk sekitar 4 miliar tahun lalu. Awalnya, lapisan udara purba yang menyelubungi Bumi berupa metana, amonia, dan uap air. Reaksi kimiawi gas purba dan erupsi gunung api memunculkan gas karbon dioksida.

          Selain faktor alam, karbon dioksida juga dihasilkan melalui aktivitas manusia, misalnya pembakaran bahan bakar fosil. Karbon yang dilepaskan dari berbagai aktivitas manusia ini dikenal sebagai jejak karbon (carbon footprint).

          Dalam kadar tertentu, karbon dioksida berperan sebagai gas rumah kaca (GRK) yang diperlukan untuk menghangatkan Bumi. GRK menyerap radiasi inframerah sehingga mempertahankan Bumi tetap nyaman untuk ditinggali. Sebelum era Revolusi Industri, kadar karbon dioksida atmosfer Bumi terukur 280 partikel dalam satu juta partikel udara (280 parts per million atau 280 ppm) di tahun 1750.

          Memasuki Revolusi Industri pada pertengahan abad 19, kadar gas karbon dioksida di atmosfer terus merangkak. Pada tahun 1958 kadar karbondioksida terukur 315 ppm. Nilai itu melonjak hingga 415 ppm pada tahun 2023.

          Kadar karbon dioksida yang berlebihan tentu saja mengkhawatirkan keberlangsungan kehidupan. Dampaknya mulai dari perubahan iklim, pemanasan global, pengasaman laut, hingga pemutihan terumbu karang. Sebagai dampak nyata perubahan iklim, NASA mencatat 22 Juli 2024 sebagai hari terpanas Bumi dalam sejarah pencatatan cuaca.

Pelajaran dari Olimpiade Paris

          Mewujudkan misi Olimpiade Paris 2024 sebagai olimpiade paling hijau dalam sejarah, tentu bukan perkara mudah. Pihak penyelenggara menyusun kebijakan sebagai wujud nyata dalam menghapus jejak karbon.

          Pertama, dalam infrastruktur panitia memutuskan 95 persen arena pertandingan memanfaatkan infrastruktur yang telah tersedia. Infrastruktur yang belum tersedia dibangun secara sementara atau menyewa. Pemanfaatan infrastruktur yang tersedia menghindari pembengkakan ongkos maupun infrastruktur yang mangkrak setelah penyelenggaraan olimpiade.

          Dalam pembangunan infrastruktur, panitia mengutamakan penggunaan bahan ramah lingkungan (bata rendah karbon dan material daur ulang). Kamar atlet didesain minimalis sehingga mengurangi 30 persen emisi karbon. Penggunaan mesin penyejuk ruang yang terbukti memiliki daya besar dihindari dengan memanfaatkan sistem penyejuk berupa pipa air yang dialirkan di bawah lantai kamar.

          Sebagai sumber energi listrik digunakan energi surya dan bayu sehingga menurunkan 80 persen emisi karbon. Peralatan yang digunakan 90 persen akan didaur ulang setelah olimpiade. Sementara itu, perangkat teknologi informasi didesain ramah lingkungan sehingga pasca-olimpiade, 70 persen aset dapat disewakan.

          Kedua, terkait katering, panitia meminimalkan penggunaan jumlah plastik hingga setengah dari jumlah normal. Menu makanan yang disediakan juga memperbanyak dua kali lipat penggunaan bahan nabati. Konsumsi bahan pangan lokal dan buah musiman juga didorong dengan mengakomodasi produk lahan pertanian dalam radius kurang dari 250 km dari venue.

          Selain mendukung produk pertanian lokal, pemilihan bahan pangan lokal akan mengurangi jarak perjalanan dalam proses distribusi. Hal ini tentu mengurangi konsumsi bahan bakar. Yang tidak kalah penting, panitia juga menghindari limbah pangan berlebihan. Seperti yang kita ketahui, pembusukan sisa makanan melepas GRK yang tidak kalah kuat efeknya, yaitu metana.

          Ketiga, Olimpiade Paris 2024 mengingatkan kita untuk mengutamakan moda transportasi umum dalam bepergian. Panitia memastikan transportasi antar-venue pertandingan dapat dicapai dengan transportasi umum. Selebihnya tersedia 415 kilometer lintasan sepeda.

          Hal yang paling sulit ialah mengatur akomodasi perjalanan atlet dan penonton dari berbagai belahan dunia. Prancis dengan negara tetangganya (Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, dan Swiss), sepakat untuk memberangkatkan kontingennya menggunakan transportasi kereta api.

          Kereta api tercatat sebagai moda transportasi rendah karbon. Sebagai gambaran, rangkaian kereta api dengan kapasitas 156 penumpang hanya mengemisikan 14 gram karbon per penumpang per kilometer. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan bus, sepeda motor, mobil 1-2 penumpang, dan pesawat terbang yang masing-masing melepaskan 68, 72, 131, dan 285 gram karbon per penumpang per kilometer.

          Keempat, guna menggantikan karbon yang terlanjur dilepas, panitia Olimpiade Paris 2024 berkomitmen untuk membiayai penghutanan pada lahan seluas 1.340 hektar dan tiga proyek reforestasi di Prancis. Langkah ini dapat kita adopsi dengan menanam pohon di lingkungan kita. Penanaman pohon di perkotaan mampu menurunkan suhu, mengurangi kebisingan, dan menyaring paparan debu serta polutan.

          Membandingkan Olimpiade Paris 2024 dengan lingkungan kita tentu bukanlah suatu hal yang “apple to apple.” Namun, dari ajang pesta olahraga tersebut kita belajar, menghapus jejak karbon yang kita tinggalkan merupakan cara efektif untuk menjaga planet ini.           Mengutip pakar lingkungan sekaligus politikus Amerika Serikat, Al Gore, “masing-masing dari kita mampu membuat perubahan dalam cara kita menjalani hidup dan menjadi bagian dari solusi perubahan iklim.”(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img